13. janji hakam

100 5 0
                                    

Nindy menatap lurus depan rasa rindu yang ia pendam sendiri tanpa ada yang tahu, termasuk suaminya kini semakin besar dan semakin membuat ia merasakan sesak di dadanya.

Nindy memeluk boneka rajut kesayangannya. "Aku ingin ketemu kamu lagi mas, tolong aku" lirih nindy.

Cklek.

Hakam masuk kedalam kamar menatap istrinya yang sedang menangis tanpa suara. "Sayang kenapa kamu nangis?" Tanya hakam menghampiri nindy.

Nindy yang mendengar suara suaminya buru-buru menghapus air matanya, menoleh menatap hakam. "Eh, e-enggak aku enggak nangis ko" elak nindy.

Hakam jongkok di depan nindy yang duduk di kursi rias, menatap mata nindy yang sedikit sembab. "Jangan bohong dosa" ucap hakam menghapus jejak air mata nindy. "Cerita sama saya kamu kenapa nangis? Kamu rindu ayah sama bunda?" Tanya hakam.

Nindy mengangguk pelan.

Hakam menatap boneka yang nindy genggam, sudut bibirnya tersenyum tipis entah apa sebab ia senyum. Entah itu untuk menutupi rasa cemburunya atau ah sudahlah. "Ayok kita ke jakarta kamu rindu almarhum suami kamu kan?" Tanya hakam.

Nindy cukup terkejut ia langsung menggeleng cepat. "E-enggak aku enggak rindu ko" elak nindy tidak mau menyakiti hati suaminya.

Hakam mencubit pipi nindy pelan. "Bohong banget, ayok saya tidak marah ko kamu rindu almarhum suami kamu, saya juga mau ziarah mau memperkenalkan diri saya." Ucap hakam.

Nindy diam beberapa detik. "B-benar enggak marah?" Tanya nindy.

Hakam mengangguk. "Tidak. Ayok siap-siap saya mau panaskan mobil dulu" ucap hakam langsung keluar kamar.

Nindy langsung siap-siap senyumnya mengembang sepertinya ia tidak akan merasa takut lagi jika ingin meluapkan rindunya pada almarhum suaminya.

***

Nindy langsung keluar mobil berlari menuju pemakaman suaminya, nindy berdiri menatap gundukan tanah yang ada banyak taburan bunga. Ada juga bunga di samping mesan.

"Siapa yang kesini?" Gumam nindy.

"Sayang kenapa bengong?" Tanya hakam menatap istrinya.

Nindy menoleh menunjuk kuburan suaminya. "Ada bunga di sini" jawab nindy bingung.

Hakam duduk menatap batu nisan yang bertulisan 'parul' entah kenapa perasaanya tidak karuan. "Assalamualaikum parul, sudah lama kita tidak bertemu sekalinya kita bertemu saya tidak bisa melihat kamu. Mungkin kamu melihat saya di surganya Allah kamu melihat saya dan istri kamu berduaan di sini. Saya janji saya akan menjaga harta yang paling berharga bagi kamu yaitu Nindy" batin hakam.

Nindy duduk menatap hakam. "Kenapa bengong?" Tanya nindy.

Hakam menggeleng. "Tidak. Saya Kenapa-kenapa" jawab hakam tersenyum tipis.

Nindy mengangguk pelan mengelus mesan itu mengabaikan taburan bunga yang ada di gundukan makam suaminya. "Assalamualaikum mas parul sayang" salam nindy tersenyum tipis. "Aku menepati janjiku kalau aku akan dayang kesini lagi, aku janji aku akan sering datang kesini lihat kamu walaupun aku tidak melihat kamu secara langsung tapi setidaknya aku melihat dan merasakan gundukan tanah ini yang menutupi tubuh indah kamu" lirih nindy yang masih terdengar Hakam yang hanya mampu menahan cemburu.

Nindy mulai menceritakan kesehariannya tanpa sosok parul yang menemaninya, hakam hanya jadi pendengar baik sesekali mengelus punggung nindy. "Kalau saja bisa memilih hidup tanpa kamu atau ikut pergi kesurga bareng kamu mungkin aku akan memilih ikut pulang ke surga bersamamu." lirih nindy menahan sesak di dadanya.

"Sayang aku enggak suka kamu bicara seperti itu" tegur hakam.

Nindy tidak menjawab wanita itu terus mengelus nisan sampai akhirnya air mata yang sedari tadi ia tahan keluar. "Hiks, a-aku kangen banget sama kamu mas aku mau peluk kamu satu kali aja boleh?. Aku mau peluk dan cium kamu aku kangen kamu hiks" isam nindy.

Hakam menarik Nindy ke pelukannya. "Jangan nangis nanti parul di surga sedih lihat kamu sedih seperti ini" ucap hakam.

"Hiks gus aku kangen sama mas parul." isak nindy.

"EHEM" dehem seseorang.

Nindy dan hakam menoleh menatap pria tinggi berdiri di depan mereka, nindy langsung melepaskan pelukannya menatap pria itu kaget. "k-kak Arman?" Kaget nindy kenal dengan pria di hadapannya.

Pria yang bernama arman tersenyum tipis. "Assalamualaikum cantik" salam arman.

Nindy berdiri bersama hakam Menatap arman. "Waalaikumsalam, ish apaan sih cantik-cantik mulu" jawab nindy.

Arman terkekeh kecil. "Sudah lama kita tidak bertemu semanja parul meninggal, eh apa kabar cantik?" Tanya arman mencolek pipi nindy menggunakan gantungan kunci mobilnya tanpa menyentuh pipi nindy.

Nindy mendengus kasar. "Jangan colek-colek aku kak" rengek nindy kesal.

Arman terkekeh kecil. "Dulu kalau gue goda lo gini pasti si arman ngamuk dia langsung bogem gue sampai gue ampun-ampunan, tapi sekarang lo enggak bisa ngadu sama dia hahaha" tawa arman.

Nindy yang mendengar itu langsung ingatannya kembali ke masa lalu. "I-iya m-mas parul enggak akan bisa bela aku lagi" lirih nindy sedih.

Arman yang melihat Nindy sedih panik. "Eh-eh cantik jangan sedih, sorry gue enggak bermaksud ngingetin masa itu. Maksud gue----"

"Siapa kamu?" Tanya hakam yang sedari tadi menahan cemburu melihat keakraban istrinya dengan pria lain yang tidak ia kenal. Hakam menarik nindy kebelakang tubuhnya.

Arman menoleh menatap hakam keningnya mengerut. "Gue?" Tanya arman. Menunjuk dirinya sendiri.

Hakam mengganggu.

"Gue arman teman masa kecil nindy" jawab arman sambil menyisir rambutnya menggunakan jari-jarinya.

Hakam melipat kedua tangannya di dada. "Oh" hanya itu respon hakam.

"Lo sendiri siapa? Kenapa lo berani berduaan di sama cewek gue?" Tanya arman mengaku kalau nindy perempuannya.

Mata hakam membulat sempurna. "Jaga ucapan anda, dia bukan Perempuan mu, dia istri saya" ucap hakam tak terima.

Arman melotot sempurna. "S-suami?" Cicit arman syok. "Jangan asal bicara dia itu-----"

"Kita pulang" ajak hakam menarik nindy dari sana. "Aku enggak suka kamu ngobrol sama pria yang bukan mahram kamu" ucap hakam membuka pintu mobil.

"Eh gus----"

"Alu cemburu nindy, aku tidak suka" potong hakam mengacak-acak rambutnya kesal. "Aku enggak suka titik jangan paksa aku"

Nindy melongo mendengar pengakuan suaminya. "Lah, aku belum ngomong lho" ucap nindy.

Hakam tidak menjawab pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menahan cemburu. "Kapan-kapan aja ya ke rumah bundanya" ucap hakam.

Nindy mengangguk pelan. "Iya" jawab nindy sedikit kecewa.

***

Hakam masuk kedalam rumah umi duduk di samping abi. "Assalamualaikum" salam hakam mencium tangan kedua orangtuanya.

"Waalaikumsalam, kenapa wajah kamu kusut gitu? Berantem lagi sama istrimu?" Tanya abi.

Hakam menggeleng pelan ia menceritakan kejadian di pemakaman tadi. "Hakam tidak suka, hakam cemburu abi, umi, gimana kalau nindy suka arghhhhh enggak mau" teriak hakam prustasi.

Abi dan umi terkejut mereka geleng-geleng kepala. "Kamu seperti anak kecil" ucap abi dan umi.

***

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang