Dua hari sudah mereka sama-sama saling diam, tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Setelah kejadian di pemakaman dua hari yang lalu mereka seakan tidak saling kenal. Ego mereka sama-sama tinggi sebenernya hakam tidak suka dengan kondisi yang sangat hening seperti ini tapi ia masih kesal.
Seperti sekarang ini mereka berdua duduk ngobrol di rumah umi dan abi, mengobrol random, nindy hanya jadi pendengar yang baik ia akan menjawab jika ditanya saja.
Umi, abi, Ibrahim, dan maya tahu kalau hubungan mereka tidak sedang baik-baik saja makanya itu mereka berencana untuk mengajak mereka jalan-jalan sekitar bandung.
"Gimana hakam, nindy kamu mau ikut kami kan?" Tanya umi menatap mereka berdua yang hanya daim dna duduk berjauhan.
Hakam menarik napas panjang mengangguk pelan. "Iya, kalaupun hakam enggak ikut pasti dipaksa ikut" jawab hakam tahu sifat uminya.
"Heheh tau aja kamu" kekeh umi.
"Kalau nak nindy ikut kan?" Tanya abi menatap menantunya.
Nindy tersenyum tipis. "Lihat nanti saja" jawab nindy ragu untuk ikut.
"Harus ikut dong ini jalan-jalan kita pertama kalinya sama kamu" ucap maya memaksa.
Nindy melirik hakam yang hanya biasa saja. "Yaudah aku ikut" pasrah nindy tidak enak juga menolak.
***
Mereka saat ini sedang di mall terbesar di bandung marlina, maya dan nindy asyik main di Timezone walaupun maya dan nindy cukup dewasa mereka masih menyukai permainan anak-anak.
Sedangkan umi dan para lelaki mereka hanya duduk menonton keseruan ketiga orang yang saling adu permainan.
"Ada masalah apa kamu sama nindy?" Tanya abi menatap hakam.
Hakam menoleh tersenyum tipis. "Tidak ada masalah apa-apa abi" jawab hakam bohong ia tidak mau abi dan keluarganya tahu kalau dirinya dan nindy sedang ada masalah.
"Masalah nindy yang pergi tidak izin?" Tanya abi menebak.
Hakam menatap nindy yang sedang bermain. "Awalnya cuma itu doang tapi hakam malah kebablasan marah" jawab hakam ia mulai menceritakan semuanya pada keluarganya.
"Astaghfirullah. Harusnya kamu lebih sabar lagi kamu ingat sendiri kan nindy bilang kalau dia masih belum bisa move-on dari manatan suaminya, harusnya kamu tidak berkata seperti itu pantas saja nindy marah" ucap umi dan abi.
"Abi, umi, enggak cuma hakam yang salah tapi nindy juga. Harusnya dia bisa move-on dari almarhum suaminya dan mulai mencintai hakam" ucap Ibrahim tidak terima adiknya disalahkan sepenuhnya.
"Yaudah gini aja diantara kalian harus ada yang mengalah kalau tidak ada yang mengalah siap-siap kalian rengang" ucap umi.
Abi menatap hakam yang terlihat sedih. "Coba pikirkan baik-baik, sholat minta petunjuk sama Allah" ucap abi menepuk pundak hakam.
***
Hakam dan nindy masuk kedalam rumah setelah seharian mereka jalan-jalan bersama, nindy duduk di sofa menyalakan AC ruangan tinggi.
Hakam yang memang ada di sana dan tidak kuat terlalu dingin pria itu langsung mengigil kedinginan. "Jangan terlalu dingin saya tidak kuat dingin" ucap hakam memulai pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh kedua
Teen FictionNindy perempuan cantik yang ditinggal sang suami tercinta meninggal dunia, harus menerima pinangan dari pria yang tidak dikenalnya sedangkan hatinya masih disini dengan sosok mantan suaminya. Hakam pria berusia 29 tahun yang juga belum menikah tanpa...