Chapter 7

33.6K 2.7K 131
                                    

Maza dan Altan bangun terlambat, yang mana tidak ada seorangpun yang berani membangunkan Maza atas larangan Agam.

Pria tampan itu memilih joging dipagi hari untuk menyegarkan tubuhnya. Para tetangga komplek mewahnyapun menyapanya dengan hangat. Ditambah banyak wanita wanita cantik yang selalu mencoba mendekatinya.

Jika dulu Agam membalasnya dengan sedikit senyuman, namun sekarang berbeda.

Ia membiarkan sapaan mereka melayang diudara.

Tak betah lama lama  diluar, Agam buru buru kembali kerumah dan melihat apakah Maza dan Altan sudah bangun.

Membayangkan itu saja hati Agam menghangat.

Langkah larinya semakin cepat dan senyumnya merekah saat sampai rumah, ia mendapati Maza yang mana baru saja menggendong Altan yang masih menggunakan handuk karena Maza baru saja memandikannya.

Meski penampilan Maza tak bisa dikatakan baik karena ia juga baru bangun tidur. Hal itu tak mengurangi rasa sukanya kepada Maza.

"Maza" panggil Agam.

Ia menoleh kesumber suara kemudian menjawabnya "iya pak"

"Kamu mandi dulu lalu sarapan, biar Altan saya yang pakaikan baju"

Maza mengangguk, sebenarnya ia tak enak karna telat bangun sampai sampai Altan harus bolos sekolah.

Tak membutuhkan waktu lama, Maza menyelesaikan mandinya lalu kebawah karna perutnya sudah meronta ronta ingin diisi.

Baru saja ia ingin mengambil piring, beberapa ART mengampirinya.
"Mas, mas tau tidak semalam pak Agam gendong mas sampai kekamarnya mas" ujarnya yang mana Maza baru sadar jika terakhir kali ia ingat, ia berada didalam mobil bersama Agam, Altan dan salah satu sopir Agam.

Mata Maza melebar kaget mendegar pernyataan itu.

"Yang bener Lis?" Tanyanya pada Art yang bernama Lilis itu.

Gadis itu mengangguk cepat membernarkan ucapannya.

"Kok bisa? Emang gendongnya gimana?" penasaran Maza. Masa iya Agam menggendongnya? Terdengar mustahil tapi ada saksi.

Lilis mengulum senyumnya dengan wajah yang memerah malu. "Gendongnya ala ala pengantin baru mas, mas dibopong didepan"

Mendengar itu tubuh Maza lemas, kenapa Agam tidak membangunkannya, ia tau kalau capek memang suka ngebo, tapikan bisa pake tamparan atau tendangan gitu biar dia melek.

Belum selesai Maza menuntaskan rasa penasarannya, Agam dan Altan terdengar menuruni tangga, semua langsung kembali kepekerjaannya masing masing lalu Maza buru buru mengambil sarapannya dan membawanya ke meja makan khusus makan para pekerja dirumah itu.

"Mau kemana kamu Maza" ucap Agam melihat Maza membawa sepiring nasi menuju belakang dapur.

"Kebelakang pak, kata bapak kita beda kasta" jawab Maza.

"Altan ikut kak Maza" ucapnya dengan berlari menghampiri Maza.

"Duduk di situ" titahnya.

"Tapi pak"

"Saya tidak mau Altan makan bersama-----"

"Iya iya pak, stop jangan suka ngrendahin orang" kesal Maza lalu duduk di meja makan Agam.

Akhirnya mereka makan bersama dimana Maza ingin memastikan sesuatu soal semalam.

"Em.....pak!"

"Ya....."

"Semalam....."

"Uhuk....." belum selesai Maza mengucapkan kalimat itu, Agam tersedak makanannya.

Maza mengurungkan niatnya dan terjadilah kecanggungan diantara mereka ditambah mata keduanya beberapa kali bertemu saat saling melirik satu sama lain.

Agam Semesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang