Chapter 14

36K 2.4K 112
                                    

Maza mengendus kesal saat bangun sekujur badannya terasa begitu sakit, ditambah analnya yang begitu perih.

Bahkan kekamar mandi harus dengan cara digendong Agam.

"Udah turunin gue disini" pinta Maza untuk diturunkannya di closet duduk  kamar mandi Agam.

"Kok pake lu gue se Za, harusnya makin romantis dong.

"Gak mau. Sekarang turunin gue"

"Sabar dong Za"

"Udah kebelet pak, buru"

Agam dengan perlahan menurunkan Maza lalu keluar sebelum firasat buruknya terjadi.

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

"PAK AGAAAAAAM BABI. BOL GUE SAKIIIIIIIIT" teriak Maza dari dalam kamar mandi.

Agam hanya ikut meringis mendengar teriakan memyakitkan itu.

Kalau saja Agam mau bersabar dan melakukannya sekali. Pasti Maza tidak akan kesakitan. Tapi mau bagaimana lagi. Lubang Maza benar benar menggiggit miliknya dan Agam tidak bisa berhenti begitu saja meski sudah keluar 1 kali.


Maza menatap sebal Agam, pasalnya hari itu dirinya tidak bisa beraktivitas sama sekali karena bokongnya sungguh perih. Untung saja Agam memilih libur merawat kekasihnya itu. Coba kalau tidak. Pasti Maza trauma melakukan iti dengan Agam.




Semenjak malam panas itu, Maza memilih pindah kekamar Agam yang jauh berkali lipat lebih besar dan luas. Dan jelas ketara sekali perbedaannya dengan kamarnya.

Agam se tak masalah hanya saja kenapa Altan juga ikut tidur dikamarnya. Kan dia tidak bisa meluk Maza setiap malam karna terhalang putranya yang tidur ditengah.

"Kenapa bapak diem aja se?" Tanya Maza menyusul Agam di balkon kamarnya. Yang mana cara bicaranya sudah kembali ke mode awal.

"Kenapa kamu izinin Altan tidur dikamar kita se Za?"

Maza memutar bola matanya malas.
"Pak Altan itu masih kecil, sesekali tak apa membiarkan Altan tidur dengan orang tuanya"

"Bukan seperti itu Za, Altan itu sudah 5 tahun, dia sudah besar dan harus terbiasa tidur sendiri"

"Ya elah pak, ribet banget sih"

"Za. Dengerin aku.Dengan membiasakan tidur sendiri, keberaniannya sedikit demi sedikit akan terasah. Tak hanya itu, tidur sendirian juga dapat memudahkan Altan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Nanti Altan tidak akan kaget saat harus berada di tempat baru seorang diri, tanpa adanya Ayah dan Ibu, Altan nanti akan menghadapi hal hal besar dan memimpin ratusan ribu karyawan sepertiku juga kakeknya. Jadi tolong jangan segalanya pemintaan Altan kamu turuti"

Benar juga kata Agam. Memang parenting orang kaya yang berpendidikan berbeda dengannya yang tidak tau apa apa ini.

Maza merasa minder hanya dengan cara berpikir Agam yang begitu luas.

Melihat raut berbeda dari Maza, Agam memeluk kekasihnya itu "tidak usah dipikirkan, aku hanya berpikir dari sisi seorang ayah berbeda dengan kamu. Kamu menyayanginya dari sisi yang lain" jelas Agam kar3mena ia tak bermaksud menyinggung kekasihnya itu.

"Tapi untuk malam ini bolehkan pak" ucap Maza.

"Tentu saja, Altan tidak boleh kekurangan kasih sayang tapi jangan terlalu dimanjakan yah"

Maza mengangguk dipelukan Agam. Ia tidak tau harus senang atau sedih. Dunia mereka terlalu berbeda.

Jika Altan terus dengannya, apa Altan tidak akan sehebat Agam nantinya?.

Agam Semesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang