Chapter 22

20.1K 2K 311
                                    

"Saya akan merawat kamu sampai bayi itu lahir dan saya akan tetap melakukan tes DNA setelah bayi itu lahir"

Neza mengumpat dalam hati bisa bisanya Agam bicara seperti itu. Tapi tak apa. Jika dia tidak bisa memiliki Agam. Maka Maza juga tidak akan bisa.

Hari demi hari berlalu. Semua tampak berjalan seperti biasa. Namun Agam mulai bepergian malam dan sering pulang terlambat.

Maza punya firasat buruk dengan tingkah laku Agam.

Sedangkan ditempat lain.
Neza baru menyelesaikan makannya saat Agam menemaninya.

"Sudah selesaikan? Saya pulang dan jangan lupa pergi kedokter" Agam mendesah panjang lalu pergi dari apartemennya yang ditiggali Neza.

"Bapak tunggu" Neza menahan lengan Agam dan mengusapkan telapak tangan besar itu kepermukaan perutnya. "Nah sekarang bapak boleh pulang karna dia tidak akan rewel lagi" ucap Neza lalu melepas tangan Agam.

Tanpa menoleh Agam buru buru pergi. Sungguh ia tak mau melakukan ini dibelakang Maza. Tapi Neza, dia sempat lemas dan hampir mati karna bayinya beralasan tak bisa makan tanpa dirinya. Lalu soal mengusap perut Neza. 10 hari Neza menelponnya tengah malam karna tak bisa tidur.

Agam menggeram frustasi dan akhirnya mengalah. Setiap hari menemui Neza. Tapi bukan untuk Neza, melainkan bayi yang masih ia anggap anaknya itu.



.


Agam terkejut melihat Maza terbangun dilarut malam seperti ini.

"Bapak dari mana?"

"Ah. Aku dari tempat Jevan"

"Oh ya" Maza menunjukkan panggilan video yang masih tersambung dengan Jevan.

Dilayar handphone Maza. Jevan menatap iba pada Agam seolah berkata. Ia tak bisa membantunya saat ini.

Maza cukup cerdas dengan hal semacam ini. Ia langsung memvideo call Jevan saat menyadari Agam tak disisinya saat ia terbangun.

Kenapa video call? Itu agar Maza bisa melihat gerak gerik Jevan agar tidak bisa memberitau Agam dengan hp lain saat dia menanyakan keberadaan Agam.

Dan benar saja. Agam berbohong.

Maza mematikan panggilannya lalu menatap Agam kecewa. "Saya akan memafkan semua kesalahan bapak. Kecuali perselingkuhan" ungkapnya lalu memilih pergi kekamar Altan.

"Maza" Agam cukup panik dan mengejar Maza "Maza. Aku tidak pernah selingkuh"

"Bagus"

"Maza, dengerin aku dulu" Agam menahan lengan Maza saat ingin masuk kekamar putranya.

"Aku tidak selingkuh, aku bersumpah"

"Memangnya siapa yang menuduh bapak selingkuh, bahkan saya tidak berpikir sampai sana. Kenapa bapak sepanik ini. Apa ini jawabannya?"

Maza benar, kenapa ia panik, ini malah akan menimbulkan kecurigaan Maza dengan dirinya.

"Maaf. Aku hanya takut kamu berasumsi seperti itu"

"Asal bapak tau, semua hal tak baik pasti akan terungkap dengan sedirinya" ucapnya yang langsung menohok hati Agam.





Agam mengusak rambutnya kasar. Kenapa bisa serumit ini. Bagaimana jika itu benar benar anaknya. Bagaimana dengan Maza. Apa dia masih mau disisinya.

Gimana perasaan Maza nanti jika dia tau tiba tiba dirinya mempunyai anak.




.


Agam Semesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang