prolog

342 11 0
                                    

Hakam pria tinggi itu duduk di taman kota yang sepi setiap hari kedua orangtuanya terus membujuknya supaya mau menerima perjodohan dirinya dengan perempuan yang tidak dikenalnya.

Hakam tahu kalau usianya tidak lagi muda tapi dirinya belum siap menikah ia takut pernikahannya gagal karena dirinya belum siap. Hakam pria itu duduk lurus menatap bunga-bunga yang cantik.

Matanya tidak sengaja melihat perempuan yang duduk di rumput-rumput menatap bulan yang bersinar terang di malam hari. "Kenapa perempuan itu duduk sambil menangis?" Tanya hakam pada dirinya sendiri.

Hakam khawatir perempuan itu korban jambret karena banyaknya korban yang dijambret, hakam melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu. "Assalamualaikum, permisi mbak" salam hakam sedikit gugup.

Perempuan itu menoleh sambil menghapus air matanya cepat. "W-waalaikumsalam, iya ada apa?' Tanya perempuan itu sambil menunduk enggan menatap pria disampingnya.

"Sebelumnya saya Minta maaf kalau saya lancang mbak kenapa menangis? Apa mbak korban jambret?" Tanya hakam menunduk. Mereka sama-sama menunduk tidak saling berhadapan.

Perempuan itu menggeleng cepat. "B-bukan, saya disini karena saya lagi pengen nengangin diri. Kalau gitu saya permisi dulu" pamit perempuan itu bergegas pergi ia tidak mau berlama-lama mengobrol dengan pria yang bukan mahramnya.

"Cantik sekali" gumamnya tidak sengaja melihat wajah perempuan tadi. "astaghfirullah" istighfar hakam menyadari ucapannya.

***

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang