19. Preman.

80 5 0
                                    

Nindy masih tidak menyangka kalau ia sedang mengandung ini benar-benar membuat ia syok, nindy mengelus perut ratanya menatap lurus depan. "Ada nyawa yang harus aku jaga di sini" lirih nindy.

Cklek

"Sayang" panggil hakam keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk.

Nindy yang sudah biasa melihat hakam seperti ini ia mendongak menatap hakam. "Iya?" Tanya nindy.

Hakam berjalan ke arah nindy. "Kalau kamu butuh sesuatu kanu harus bilang sama saya, ya" ucap hakam.

Nindy memeluk pinggang hakam selama ia hamil nindy sangat manja seperti sekarang ini, biasanya nindy akan menjerit kaget melihat hakam seperti ini. "enggak mau apa-apa" jawab nindy lirih.

Hakam mengelus rambut nindy. "Yasudah saya mau pakai baju dulu kamu mau ikut saya tidak?" Tanya hakam.

"Kemana?" Tanya nindy semakin mempererat pelukannya.

"acara pernikahan teman abi sama umi, cukup jauh dari sini" jawab hakam.

Nindy mendorong pelan hakam menatap hakam kesal. "Jadi maksudnya gus tidak mau ajak aku gitu? Mau tinggal aku sendirian di sini?" Tanya nindy salah paham.

"Eh enggak sayang maksud saya tuh----"

"Ah nyebelin, sana keluar" kesal nindy.

Hakam tersenyum tipis ia jongkok di depan nindy menganggam tangan nindy. "Sayang, kalau saya tidak ada niat bawa saya mungkin saya tidak akan bilang sama kamu, sekarang kamu siap-siap ya jangan marah dong" bujuk hakam.

"Siapa-siapa yang ikut?" Tanya nindy.

"Semua ikut" jawab hakam.

"Marlina ikut?" Tanya nindy.

"Dia enggak mau ikut katanya ada tugas" jawab hakam.

"Ohhhhh" hanya itu jawaban yang hakam dengar. Nindy langsung beranjak dari kasur mengambil baju untuk ke acara pernikahan.

"Jangan cantik-cantik nanti banyak yang lihat" ucap hakam cemberut.

***

Mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri pernikahan, Ibrahim yang menyetir mobil disampingnya ada abi, di kursi belakang ada umi dan anum. Paling belakang ada nindy dan hakam.

"Jalanan sepi" ucap hakam.

"Mana malam gini lagi" sahut Ibrahim bergidik ngeri.

"Jangan bicara aneh-aneh banyakin istighfar sama sholawat" tegur abi.

Dari belakang mereka mendengar suara motor yang malaju begitu cepat. "Astaghfirullah! Sepertinya mereka mengejar kita" ucap Ibrahim.

Tok.tok.tok.

"Woy berhenti" teriak mereka disamping mobil.

"Astaghfirullah! Abi mereka cegat kita" panik umi.

"Tenang saja jangan panik" ucap abi.

Sedangkan hakam menganggam erat tangan nindy. "Berdoa" bisik hakam.

CITTTTT....

"Astaghfirullah" istighfar mereka kaget saat Ibrahim mengerem mendadak karena ada segerombolan preman yang menghalangi jalan mereka.

"Turun woy atau kita pecahkan kaca mobil kalian" ancam mereka mengetuk-ngetuk kaca mobil.

"Kalian mau apa?" Tanya abi.

Jodoh keduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang