Bab. 20 : Zuhal

427 65 2
                                    

"BOBOIBOY!"

Teriakan kencang itu membuyarkan lamunanku, terlihat Virly menggenggam bahuku agak khawatir.

Aku yang merasa kepalaku mulai terasa lebih baik, mulai menoleh kesana-kemari mencoba mencari sosok hitam itu. Harusnya tadi sosok itu ada dibelakang wanita ini, tapi kenapa ... Tiba-tiba bayangan itu menghilang?

"Ada apa? Napasmu terdengar tidak baik," tanya Virly cemas.

"Ah, maaf bukan apa-apa."

"Apa kau tidak ingin istirahat sejenak?"

"Aku sungguh tak apa. Kita bisa lanjut saja perjalanan kita, lagipula aku gak bisa bikin temanku khawatir lagi."

Virly terdiam sejenak, lalu mengangguk tanda paham.

"Baiklah, tapi kali ini kau yang cari. Kekuatanku mendadak tiba digunakan untuk mencari jalan."

Virly mengangkat tangannya, mencoba menggunakan kekuatannya lagi. Saat cahaya itu bergerak maju, dalam seketika benang cahaya itu menghilang dalam sekejap.

["Itu pasti ada pengaruh dari energi gelap tadi."]

Kekuatan yang entah apa namanya kembali bersuara. Nadanya terdengar berat dan suram, tanda ia tak ingin aku melanjutkan perjalanan.

Tapi hanya ini satu-satunya jalan, selain itu di belakang ada monster yang berbahaya. Mengingat jam kuasa yang sedang rusak, tentu saja memilih mundur adalah jalan terburuk.

Jadi mau tak mau aku harus tetap melangkah maju ke depan.

"Ayo pergi."

.

.

.

Wuuuuzzz....

Suara pintu ditutup terdengar. Terlihat Maksmana sedang memasuki ruangan sambil membawa nampan makanan.

"Kau sudah bangun, Mara?" tanya Maksmana sembari meletakkan nampan di atas meja.

"Ya, tapi kepalaku masih terasa agak pusing," jawab wanita berhijab merah muda.

"Kau baik-baik saja? Apa perlu aku panggilkan dokter?"

"Gak perlu, yang lebih penting ... Mana Amato?"

Mendengar hal tersebut, Maksmana terdiam sejenak. Ia menundukkan sedikit kepalanya sebagai tanda penyesalan yang amat dalam.

"Maaf, kita belum menemukannya. Parahnya, saat kami sedang mencari. Boboiboy justru terjatuh entah kemana."

Maksmana kembali terdiam, lalu menghela napas berat dan berkata, "Maaf aku gagal melindungi anakmu dan gagal menjadi paman yang baik baginya."

Wanita bernama Amara itu mengangkat tangannya, lalu mengusap kepala yang tertutup topeng itu.

"Kau gak salah apapun kok, makasih sudah menjaganya selama kami pergi."

"Gak. Aku sama sekali gak--"

"Oboi sudah besar dan yang harusnya di salahkan bukan kau, melainkan dia, Amato."

"Tapi ... Dia pergi untuk menyelamatkanmu yang diculik oleh Alien berbahaya."

"Benar! Tapi bukan berarti dia boleh mengabaikan anaknya. Dasar kadang dia itu ...."

Amara terdiam sejenak, lalu tanpa disadari ... Sebuah air mata mengalir membasahi pipinya.

"Dasar, dia itu memang bodoh."

Setelah itu tak ada lagi percakapan, Maksmana hanya terdiam di sana menemani temannya yang tengah menangis.

Maksmana tau, dirinya harus segera memberitahukan Boboiboy tentang fakta yang sebenarnya. Mengingat Boboiboy sempat terseret ke masa lalu, dia pasti sudah mengetahui sesuatu.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang