Suasana ruang makan hening mereka fokus dengan makanan mereka masing-masing, hakam sama sekali tidak terlihat sedang ada masalah dengan istrinya. Sebisa mungkin mereka bersikap seperti biasanya.
Namun kedua orangtuanya tahu kalau mereka berdua ada masalah, terlihat jelas kalau hakam selalu mengalihkan pembicaraan soal pernikahan mereka berdua.
Selesai makan mereka langsung berkumpul di ruang keluarga, mengobrol asyik hakam dan nindy hanya jadi pendengar baik.
Abi yang tidak kuat melihat mereka hanya diam saja menatap mereka berdua bergantian, mereka duduk cukup jauh. "Kalau ada masalah selesaikan jangan dibiarkan saja" ucap abi Gereget.
Hakam menatap abi sambil tersenyum tipis. "Kami tidak ada masalah, abi. Memangnya kami kenapa?" Elak hakam.
"Jangan bohong sama kami berdua, selesaikan abi sama umi tidak akan ikut campur" ucap abi.
"Sana selesaikan" suruh Ibrahim.
Hakam mengangguk melirik nindy yang mengangguk pelan, mereka langsung masuk kamar hakam yang ada di rumah umi.
Hakam melirik nindy yang duduk di sofa kamar. "Saya minta maaf tadi malam saya meninggalkan kamu di rumah sendiri, saya----"
"Aku minta maaf gus hiks, aku tidak bermaksud berkata seperti itu aku tidak bermaksud menyakiti perasaan gus hiks" isak nindy menatap wajah hakam.
Hakam tersenyum tipis memberanikan diri untuk menghapus air mata nindy. "Kamu tidak salah saya yang salah, sudah kita saling memaafkan saja"
Nindy menganggam tangan hakam membuat sang empu cukup terkejut. "Aku tidak bisa melupakan mas parul, tapi aku akan berusaha menerima takdir aku menjadi istri juga. Aku akan berusaha menerima gus" ucap nindy yakin.
Hakam melepaskan genggaman nindy. "Lebih baik kamu istirahat saja saya tau kamu tidak tidur semalaman" ucap hakam mengalihkan pembicaraan.
Nindy menggeleng cepat. "Aku tidak mau istirahat sebelum gus memaafkan aku" tolak nindy.
Hakam terkekeh renyah. "Sayang, saya tidak marah sama kamu jadi saya harus memaafkan kamu soal apa?" Tanya balik hakam.
Nindy memeluk hakam erat Membuat hakam syok sekaligus bahagia. "Aku mau melakukannya, aku tidak mau durhaka" cicit nindy.
Hakam melepaskan pelukannya menatap nindy. "Saya tidak akan melakukannya sebelum kamu ikhlas di sentuh lebih saya" ucap hakam.
***
Hakam menatap istrinya yang sedang membuat brownies kukus Cokal, hakam memeluk nindy dari belakang Membuat sang empu terkejut. "Kamu tau enggak bedanya brownies sama kamu?" Tanya hakam menaruh dagunya di pundak nindy.
"Apa?" Tanya nindy sambil memotong brownies, awalnya ia tidak nyaman hakam seperti ini tapi lama kelamaan ia jadi terbiasa.
"Kalau brownies untuk di makan kalau kamu untuk di sayang, hehe" kekeh hakam.
Nindy mengambil potongan brownies menyuapi suaminya. "Enak enggak?" Tanya nindy menunggu suaminya menelan brownies.
Hakam tidak langsung menjawab ia duduk di kursi makan. "Enak, enak banget malahan saya suka manisnya tidak terlalu manis, pas di lidah saya yang tidak terlalu suka manis"
Nindy tersenyum tipis. "Syukur kalau suka" ucap nindy.
Hakam menatap nindy yang sedang main ponsel. "Jangan main ponsel dong saya jadi gabut nih" ucap hakam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh kedua
Teen FictionNindy perempuan cantik yang ditinggal sang suami tercinta meninggal dunia, harus menerima pinangan dari pria yang tidak dikenalnya sedangkan hatinya masih disini dengan sosok mantan suaminya. Hakam pria berusia 29 tahun yang juga belum menikah tanpa...