2. The Second Thing

383 53 4
                                    

Meski musim balap belum dimulai, bukan berarti Oliver hanya akan bermalas-malasan. Dia memiliki banyak pekerjaan. Disamping harus menyiapkan mesin kendaraan maupun strategi dengan tim, dia juga berkewajiban untuk melakukan latihan fisik guna menjaga tubuhnya agar tetap bugar.

Dua jam adalah waktu yang digunakan Oliver untuk melatih fisiknya di sebuah pusat kebugaran. Pemuda itu keluar dari tempat tersebut dengan botol minum yang ada ditangan serta tas yang menggantung di lengan. Berjalan menuju mobil miliknya yang terparkir didepan gedung pusat kebugaran. Dia berjalan dengan senyum ramah, khas seperti imej yang dimilikinya selama ini. Meski terkadang dia sedikit terganggu dengan banyaknya kamera yang selalu mengikuti dan mengusik privasinya.

Oliver tak bisa melangkah dengan leluasa, sebab penggemar dan paparazzi menutupi jalannya. Beberapa penggemar meminta foto, tanda tangan, mengajaknya berbicara, bahkan ada yang berusaha untuk tetap mencari gossip yang bisa dimuat di media mereka.

"Oliver, bisa lihat kemari?" Seseorang memanggil dengan menyodorkan ponsel yang sudah siap menangkap gambar. Oliver dengan sikap ramahnya mendekat dan menerima ajakan penggemas tersebut untuk berfoto bersama.

"Aku adalah penggemarmu Oliver. Ku harap kau bisa memenangkan musim depan lagi." Ungkap penggemar laki-laki tersebut. Oliver tersenyum penuh arti. Semangat yang diberikan para penggemar adalah yang terbaik untuk membuat tekadnya kuat untuk saat ini.

"Terimakasih, aku akan melakukan yang terbaik."

"Kau adalah yang terbaik, Oliver."

Beberapa kali Oliver melakukan swafoto serta membubuhkan tanda tangan pada mereka. Meski begitu dia tetap tidak bisa melayani semua penggemar. Matanya sudah tidak tahan akibat banyaknya lampu flash yang sejak tadi berkedip dan telinganya yang begitu bising oleh teriakan yang terus memekik.

"Oliver kau sangat tampan!"

"Menanglah lagi, Oliver!"

"Oliver, apakah menurutmu kau akan melewati musim depan dengan baik?!"

"Kabarnya kontrakmu akan segera habis? Apa kau akan pergi dari tim?!"

"Oliver!!"

"Oliver!!"

Keadaan sangat berisik bagi Oliver. Dia mencoba membelah kumpulan manusia yang mengikutinya saat ini. Dan ketika dia berhasil masuk kedalam mobilnya, disitulah akhirnya Oliver bisa merasa lega. Meski mereka masih mencoba mengambil gambarnya, setidaknya didalam mobil Oliver tidak mendengar kebisingian tersebut.

"Akhirnya aku bisa keluar juga." Ucap Oliver lega. Dia meletakkan botol minum serta tas yang dia bawa ke tempat duduk disampingnya. Hanya saja sepertinya ketenangan itu hanya berlaku sesaat. Sebab dia masih dikejar oleh seseoang yang masih mencoba mengulik kehidupannya.

"Oliver bagaimana komentarmu tentang kabar hubunganmu dengan Irish?" Tanya beberapa orang yang merupakan paparazzi.

"Apakah benar kalian berpacaran?"

"Kabarnya kalian berdua menghabiskan waktu bersama beberapa hari lalu?"

Oliver tentu saja tidak menanggapi. Namun dia menggerutu karena tak suka. "Hubungan dengan Irishh apanya. Sebenarnya mereka itu media berita olahraga atau akun gossip,"

Oliver menyalakan mesin mobil. Saat hendak menancap gas, tiba-tiba tubuh pemuda itu merasakan guncangan yang sangat keras dari arah belakang. Dia melenguh sakit karena dahinya yang membentur setir.

"Sial, manusia mana yang berkendara tidak menggunakan mata ini." Ucap Oliver yang mengeluh kesakitan. Dia menegakkan kepala yang teraga ngilu setelah terbentur stir mobil. Namun belum sempat melihat sang pelaku, tiba-tiba dia mendengar teriakan yang begitu kencang ketika sebuah mobil melaju cepat dari sampingnya.

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang