•>
•>
•>"Habizar, kamu mau membawaku kemana?" tanya Humayna.
Azhar tersenyum manis menatap wajah istrinya yang tak pudar-pudar cantiknya. "ke suatu tempat yang sangat indah"
"Tapi Zufyan sama Salfa gimana?" tanya Humayna dengan cemas.
Azhar mengelus gemas puncak kepala Humayna. "mereka berdua sudah besar, pastinya bisa jaga diri baik-baik"
"Ih Habizar" kesal Humayna.
"Masih jauh kah tempatnya?"
"Sabar ya sayang, sebentar lagi sampai"
Humayna menatap pinggir jalan yang banyak pepohonan. "Kok sepi si? Terus kenapa masuk hutan?"
"Kamu mau buang aku?!!" teriak Humayna menggelengkan kepalanya.
Azhar menatap kaget Humayna. "Astaghfirullah ngga Habina, ya kali aku tega buang kamu"
"Ya kirain, kenapa berhenti?"
"Karena sudah sampai"
"Tempat apa ini?" tanya Humayna dengan bingung.
"Tutup mata kamu pakai ini ya biar suprise" printah Azhar menutup mata Humayna memakai sehelai kain.
"Jangan turun dulu, biar aku tuntun"
Azhar membukakan pintu mobil lalu meng-genggam jari lentik Humayna.
"Jangan di lepas nanti aku jatuh" pinta Humayna mengeratkan genggaman Azhar.
Azhar tersenyum. "ngga Habina"
"Nah udah sampai" ucap Azhar memberi tahu.
"Boleh di buka ngga kain nya?" izin Humayna
"Boleh sebentar" jawab Azhar mengizinkan, ia membukakan kain yang menutupi mata Humayna.
Kain-nya sudah terlepas Humayna mengerjap kan matanya untuk menyesuaikan cahayanya ia ia menatap kagum sesuatu yang berada di depan matanya.
"Ini kamu yang bikin?" tunjuk Humayna menatap kagum, sebuah rumah kayu minimalis dan ternyata di atas pohon juga ada sebuah rumah kayu juga, di padukan taman bermain anak-anak yang sungguh indah.
Azhar menganggukan kepalanya. "Iya bagus ngga?" tanya Azhar meminta pendapat.
"Masyaalloh bagus, tapi kenapa kamu bikin kayak ginian? Kamu gabut?" tanya Humayna.
Azhar terkekeh. "haha, emang nunggu aku gabut dulu ya bikin kayak gini? Ngga Habina, aku ngga gabut aku beneran bikin rumah ini untuk menjadikan tempat kenangan anak, cucu kita"
Azhar mengandeng tangan Humayna untuk duduk di ayunan. "kamu tunggu sini ya"
"Mau kemana? Jangan lama-lama aku takut"
"Engga Habina"
Selang beberapa menit kemudian Azhar membawakan satu butket bunga berwarna biru awan, seperti warna kesukaan Humayna.
Azhar menyodorkan satu butket bunga di hadapan Humayna. "Habina kamu tau ini tanggal berapa?" tanya Azhar.
Humayna terkejut dan menatap lama bunga yang di sodorkan oleh Azhar. "Tanggal 10 Juli, tepat di mana kita menikah. Benar?"
Azhar tertawa renyah. "Kamu memang cerdas Habina, hari ini tanggal 10 Juli tepat 17 tahun Kita menikah"
"17 tahun bukanlah waktu yang cepat. 17 tahun kita menghadapi cobaan yang menimpa kita bersama-sama, tetapi kita masih tetap bisa bertahan sampai saat ini"
"Zufyan putra pertama kita sebentar lagi memasuki umur 17 tahun, Salfa putri kita sudah ber umur 14 tahun yang tandanya mereka sudah sama-sama memasuki masa baligh."
"Dan tidak akan aku lupakan calon anak kita yang berada di kandungan ini sudah memasuki 8 bulan." Azhar mengelus perut buncit Humayna dengan lembut.
"Habina, kita sudah tidak muda lagi aku ingin masa tua kita di penuhi oleh momen-momen yang berharga"
Humayna menintikan air matanya, Humayna terbungkam tidak bisa berkata-kata lagi. Ia menatap sendu wajah Azhar dan tidak lama kemudian terbitlah senyuman yang sangat manis.
"Habizar, aku tidak tau amalan apa yang aku terapkan sampai-sampai Alloh memberiku suami seperti kamu. Kamu itu definisi cowo sempurna menurutku, Habizar bisa romantis, bisa juga harmonis. Perilakumu sangatlah susah untuk di tiru kaum Adam, Habizar." kekeh Humayna.
"Sudah 17 tahun kita menikah, aku belum pernah sama sekali mendengar bentakan darimu. Yang ada aku selalu mendengarkan kata-kata manismu setiap hari"
"Aku akui tidak ada duplikat seorang Muhammad Imama Azhar Al-Anbiya di dunia ini, kecuali Zufyan Naeza Athayr Al-Anbiya. Putra kita"
"Aku harap jika suatu saat nanti putraku Zufyan menikah, dia bisa seperti baba-nya. Tidak hanya romantis yang bisa membuat gombalan seperti buaya, tetapi bisa juga memuliakan istrinya"
"Kok aku di Samain buaya si?" protes Azhar tidak terima.
"Hehe kamu kan suka gombalin aku" jawab Humayna cengengesan.
"Tapi beda Habina... aku mah udah bebas gombalin kamu karena udah berani ngucapin Qobiltu, kalo buaya yang di sana kan ngga, Yahahaha"
"Heleh sama aja, bedanya yang ngga ngucapin Qobiltu buaya murah, kalo yang ngucapin Qobiltu buaya mahal. Contohnya Habizar"
"Saking mahalnya hanya aku yang bisa memilikinya" tambah Humayna.
Pipi dan telinga Azhar sudah memerah karena mendengar gombalan dari sang istri. "Cewek-cewek kok gombal?"
"Lho ngga boleh? Emang cowo doang yang bisa?" balas Humayna menahan tawanya melihat wajah merah suaminya.
"Habizar nih aku punya kata-kata buat kamu"
"Apa?"
"Ana uhibuki Fillah Habizar, aku mencintaimu karna Alloh Habizar" ucap Humayna dengan tulus.
"Wa ana uhibuka Fillah Habina, Aku juga mencintaimu karena Alloh Habina, bahkan lebih dari kata itu. Kamu adalah duniaku, semestaku, makmum ku, wanita tercantik di seluruh dunia ini setelah Umma. Aku sangat bersyukur karena Alloh memilihkan pendamping hidupku modelan seperti kamu, wanita sempurna yang pernah aku temui. Bukan hanya Pras tetapi hatimu, aku sangat mengagumi hatimu yang selembut kain sutra"
"Terimakasih sudah mau menemaniku sejauh ini Habina, terimakasih sudah mau mendampingiku untuk seumur hidup, dan mau aku ajak beribadah bersama"
"Habina, mari kita menua bersama-sama ya, mengejar akhirat bersama-sama, jangan ada yang pergi duluan" ujar Azhar ikut duduk di samping ayunan Humayna.
Humayna menatap Azhar, lalu mengacungkan jari kelingkingnya. "Janji?"
"Janji!" balas Azhar mengacungkan jari kelingkingnya.
"Kisah cinta ini akan abadi selamanya, dan berharap nama ZarNa terus teringat oleh orang-orang"
~ZarNa~
Wah tambahan part nih... Ada yang mau kisah cintanya semulus ZarNa? Kira-kira ada ngga ya yang pengin suami modelan Azhar? Udah tampan, mapan, elit ilmu agama, romantis pokoknya paket lengkap deh. Eh satu lagi!! Sama vocalis, beh... Idaman mba-mba jaman sekarang ngga si?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Humayna[END]
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!! Cerita kelanjutan dari TERNYATA AKU SEORANG NING tetapi cerita kali ini akan lebih menceritakan kisah perjalanan Humayna setelah kepergian Azhar. yang belum baca TASN langsung baca saja ceritanya supaya kalian bisa lebih nyambung...