5. bandung

114 4 0
                                    

Setelah sarapan pagi mereka langsung mengobrol bersama sedangkan nindy perempuan itu membereskan barang-barangnya yang akan dibawa ke rumah suaminya, sebenarnya nindy tidak mau ikut ke bandung ia ingin tetap tinggal di Jakarta tapi kedua orangtuanya memaksanya untuk ikut bersama suami barunya.

Nindy menatap lurus beberapa poto almarhum parul ia bawa tentunya laptop milik parul, air mata nindy terus mengalir ia tidak bisa meninggalkan kamar ini yang penuh dengan kenangan.

"Hiks mas aku pergi dulu ya hiks" isak nindy memeluk poto pernikahannya.

Cklek.

Hakam masuk kamar menatap istrinya yang sedang menangis. "Kalau kamu tidak mau pergi dari sini tidak papa, nanti saya bulak-balik saja" ucap hakam.

Nindy menoleh menatap hakam. "Terlanjur" ucap nindy keluar kamar sambil menarik kopernya.

Nindy langsung berpamitan dengan kedua orangtuanya, tidak lama mereka langsung masuk mobil milik hakam nindy terus menangis ia tidak bisa jauh-jauh dari kedua orangtuanya.

"Mau beli sesuatu dulu?" Tanya hakam.

Nindy mengangguk pelan. "Aku mau ke makam suami aku dulu" jawab nindy.

Hakam mengangguk pelan. "Tunjukin saja nanti say----"

"Itu, berhenti di situ gus jangan turun jangan ikutin aku" ucap nindy menunjuk pemakaman umum.

Hakam mengangguk dan langsung memarkirkan mobilnya di samping pembatas tembok pemakaman umum. "Perlu saya an----"

"Enggak!" Tolak nindy langsung keluar mobil membeli bunga.

Hakam menatap nindy yang mulai jauh. "Beruntung sekali mantan suaminya nindy dicintai begitu hebat" gumam hakam sedikit iri dan cemburu. "Eh seperti kenal makam itu" cicit hakam melihat nindy duduk di samping gundukan tanah.

Nindy mencium batu nisan mantan suaminya. "Assalamualaikum Habibie ku, hari ini aku akan pergi ke bandung aku terpaksa ikut dia karena paksaan bunda sama ayah. Sayang aku janji aku akan sering-sering datang ke sini setiap aku sedih maupun senang."

Nindy menghapus air matanya yang menetes. "Sayang, I love you" lirih nindy sebelum beranjak dari sana.

***

Nindy menatap sekeliling yang ramai oleh santri-santri yang sedang beraktivitas. "Ramai sekali" cicit nindy.

Hakam memberhtikan mobilnya tepat di depan rumah kedua orangtuanya yang sudah menunggunya. "Ayok turun" ajak hakam.

Nindy langsung turun menyalami tangan mertuanya. "Assalamualaikum" salam nindy.

"Waalaikumsalam, akhirnya kalian sampai juga umi sama abi dari tadi nungguin kalain, lho" ucap umi.

Hakam menyalami tangan umi dan abi. "Assalamualaikum" salam hakam.

"Waalaikumsalam, ayok masuk" ajak abi.

Nindy dam Hakam langsung masuk kedalam rumah duduk di ruang tengah mengobrol santai.

"Mau langsung pindah atau tinggal di sini dulu?" Tanya umi menatap nindy dan hakam.

"Tinggal di sini dulu aja temenin kakak" ucap anum istri Ibrahim.

Hakam menoleh menatap nindy. "Satu Minggu tinggal di sini dulu nanti kita pindah rumah" jawab hakam.

"Yasudah kalau gitu kalian istirahat dulu kalian pasti capek" ucap abi.

Mereka mengangguk hakam berjalan lebih dulu dari Nindy yang mengikutinya dari belakang, hakam membuka kamarnya. "Assalamualaikum" salam nindy dan hakam masuk kamar.

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang