Bab. 18 : Hal tak terduga

548 78 7
                                    

"A-Ayah?"

Suaraku bergetar, tak percaya dengan apa yang kulihat. Jika ini mimpi, maka lebih baik aku bangun, karena aku tak ingin kecewa lebih jauh. Tapi ... jika ini adalah kenyataan, kuharap aku tidak perlu berpisah darinya lagi.

Mereka sudah terlalu lama hilang, mana mungkin kubiarkan mereka pergi begitu saja, kan?

Hanya saja, ada yang aneh. Ayah seharusnya memiliki rambut putih persis sepertiku, lalu kenapa itu ... tidak ada?

Tap

Seseorang meraih lenganku tepat ketika aku hendak mendekatinya. Sosok wanita bermanik perak mengingatkanku pada wanita misterius di awal cerita.

"Jangan dekati! Dia hanyalah ilusi, dan jika kau mendekat akan ada monster yang melahap kau nanti," jelas wanita itu sambil menyeretku mundur.

"Ilusi? Apa maksudmu?"

Wanita itu terdiam sejenak. Keheningan menyelimuti kami untuk sementara waktu, hingga akhirnya wanita itu kembali membuka suaranya, tepat ketika kami telah bersembunyi dibalik bebatuan.

"Planet ini tidak berbahaya di luar, namun berbahaya di dalam. Banyak monster berbahaya bersembunyi di dalam sini," wanita itu berhenti sejenak.

Tangannya diayunkan ke atas, membuat percikan cahaya muncul. Tak lama kemudian, kegelapan perlahan sirna membuat monster yang dimaksud olehnya tampak jelas.

Bentuknya seperti gumpalan asap hitam, bentuknya tidak beraturan. Tapi, satu hal yang pasti, jika aku terus melangkah maju. Kuyakin monster tersebut sudah memakanku sejak tadi.

"Aku tidak tau ada jenis monster apa saja di sini. Tapi aku hanya tau beberapa, termasuk yang satu ini," ucap wanita itu sambil kembali menyeretku pergi sementara monster aneh itu mengamuk di belakang.

Setiap hentakannya membuat tempat ini seolah sedang mengalami gempa bumi. Anehnya, tak lama kemudian gempa itu menghilang dan Monster tersebut kembali tenang.

"Apa yang terjadi?" tanyaku heran.

Wanita itu tersenyum tipis ke arahku, sambil mengisyaratkanku untuk mengikutinya.

"Tenang saja, makhluk itu hanya tertidur setelah mendapatkan cahaya. Biasanya mereka akan mengamuk sebentar karena sudah terlalu lama tidak melihat cahaya."

Aku tidak terlalu mengerti tentang dunia ini, tapi kenapa wanita ini ada di sini? Apalagi dia buta, tidak mungkin baginya bisa berkeliaran bebas.

"Aku tau kau memikirkan mataku yang buta, kan?" tebaknya.

Aku menelan air ludah, terkejut dengan pernyataan tadi.

"Kau tidak perlu khawatir tentang mataku, wahai pahlawan."

"Yah ... Setidaknya boleh beritahu aku bagaimana caramu berlari tadi? Atau berjalan kemari seorang diri?" tanyaku sambil melanjutkan perjalanan.

Wanita itu tersenyum tipis sambil berjalan mengikutiku. Tangannya yang ramping diayunkan dengan lembut, menciptakan percikan cahaya yang indah.

"Aku gunakan ini, kekuatan cahaya."

"Cahaya? Maksudmu ... Cahaya elemen pertama dari Solar ataupun Gamma?"

Wow, aku tidak percaya ini. Dia juga pemilik elemental cahaya? Bagaimana bisa? Kupikir hanya Reta'ka yang memiliki kekuatan Cahaya.

Hmm ... Yah, hanya saja Reta'ka dapat menggunakannya langsung ke tahap tiga, elemen Gamma.

"Omong-omong bagaimana jika kau perkenalan diri?" tanya wanita itu.

"Silahkan, wanita duluan."

"Hah ... Baiklah, namaku Virly. Seorang calon ratu dari planet Aqua."

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang