2. Pesan dari almarhum

138 5 4
                                    

Ruang tamu rumah kedua orangtuanya nindy ramai karena keluarga calon suami nindy datang meminta jawaban apakah nindy menerima pinangan mereka atau menolaknya.

Sedangkan nindy masih di kamar sebisa mungkin ia tidak menangis, rasanya ia bingung harus berkata apa lagi. "Mas tolong kasih petunjuk nindy hiks, nindy bingung mas" lirih nindy memeluk poto parul.

Nindy mengambil laptop almarhum suaminya membuka file-file milik parul, sudah menjadi kebiasaannya melihat-lihat video parul yang sedang ceramah.

Matanya tidak sengaja melihat file yang bertulisan. Pesanku untuk istri tercintaku file yang selama ini tidak pernah nindy lihat padahal setiap ia merindukan almarhum suaminya nindy selalu membuka file-file itu namun file yang bertulisan itu tidak pernah ia lihat maupun baca.

Dengan tangan yang begetar menahan tangis yang akan pecah, jantung yang berdegup kencang perasaan tidak enak mulai muncul.

"Assalamualaikum istriku nindy ufairah aidah. Istri sempurna menurut aku pria yang memiliki banyak dosa dan kekurangan namun istri tercintaku ini menerimaku apa adanya.
Mas cuma mau bicara sedikit untuk kamu nindy sayang, jika suatu saat nanti mas tidak bisa bersama kamu sampai tua nanti karena mas tau penyakit kanker yang dimiliki mas ini sudah ditahap terakhir, setiap malam sebelum mas tidur dan peluk kamu mas selalu berdua semoga kamu selalu bahagia dan dalam lindungan Allah....."

Nindy tidak bisa menahan tangannya lagi tangisnya lecah, tangannya mencengkram boneka rajut itu.

"Jika suatu saat nanti mas dipanggil Allah mas minta sama kamu satu saja ikhlaskan mas supaya mas bahagia di surganya Allah. Mas mohon sama kamu jika suatu saat nanti ada pria yang baik dan agamanya baik, pria yang tidak kasar melebihi mas tolong terima dia mungkin itu kiriman dari Allah untuk mengobati rasa sakit kamu karena kehilangan mas. Nindy istriku. Kamu perempuan baik dan cantik tolong jangan habiskan masa hidupmu untuk menangisi mas...."

Cklek....

Nindy mengusap air matanya mendengar suara pintu di buka, menoleh menatap kakak iparnya yang masuk kedalam kamarnya. "Kak" lirih nindy air matanya mengalir deras.

Maya mengerutkan keningnya menatap nindy yang menangis tersedu-sedu maya memeluk nindy walaupun ia tidak tahu kenapa adik iparnya menangis. "Kenapa nangis lagi?" Tanya maya mengusap punggung nindy lembut.

"Mas parul kak" jawab nindy melepaskan pelukannya menunjuk laptop yang masih menyala. "Dia buat video perpisahan hiks" isak nindy kembali menatap layar laptop yang menyala.

Maya menatap laptop itu tidak kaget melihat Nindy yang selalu melihat video-video parul.

"Sayang, tolong janji sama mas kalau kamu akan terus bahagia tanpa mas di sisi kamu. Mas selalu di sisi kanu hanya saja mas tidak terlihat kamu mas selalu berdoa untuk kamu untuk keluarga kita agar selalu dalam lindungan Allah. Kamu harus janji kalau kamu akan patuh sama suami kamu nanti jika kamu menikah lagi, mas tidak mau kanu durhaka sama suami kamu sendiri. Semoga kita bertemu di surganya Allah. I love you nindy ufairah aidah.
Assalamualaikum."

"Hiks, aku enggak kuat kak ini sangat menyakitkan aku hiks" isak nindy.

Maya mengangguk paham. "Bismillah kamu bisa melewati ini semua, ayok kita turun kebawah nanti ayah marah-marah sama kamu gara-gara enggak mau turun" ajak maya sambil menghapus air matanya.

Nindy mengangguk ia menganggam tangan maya keluar kamar dari tangga saja sudah terdengar obrolan mereka begitu akrab.

Semua mata tertuju pada maya dan nindy lebih tepatnya hanya pada nindy yang terus menunduk. "Sayang sini" ajak ozan menepuk sofa di sampingnya.

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang