7. Menolak

120 4 0
                                    

Nindy masak di rumah baru mereka sedangkan hakam mengajar sekolah yang masih satu halaman pesantren, nindy menyukai masak dan membuat kue-kue yang sangat lezat.

Selesai masak nindy langsung masuk kamar ia akan bersiap-siap ke rumah mertuanya kalau di rumah saja pasti keringat masa lalunya terus, nindy mengambil ponselnya bergegas keluar rumah tidak lupa membawakan brownies untuk mertuanya.

Nindy keluar rumah menatap sekeliling yang ramai karena sekarang ini jam istirahat jadi wajar saja ramai, santri-santri yang yang sedang jajan. Mata nindy tidak sengaja melihat suaminya yang sedang berpelukan dengan seorang wanita cantik.

Jantung nindy berdegup kencang melihat suaminya berpelukan dengan perempuan lain, walaupun ia tidak cinta dengan hakam tapi tetap saja ia tidak suka hakam memeluk perempuan lain.

"Yang setia memang cuma mas parul" cicitnya tersenyum hambar sambil berjalan melewati mereka, nindy terus menunduk enggan menatap hakam yang masih belum sadar.

"Ning" panggil santriwati mengangetkan nindy dan hakam termasuk perempuan yang dipeluk hakam tadi.

Nindy menoleh menatap perempuan yang memanggilnya. "Waalaikumsalam?" Jawab nindy.

"Eh, assalamualaikum ning" salam perempuan itu menyadari kebodohannya tidak mengucapkan selam.

"Waalaikumsalam, ada apa panggil saya?" Tanya nindy.

"Tadi saya mau ke rumah ning soalnya umi cari ning" jawab perempuan itu menunduk.

"Ini saya mau ke rumah umi" ucap nindy.

"Oh gitu yasudah saya permisi dulu assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab nindy.

"Sayang" panggil hakam menepuk bahu nindy.

Nindy menoleh menatap hakam. "I-iya ada apa gus?" Tanya nindy melirik perempuan yang tersenyum tipis menatapnya, masing dengan tangan yang memeluk lengan hakam.

"Kenalin ini adik saya namanya marlina" ucap hakam melirik adiknya yang ada disampingnya.

Mata nindy Membulat sempurna syok berat mendengar itu, astaga kenapa jadi berburuk sangka pada suaminya sendiri. "A-adik?" Cicit nindy.

Hakam mengangguk tersenyum tipis. "Jangan bilang kamu berpikir yang tidak-tidak sama saya?" Ucap hakam tahu isi pikiran nindy.

Nindy menggeleng cepat. "E-enggak ko aku cuma kaget aja kamu punya adik perempuan" ucap nindy gugup.

"Hallo kak nindy aku Marlina adik bungsunya bang hakam" ucap lina mengajak bersalaman.

Nindy tersenyum tipis ia menerima salaman dari Marlina. "Aku nindy, kamu cantik sekali" puji nindy melihat lekat wajah Marlina.

"Kakak juga" ucap marlina malu-malu.

"Eh kenapa pas acara pernikahan abang kamu enggak ikut" tanya nindy penasaran.

Marlina menunduk sedih. "Abi tidak mengizinkan aku datang ke acara pernikahan abang, karena aku lagi di hukum" jawab marlina sedih.

"Dihukum apa?" Tanya nindy.

"Gara-gara keluar pesantren tanpa izin" jawab hakam.

"Ohhh, yaudah jangan sedih nanti kita bujuk abi supaya kamu bisa dibebaskan" ucap nindy kasihan.

***

Setelah sholat isya hakam langsung pulang tiba-tiba ia merindukan istrinya, sepanjang jalan ia terus tersenyum tipis membayangkan wajah istrinya.

"Assalamualaikum" salam hakam membuka pintu rumah.

Hening.

Hakam mengunci pintu pasti istrinya dikamar, hakam naik kelantai dua tempat kamarnya dengan istrinya.

Cklek.

"Assa-----MasyaAllah, astaghfirullah" kaget hakam melihat Nindy yang sedang menyisir rambut dan hanya menggunakan handuk.

Sama halnya dengan nindy wanita itu syok dengan kecepatan cepat nindy mengambil selimut menutupi seluruh tubuhnya. "Astaghfirullah, gus hakam" kaget nindy.

Hakam memegang dadanya yang berdegup kencang. "A-assalamualaikum" salam hakam.

"Waalaikumsalam, g-gus hakam kenapa main masuk aja sih" kesal sekaligus malu nindy.

Hakam duduk di pojok kasur. "Saya kira kamu lagi main ponsel atau apa gitu ternyata kamu abis mandi" jawab hakam.

"Sekarang keluar aku mau pakai baju dulu" usir nindy kesal.

Hakam menatap lekat nindy mengangguk pelan, sambil menunggu nindy keluar kamar mandi hakam berzikir sebentar.

Cklek

Hakam menoleh menatap nindy yang sudah memakai pakaian tidur dan jilbab bergo. "N-nindy saya boleh bicara serius tidak?" Tanya hakam gugup.

Nindy yang melihat hakam tampaknya serius mengangguk pelan, ia sedikit talut. "B-boleh gus" jawab nindy duduk di samping hakam menunduk.

Hakam menganggam tangan dingin nindy membuat nindy kaget. "Selama kita nikah saya menepati janji kalau daya tidak akan menyentuh kamu, apa sekarang daya boleh memint hak s-saya?" Tanya hakam gugup.

Deg

Nindy mendongak menatap hakam syok. "H-hak?" Cicit nindy.

Hakam mengangguk. "S-saya tau kalau ini berat tap----"

Nindy melepaskan genggaman tangan hakam, menatap hakam lekat. "Alu tidak akan mau disentuh pria manapun kecuali mas parul ingat itu" potong nindy cepat.

Deg

Hakam berdiri menatap nindy dengan tangan teduh. "Saya tau itu tapi sekarang kamu istri saya, dan parul masa lalu kamu dia sudah meninggal" ucap hakam berusaha mengingatkan nindy.

Deg

Nindy menatap hakam tajam. "KITA MENIKAH KARENA PERJODOHAN BUKAN KARENA SALING CINTA, DAN AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN HAK MAS PARUL PADA SIAPAPUN, PADA PRIA MANAPUN KECUALI MAS PARUL DIA ORANG YANG BERHAK ATAS DIRIKU TERMASUK TUBUHKU. AKU MENJAGA DIRIKU DARI PRIA MANAPUN HANYA DEMI MAS PARUL" bentak nindy emosi.

Deg

Hakam mengangguk pelan ia tersenyum tipis. "Yasudah kamu tidak udah marah-marah gitu saya hanya meminta tidak memaksa, kalaupun kamu tidak memberikan hak saya sebagai suami kamu. Saya tidak akan memaksanya atau mengambil secara paksa karena saya tau isi hati kamu hanya untuk parul." Ucap hakam lembut.

Nindy menghapus air matanya entah kenapa ia tidak suka perkataan hakam barusan. "G-gus----"

"Saya minta maaf saya janji setelah ini saya tidak akan meminta hak apapun dari kamu, karena saya tau kita menikah karena perjodohan dan hanya saya yang mencintai kamu di sini. Saya tulus mencintai kamu nindy" potong hakam berusaha menahan sesak di hatinya.

"Gus aku cum----"

"Tidur sudah malam besok pagi umi suruh kita sarapan di sana" potong hakam tersenyum tipis menutupi rasa kecewanya.

"Gus aku tidak bermaksud menyingung perasaan gus, aku cuma----"

"Tidak nindy, saya yang kelewatan cepat istirahat saya akan tidur di kamar lain saya tau selama kita tidur satu kamar kamu tidak nyaman. Saya janji saya tidak akan bilang siapapun kalau kita tidur pisah, saya juga tidak akan menyentuh kamu kecuali kamu mengizinkan saya" potong hakam.

"Aku-----"

"Syaa permisi keluar dulu selamat tidur, assalamualaikum" salam hakam langsung keluar kamar dengan perasaan sedikit kecewa. Ia tidak masalah jika nindy menoleh ajakannya tapi ia tidak suka nindy membawa-bawa soal perjodohan di rumah tangga mereka.

Nindy terduduk di lantai air matanya mengalir deras. "Hiks aku telah berdosa menolak ajakan suami aku sendiri, hiks. Aku minta maaf Gus " isak nindy menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya.

Sedangkan hakam memilih untuk keluar rumah menengkan dirinya di dalam masjid sambil berdzikir.

***

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang