17. Batal

86 4 0
                                    

Satu minggu sudah nindy tidak mau ketemu hakam, entahlah perasaannya sekarang ini rumit. Ia tidak tahu kenapa dirinya seperti ini kenapa ia Begitu membenci Hakam yang tidak salah apa-apa bahkan tidak tahu apa-apa.

Maya setia menemani adik iparnya di kamar nindy, karena Nindy tidak mau keluar kamar sama sekali bahkan makan saja ia di kamar sambil menonton video almarhum suaminya.

Setelah di bujuk dengan berbagai cara akhirnya maya tahu penyebab kemarahan nindy, tentunya hanya dirinya yang tahu. "Kamu ingat kan waktu kakak nikah sama abang kamu ada banyak cobaan, dari mulai abang kamu hobi selingkuh, mabuk-mabukkan sampai di usir ayah. Masa cuma masalah itu kamu sebenci gitu sama hakam, dia tidak tau apa-apa kamu juga tidak minta penjelasan dari dia" ucap maya.

"Aku tidak mau dikira perebut calon suami orang kak, aku tidak mau itu" lirih nindy.

"Hey, tidak ada manusia yang merebut jodoh orang lain, kalau memang tidak jodoh ya berarti bukan jodoh mau sekuat apapun berusaha kalau bukan miliknya ya enggak bakal jadi miliknya." Ucap maya.

"Aku tetap mau cerai sama gus hakam titik." Kekeuh nindy.

"Penceraian----"

"Aku tau itu, tapi allah tidak melarang hambanya cerai" potong nindy menatap maya. "Tolong hargai keputusan aku kak" lirih nindy.

Tok.tok.tok.

Maya berjalan menuju pintu membukakan pintu untuk mertuanya. "Bunda Nindy susah di bujuknya" ucap maya pasrah.

Irah mengangguk paham dan langsung menghampiri anaknya. "Nindy, keluar yuk ada mertua kamu di bawah" ucap irah.

Nindy mendongak menatap bunda. "aku tidak mau ketemu siapa-siapa, bun" lirih nindy.

"Temui mereka nak, kasihan mereka jauh-jauh dari bandung ke jakarta hanya untuk ketemu kamu" bujuk bunda.

Nindy mengangguk pelan. "I-iya nindy turun" ucap nindy.

Mereka bertiga langsung keluar kamar, menatap lantai bawah yang ramai. Nindy melirik hakam yang duduk menunduk di samping abi.

"Assalamualaikum" salam nindy mencium kedua tangan mertuanya.

"Waalaikumsalam, Nindy kami kangen banget sama kamu. Masa enggak pulang-pulang sih umi kangen lho sama kamu" ucap umi.

Nindy duduk di samping bundanya tersenyum tipis menatap umi dna abi. "Nindy juga kangen umi, sama abi juga kak anum juga" ucap nindy menatap kedua mertuanya dan kakak iparnya.

"Abang Ibrahim? Kamu enggak kangen sama kakak ipar kamu?" Tanya Ibrahim bercanda.

Hakam menoleh menatap abangnya. "Ck! Abang bukan mahrom" kesal hakam.

"Bercanda, sensi amat" ucap Ibrahim menepuk-nepuk pundak adiknya.

"Ke hakam kamu enggak kangen nih?" Tanya abi menggoda menantunya.

Nindy melirik hakam yang menatapnya lekat. "B-biasa aja" jawab nindy memalingkan wajahnya enggan menatap wajah hakam.

"Yakin nih? Masa enggak kangen sih?" Goda anum.

Nindy mengangguk pelan.

Hakam cemberut. "Masa enggak kangen saya sih? Saya saja kangen banget sama kamu, saya enggak bisa tidur tanpa kamu sampai-sampai saya tidur di teras rumah" ucal hakam.

"Lebay" sinis nindy.

"Saya enggak lebay ini fakta, saya merasakan kalau saya seperti orang gila tanpa kamu di sisi saya. Kamu tau saya it-----"

"Umi sama abi mau ngapain kesini?' tanya nindy memotong ucapan suaminya.

Hakam menghela napas berat. "masih marah ternyata" gumam hakam.

Ibrahim menepuk pundak hakam. "Sabar, kita bantu selesaikan masalah ini" ucap Ibrahim.

"Memangnya tidak boleh?" Tanya balik abi tersenyum tipis.

"Eh boleh dong, boleh banget m-maksudhnya tumben kesini?" Ucap nindy cepat.

Umi tersenyum tipis. "Kami kesini karena kami kangen sama kamu, sekalian mau menanyakan kenapa kamu meminta cerai? Apa kesalahan hakam sampai membuat kamu semarah ini?" Tanya umi sedikit kecewa dengan menantunya.

Nindy menatap umi lekat. "N-nindy merasa kalau nindy sama gud hakam tidak cocok, kamu berdua beda gus hakam harusnya menikah dengan perempuan yang sama-sama belum pernah menikah, dan seharusnya menikah dengan sama-sama pintar dalam ilmu agama, bukan seperti Nindy yang jauh dari kata sempurna" jawab nindy panjang lebar.

"Saya tidak ped-----"

Ucapan hakam kembali terpotong saat nindy menatap lekat. "aku tidak mau orang lain mengira aku merebut milik orang lain, aku tidak mau orang lain berburuk sangka sama aku. Tolong hargai keputusan aku gus, cari istri yang lebih baik dari aku" potong nindy.

Hakam menggeleng cepat ia berjalan menghampiri nindy menganggam tangan nindy erat. "jangan bicara seperti itu saya mohon, saya tidak mau cerai sama kamu saya cinta sama kamu Nindy. Tolong ampuni saya hiks saya mohon jangan bicara seperti itu hiks" isak hakam.

Nindy memberanikan diri menghapus air mata hakam lembut. "Gus-----"

Hakam mendongak menatap nindy. "Kamu mau tinggal di sini kan? Kamu tidak mau pindah dari rumah bunda kan?, baik kita tinggal di sini asalkan kamu jangan minta cerai dari saya. Kalau saya punya salah hukum sepuasnya asalkan jangan tinggalkan saya hiks" isak hakam menyembunyikan wajahnya di lutut Nindy menangis sejadi-jadinya didepan keluarganya dan keluarga mertuanya.

Semua orang syok melihat Hakam menangis tersedu-sedu seperti ini termasuk umi dna abi yang baru pertama kali melihat hakam menangis seperti ini.

"Gus jangan seperti ini malu dilihat banyak orang masa nangis gini sih kaya anak kecil" ucap nindy berusaha mengangkat kepala hakam.

Hakam menepis tangan nindy pelan. "Saya tidak peduli itu, tolong maafkan syaa kalau saya punya salah sama kamu hiks" isak hakam.

Nindy menatap kedua mertuanya tidak enak. "Gus berdiri jangan seperti ini" kesal nindy.

"Syaa tidak mau berdiri sebelum kamu cabut ucapan kamu soal kamu mau cerai sama saya" ucap hakam.

Juan menatap nindy. "Nindy tidak pantas suami sujud pada istri seperti itu, batalkan soal kamu minta cerai kecuali hakam selingkuh dari kamu baru itu kesalahan patal" ucap juan.

"Tap-----"

"Kalian bicarakan baik-baik jangan pakai emosi, masa pernikahan baru satu bulan lebih udah minta cerai sih" potong irah.

"Yang dikatakan bunda kamu benar, jangan gegabah ayah tidak pernah mendidik kamu seperti itu" imbah ozan.

Nindy yang kesal ia meremas rambut hakam. "Bangun" suruh Nindy kesal.

Hakam meringis. "Sakit sayang" rengek hakam.

"Oke aku cabut soal aku minta cerai dengan syarat aku tetap tinggal di sini. Kalau kamu mau ikut tinggal di sini silahkan enggak juga enggak papa" ucap nindy.

Hakam mengangguk cepat. "Ya, saya juga akan tinggal di sini" ucap hakam.

"Terus rumah kalian gimana?" Tanya umi menatap mereka berdua.

"Nanti hakam sering-sering ke rumah hakam, umi sama abi tidak usah khawatir yang penting hakam tidak jadi cerai sama nindy" ucap hakam tersenyum lebar.

***

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang