6. Sahabat?

97 4 0
                                    

Nindy dan hakam keliling pesantren hakam terus memberitahu setiap sudut pesantren supaya nindy bisa kenal setiap area pesantren.

Nindy hanya manggut-manggut saja sesekali ia tersenyum tipis jika ada yang menyapanya.

"Sekarang kita ke belakang pesantren putri kita lihat rumah yang akan kita tinggali" ajak hakam tanpa sadar tangannya menganggam tangan nindy.

Nindy pun tidak sadar mereka langsung berjalan menuju rumah yang berlantai dua bercat putih dan kuning emas. "Assalamualaikum" salam mereka masuk kedalam rumah.

"Besar banget" cicit nindy.

"Jadi kita akan tinggal di sini berdua, ramai-ramai deh sama anak-anak kita nanti" ucapnya.

Nindy tidak menjawab ia menatap sekeliling. "Sudah pernah di tempati?" Tanya nindy penasaran.

Hakam Menggeleng. "Belum, selama ini saya tinggal di rumah umi sama abi. Kalau enggak tidur di ruang kerja pribadi saya" jawab hakam sambil menarik nindy duduk di sofa.

"Berarti ada hantunya" cicit nindy bergidik takut.

Hakam terkekeh kecil. "Tidak ada sayang, nanti kita bikin syukuran kecil-kecilan di sini kita ajak santri-santri di sini" ucap hakam.

"Siapa tau ada hantu kita enggak bisa lihat aja" lirih nindy.

Hakam terkekeh geli. "Kalaupun ada hantu saya akan menjaga kamu dari hantu-hantu itu. Jika hantu itu laki-laki maka saya tidak akan tinggal diam saja"

"Kenapa?" Tanya nindy.

"Saya tidak ikhlas kamu di goda hantu laki-laki yang boleh goda kamu cuma saya" jawab hakam.

"Berarti kalau manusia bol----"

"Enggak. Jangankan manusia hantu aja saya enggak ikhlas. Kamu itu bidadariku" potong hakam.

***

Hujan mengguyur kota bandung mereka saja sampai mematikan AC kamar saking dinginnya. Nindy duduk di depan jendela kamar menatap hujan yang sangat deras.

"Malam ini aku tidak bisa melihat bintang dan bulan, berarti kamu tidak menikah ku. Tapi tidak apa-apa kamu masih tetap di hati aku mas parul" lirih nindy.

Cklek.

"Sayang kamu lagi apa?" Tanya hakam menghampiri istrinya yang sedang melamun di depan jendela.

"Lihat hujan" jawab nindy seadanya.

"Tidur sudah malam besok kita pindah" ajak hakam.

Nindy mengangguk dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Tidak lupa memeluk boneka rajut kesayangannya. "Assalamualaikum mas parul" salam nindy.

Hakam menoleh menatap nindy. "Hmmm saya boleh tanya sesuatu?" Tanya hakam hati-hati.

Nindy menoleh mengangguk pelan.

Hakam menunjuk boneka yang nindy peluk. "I-itu boneka kamu?" Tanya hakam.

Nindy mengangguk.

"Boneka itu sangat bagus dapat dari mana?" Tanya hakam.

Nindy menatap boneka yang ia genggam. "Ini boneka dibuat langsung oleh mas parul, dia membuatkan boneka ini saat dia sedang sakit waktu itu dia tidak mau peluk aku karena takut menular terus dia berinisiatif membutuhkan boneka ini sebagai gantinya" jawab nindy lirih.

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang