Bab. 22 : Gempa dan Tuan.

570 67 7
                                    

Aku memandang langit gelap dengan tatapan sendu, kalimat terakhir pembicaraan tadi memberikan sebuah petunjuk besar.

"Dia adalah Mechamato."

Ya, kata-kata itu ... Tak bisa dipercaya. Tapi jika itu benar, maka semua ini menghubungkan alasan mengapa ada wanita dan robot yang tiba-tiba berada di tempat yang berbeda dalam keadaan yang buruk.

Setelah perbincangan soal tadi, Aly bersikeras memaksa semua orang untuk mengakhiri pembicaraan dan segera tidur. Seolah dirinya sedang melindungi seseorang yang terlibat dalam kejadian tersebut.

"Hah ... Ini menyulitkan," ucapku sambil menghela napas panjang.

Di saat aku sedang memandang langit, tiba-tiba jam kembali bersinar. Sepertinya jam ini kembali mengalami error dan tak sengaja mengeluarkan para elemental seperti kejadian Solar dan Blaze.

Sriiiinggg...

Perlahan-lahan cahaya mulai meredup, tapi ... Ada yang berbeda dari yang waktu itu. Sebuah suara keluhan yang terus menyahut satu sama lain, 7 sepasang manik mata itu terlihat begitu jelas. Yaps, benar. Kali ini terdapat tujuh elemental, bukan dua seperti kejadian Solar.

"EH, APA--"

Sebelum sempat Blaze berteriak kencang karena terkejut, aku segera lari ke arahnya dan membungkam mulut anak itu.

"Tenanglah dulu, kalian semua juga diam," ucapku memperingatkan.

Ketujuh elemental, termasuk Blaze segera mengangguk dengan cepat. Setelah Blaze terlihat tak ada tanda-tanda berteriak, akhirnya aku lepaskan tanganku itu dan segera menjauh darinya. Jujur saja, ini tak masuk akal. Bagaimana bisa ada semua elemental keluar bersamaan?! Ini sungguh tidak biasa, kuharap tak ada efek berat dari kejadian ini.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua keluar?" tanyaku akhirnya setelah keheningan sejenak.

"Kami juga tidak tau, kalau tau mana mungkin kita semua kaget?" sahut Blaze paling cepat diantara yang lain.

"Dia benar, saat kami sedang beraktivitas tiba-tiba saja seperti ... ada semacam glitch muncul dan tiba-tiba kami ditarik keluar," ujar Gempa menjelaskan.

"Yah, apapun itu aku bisa cari tau nanti. Masalahnya sekarang ada delapan Boboiboy bukan tujuh," kata Solar dengan nada agak ketus.

Manik hijau itu menatapnya penuh penasaran, lalu tangannya terangkat tanda ingin bertanya, "eeeh? Tapi tuan gak punya kekuatan, jadi dia Boboiboy yang berbeda kan? Gak seperti kita para elemental? Eh? Tunggu mana yang benar ya ...?"

"Tidak Duri, tanpa atau dengan kekuatan dia ... Tunggu itu ... mungkinkah dia?"

Manik perak yang sejak tadi menatap Duri dengan kesal mendadak luluh. Matanya berganti menatap diriku dengan sorot penuh ketakutan, dan pada detik itu juga anak itu mendadak berdiri dan berjalan keluar begitu saja.

"Eh? Solar?"

"Aku mau jalan-jalan sebentar," ujar Solar sebelum benar-benar menghilang.

"Cih, dah pergi aja. Lagian dia siapa? Apa maksudnya itu?" gerutu Blaze sambil merebahkan diri diatas kasur.

"Eh, geseran dong. Aku juga mau tidur di sana," ucap Taufan sambil berlari ke ranjang milikku.

"Duri juga!"

"Apa? Tidak! Kasur ini sudah penuh olehku, kalian cari saja yang lain."

"Kalau begitu ayo cari bersama."

Sebuah ocehan dan keributan itu akhirnya muncul, Gempa dengan sigap langsung meredakan pertengkaran tak berarti itu. Sementara itu, kami yang sejak tadi sibuk dengan urusan masing-masing, akhirnya menyadari adanya seseorang yang sedang berdiri di depan kamar dengan ekspresi terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang