3. Meminta izin

111 3 0
                                    

Jangan lupa follow IG aku yayah_2y
Disana aku spill setiap part, jangan lupa VOTE juga ⭐🖤😊

***

Nindy masuk mobilnya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju makam sang suami ia ingin meminta izin untuk menikah sesuai pesan suaminya, sepanjang jalan nindy terus menangis dalam diam ia bingung dengan perasaannya.

Nindy memarkirkan mobilnya di parkiran membeli bunga kesukaan dirinya dengan mantan suaminya, nindy berjalan cepat menuju makan parul sebelum hujan turun.

Nindy tersenyum miris. "Assalamualaikum Habibie ku kekasihku" salam nindy mengelus batu nisan. "Sayang 2 tahun lamanya kamu ninggalin aku, ninggalin cinta kita berdua. Ninggalin kenangan yang pernah kita lewati bersama, menurut aku 2 tahun lamanya tidak membuat cinta aku pudar malah semakin hari semakin bertambah." Lirih nindy.

Perlahan hujan turun membasahi tubuhnya dan seluruh makan yang ada di sana, walaupun hujan nindy tidak ada niat untuk pergi dari sana biarkan tubuhnya diguyur hujan supaya rasa rindunya terhadap suaminya berkurang.

"Sayang, aku tau kamu memberikan petunjuk untuk aku menerima pinangan pria itu, pria yang tidak aku kenal siapa namanya. Sayang, jika suatu saat nanti aku mencintai pria itu percayalah cinta aku ke kamu sangat besar daripada cinta aku sama dia. Karena kamu yang merubah hidup aku sejauh ini. Kalau saja tuhan mengizinkan satu hari saja aku mimpi bisa memeluk kamu mungkin aku akan bahagia sekali, selama sehari itu aku tidak mau bangun dari tidur aku" lirihnya menyenderkan kepalanya di batu nisan.

DUARRRR
DUARRRR
DUARRRR

Suara petir tidak membuat Nindy beranjak dari sana, padahal nindy sangat takut dengan suara petir jika sedang bersama parul dan ada petir parul akan memeluknya erat sabil melantunkan sholawat di telinganya supaya tidak mendengar suara guruh.

Hening.

"Aku izin nikah ya sayang, andaikan kamu masih ada aku tidak akan menikah hehe" kekeh nindy hambar.

"I love you sayang" lirih nindy mencium lama batu nisan itu sebelum beranjak dari sana.

***

Nindy membaca buku untuk menghilangkan rasa jenuhnya, tinggal menghitung hari ia akan resmi menjadi istri pria lain.

Tring.
Tring.

Nindy mengambil ponselnya mendengar notifikasi chat. "Nomor siapa ini?" Tanya nindy pada dirinya sendiri.

08×××××

"Assalamualaikum√
Ini saya hakam✓

Nindy cukup terkejut sebelumnya ia belum pernah memberikan nomor pribadinya pada orang lain. "Blok aja kali ya" gumam nindy.

Anda teleh memblokir nomor ini

Nindy tidak suka ada nomor pria lain di ponselnya walaupun ia tahu kalau ia akan menjadi istri hakam tapi tetap saja ia tidak mau berkomunikasi sebelum sah.

Nindy menatap poto yang berukuran besar di dinding kamarnya, foto pernikahannya dengan almarhum parul suami tercintanya. "Sayang, kalau kamu masih ada pasti kamu ngambek gara-gara ada nomor pria yang tidak dikenal tau nomor aku, hehe" kekeh nindy membayangkan parul yang cemburu.

Nindy terus mengobrol sampai ia puas dan capek sendiri, ia turun kelantai bawah menemui kedua orangtuanya. "Ayah, bunda" panggil nindy menghampiri mereka yang sedang mengobrol.

"Iya sayang kenapa?" Tanya mereka.

"Siapa yang Kasih nomor aku ke cowok yang mau nikah sam a-aku?" Tanya nindy menatap kedua orangtuanya kesal.

Irah dan ozan saling berpandangan satu sama lain mereka mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ummm.....jadi gini ayah kasih nomor kamu ke hakam supaya kamu bisa berkomunikasi sama dia, hanya itu doang ko" jawab ozan takut anaknya berubah pikiran lagi.

Nindy mendengus kasar. "Udah nindy blok nomor" sinis nindy langsung pergi ke taman rumah. "Emang mereka itu nyebelin banget" kesal nindy.

***

Nindy dan susi mereka ada di mall untuk mencari keperluan persalinan susi yang sebentar lagi akan lahiran.
"Enggak sabar lihat kamu gendong bayi" ucap nindy bahagia.

"Bisa aja, nanti kamu sering-sering jenguk aku ya" ucap nindy.

"Pasti dong" jawab nindy mengelus perut besar susi.

Susi Menatap nindy lekat. "Kamu beneran mau terima perjodohan ayah sama bunda kamu?" Tanya susi serius.

Nindy yang sedang memilih popok bayi langsung memberhentikan aktivitasnya menoleh menatap susi, berusaha untuk tersenyum tipis. "I-iya." Jawab nindy seadanya.

"Sudah mov----"

"Belum. Aku tidak akan move-on dari parul, sekalipun disuruh suami aku nanti. Aku tidak akan move-on dan tidak akan mau move-on" potong nindy tahu arah pembicaraan susi.

Susi menganggam tangan nindy. "Kita dari kecil sahabat aku mau kamu jawab jujur, apa kamu selama ini pura-pura baik saja atau memang baik-baik saja setelah kehilangan parul?" Tanya susi.

Nindy mengelus perut Susi yang besar. "Bumil enggak boleh berdiri lama-lama kita duduk dulu" ajak nindy menarik susi ke restoran yang untungnya cukup dekat dari toko perlengkapan bayi.

Hening.

"Jawab gue nin" pinta susi.

Nindy menatap susi. "Kamu tatap wajah aku apa kah ada luka batin yang kamu lihat?" Tanya nindy. "Sama kan sama wajah aku yang sebelum kehilangan mas parul"

Susi mengangguk kaku.

"Aku mencintai mas parul dari kuliah, aku mencintai mas parul dalam diam dan ternyata mas parul juga cinta aku tapi enggak berani bilang karena dia takut aku risi. Eh tiba-tiba dia minta izin sama kedua orang tuaku untuk meminta aku menjadi istrinya. Aku sangat mencintai mas parul sepenuh hatiku jadi mana mungkin aku tidak terluka melihat mas parul pergi dan tak akan kembali" nindy menjeda ucapannya beberapa detik.

"kalau boleh milih aku lebih memilih mas parul pergi bersama perempuan lain daripada meninggal dunia, aku yakin 1000% kalau mas parul sekarang ini lagi bahagia karena Allah menempatkan dia di surganya Allah. kamu nanya aku terluka atau tidak? Jelas terluka, bahkan melebihi sakitnya di tusuk pisau" jawab nindy panjang lebar.

Susi meneteskan air matanya mendengar pedihnya jadi nindy. "Aku tidak tau mau bilang apa nin, intinya kamu hebat bisa melewati ujian Allah yang paling berat dalam hidupmu, jujur kalau aku jadi kamu aku pasti akan menyerah, hiks" isak susi.

Nindy terkekeh geli melihat susi menangis. "Aku awalnya gitu tapi setelah aku melihat banyaknya video yang mas parul buat untuk aku. Aku sadar kalau hidup harus terus nanti akan ada saatnya Allah memanggil kita aku berharap banget kalau aku meninggal nanti aku dipertemukan mas parul, aku ingin bersama beliau"

Susi mengangguk. "Allah akan mempertemukan kalain di surga firdaus" ucap susi yakin.

Nindy mengangguk senyumnya terus terbit. "Eh sampai lupa pesan makan dari tadi ngobrol" kaget nindy baru menyadari.

"Eh astaghfirullah aku juga lupa keasikan Ngombol sih jadi lupa pesan makan, hehe" kekeh susi.

***

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang