10. kecewa

122 4 1
                                    

Hakam pulang lebih cepat seharusnya ia pulang besok tapi Ibrahim mengajaknya pulang sekarang karena istrinya sedang tidak sehat, hakam tentu senang bukan karena kakak iparnya sakit tapi karena pulang cepat.

Hakam sudah memberitahu istrinya kalau ia akan pulang besok ia ingin melihat respon nindy yang melihatnya pulang lebih cepat, hakam langsung masuk rumah dengan perasaan senang.

"Assalamualaikum, sayang aku pulang" salam hakam sedikit berteriak supaya istrinya mendengar.

Hening.

Hakam naik kelantai dua masuk kedalam kamar yang kosong seperti tidak berpenghuni. "Sayang aku pulang" ucap hakam menatap sekeliling termasuk kamar mandi.

"Sayang kamu dimana?" Teriak hakam mulai panik. Ia turun kelantai bawah mencari sekeliling rumah perasaannya tidak enak, ia bergegas pergi ke rumah kedua orangtuanya.

"Umi, abi, apa ada nindy di sini?" Tanya hakam tanpa mengucap salam.

"Salam dulu hakam" tegur abi.

"Assalamualaikum, maaf hakam terlalu panik. Nindy ada di sini enggak?" Tanya hakam menatap semua orang.

"Waalaikumsalam, nindy enggak kesini dua hari ini nindy enggak kesini" jawab abi dan umi.

Deg

Hakam meraup wajahnya kasar. "Astaghfirullah. Nindy kemana? Di rumah juga kosong" lirih hakam.

"Mungkin dia nginep di rumah kedua orangtuanya lupa izin sama kamu" ucap anum.

Hakam mengangguk berusaha berpikir positif thinking, merogoh saku celananya mengambil ponselnya. Menelpon nomor mertuanya.

"Assalamualaikum, ayah di sana ada nindy enggak?" Tanya hakam to the point.

"Waalaikumsalam, nindy? Bukannya nindy ada bandung sama kamu?" Tanya balik ozan.

Hakam duduk lemas di sofa. "Hakam baru pulang dari luar kota, yah. Hakam pulang tapi tidak ada nindy di rumah di rumah umi juga enggak ada" jawab hakam.

"Astaghfirullah. Kemana itu anak" khawatir ozan.

Diseberang sana irah merebut ponsel suaminya. "Kamu gimana sih hakam kenapa kamu bisa enggak tau nindy kemana?" Tanya irah khawatir.

"Bunda, hakam benar-benar enggak tau" lirih hakam merasa bersalah.

Ozan merebut ponselnya. "Yasudah begini saja kamu cari di sana ayah cari di sekitar sini" ucap ozan.

"Ayah, nindy enggak kenapa-kenapa kan?" Tanya hakam khawatir.

"Enggak kenapa-kenapa, dia bisa jaga diri baik-baik" jawab ozan yakin anaknya bisa menjaga diri baik-baik.

"Yaudah hakam tutup dulu telponnya assalamualaikum" salam hakam langsung memutuskan sambungan telponnya.

***

Nindy mengelus mesan itu lembut. "Aku menepati janjiku, aku akan segera pulang ke Bandung nanti aku bakal Kesini lagi" ucap nindy.

"NINDY" teriak seseorang berlari cepat menghampiri nindy.

Nindy menoleh matanya membulat sempurna melihat pria tinggi yang sangat dikenalnya. "G-gus h-hakam" kaget nindy melihat suaminya.

Hakam berdiri di depan nindy dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kenapa kamu ke sini tanpa izin dari saya?" Tanya hakam menahan kesal.

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang