Bab. 6 : Hari pertama

828 84 17
                                    

Kriiing....

Jam alarm berdering, aku segera membuka mataku dan merapihkan kasur yang kupinjam. Terlihat jam itu asih berdering cukup kencang, lalu tak lama kemudian sebuah tangan meraih dan mematikannya. 

Kupikir anak itu akan terbangun, tapi nyatanya tidak. Dia masih tidur lelap, bahkan tidak membuka matanya sedikit pun. Sudah kucoba bangungkan dengan segala cara, namun ia tetap tidak kunjung bangun.

Melihatnya yang seperti ini, jadi mengingatkan pada diriku dulu. Dimana Ochobot tetap setia berusaha membangunkanku. Tanpa menunggu lama lagi, aku segera membangunkan anak bernama Amato dan Pian itu.

"Hei, Amato, Pian. Bangun ... dah pukul enam nih."

Namun, tak ada jawaban. Mereka sama-sama masih tertidur pulas, bahkan wajahnya sesekali tersenyum senang. Melihatnya yang seperti itu, aku hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Eh, mereka masih belum juga?" tanya seseorang yang tidak asing.

Sekilas aku merasa dia adalah Tok Aba, tapi ... kakekku mana mungkin semuda ini? Tapi dari nada bicara dan suaranya, aku sangat yakin mereka adalah orang yang sama.

"Oh, ya. Kau teman baru amato, kan? Um ... Siapa namamu?" 

Entah lupa atau memang belum diberitahu, tapi yang jelas memberitahu nama bukanlah sebuah masalah besar, kan?

"Saya Boboiboy, omong-omong makasih dah biarkan saya tinggal di sini," ucapku sambil berusaha meraih tangannya untuk diberikan salam.

"Oooh ... Oboi, kalau begitu yuk turun! Kau juga harus makan dulu, biar Abah yang bangunkan mereka."

"Eh, tapi ...."

"Dah, tidak apa. Di bawah juga sudah ada temannya Amato, kau bisa berteman dengannya dulu," ujarnya sambil mendorongku agar segera berjalan ke luar.

Mau tak mau, aku hanya bisa mendengarkannya dan segera turun ke bawa. Padahal tadi aku mau protes dikit, karena dipanggil seperti itu.  

Saat aku beranjak ke ruang makan, terlihat ada seorang wanita dengan pakaian serba merah muda. Dan tak jauh dari sana, aku melihat ada power sphera merah sedang memakan sesuatu. Aku membelalakkan mata terkejut tidak percaya dengan apa yang sedang kulihat.

"Oh, Kau sudah bangun?"

Wanita ini ... aku sangat yakin dia adalah nenekku. Jika diingat kembali, aku pernah melihat fotonya di album lama bersama Tok Aba dan Ayah. Ah ... benar, aku sekarang ingat. Di foto itu juga ada seorang anak yang selalu memakai hoodie kuning.

Tapi ... aku tidak pernah lihat foto tentang power sphera ini. Aku bahkan tidak ingat, apakah ayah pernah memberitahuku tentangnya atau tidak. Tunggu, itu artinya aku bukan tersesat. Melainkan ....

"... Kembali ke masa lalu?" gumamku pelan sambil berusaha memikirkannya kembali.

Tidak, ini masuk akal. Pantas saja tempat ini terasa familiar, rupanya ini adalah kota kelahiranku sendiri. Tapi bagaimana bisa? Ochobot memang bisa membuka portal, tapi tidak bisa sampai menembus ruang dan waktu. 

"Nak? Kau tidak apa?"

Wanita itu mendekat, lalu menempelkan salah satu tangannya di keningku. Wajahnya yang tadi sempat memasang ekspresi khawatir, kini terlihat lega ketika tau aku baik-baik saja.

"Syukurlah kau tidak demam, semalam hujan lebat kan? Saya hanya khawatir kamu terkena demam parah," ucapnya sembari menjauhkan tangannya tadi.

Aku mengusap keningku, dimana nenek menyentuhku. Lalu tersenyum ke arahnya, senang bisa berjumpa dengannya.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang