11. Go

272 57 7
                                    

Semua orang di tempat itu menatap sosok Oliver dengan bingung. Lelaki itu sedang menarik perempuan yang sangat asing bagi para crew. Sebab yang mereka tahu hanyalah Irish teman perempuan Oliver yang selalu menempel pemuda itu.

"Oliver, lepas. Kau menarik perhatian semua orang." Kata Violet yang mencoba melepaskan cekalan tangan Oliver yang sayangnya tidak berguna sama sekali. Pemuda itu malah mempererat cengkramannya hingga membuat Violet mendesis sakit.

"Aku tidak peduli."

Oliver menarik perempuan itu menuju sebuah ruangan. Dia memaksa perempuan yang sudah tidak dia temui hampir 2 bulan ini untuk masuk. Perempuan itu tentu saja protes dengan perlakuan yang diberikan Oliver, namun dia tidak peduli. Amarahnya sudah terlanjur memuncak ketika melihat entah darimana perempuan itu tiba-tiba ada didepannya. Jadi sebelum terlambat, dia membawa perempuan itu untuk agar tidak bisa lari lagi.

"Tetap disini dan jangan mencoba untuk melarikan diri, lagi." Perintah Oliver dengan menekan kalimat terakhir yang dia ucapkan.

Violet berlari. Mencoba menggapai pemuda itu, sayangnya apa yang dia lakukan tidak berhasil. Sebab ketika hendak mencapai ujung pintu, Oliver sudah menutupnya dengan keras.

"Tidak tunggu --jangan tutup pintunya!!"

Oliver tidak sungguh tidak peduli. Dia mengunci pintu ruangan yang digunakan khusus untuk nya.

"Jangan ada yang membuka pintu ini tanpa ijin dariku." Ucapnya tegas pada siapapun yang ada disana. Dan semua orang hanya mampu mengangguk. Sebab Oliver yang seperti itu akan sangat menakutkan untuk ditanya maupun dibantah perkataannya. Jadi mereka hanya pasrah dan berharap bahwa perempuan didalam sana bisa bertahan dari kengerian emosi pemuda itu.

Pemuda itu melenggang pergi. Melanjutkan acara yang tersisa sebelum mencari penjelasan pada perempuan yang telah begitu kejam meninggalkannya tanpa penjelasan sedikitpun.

Oliver kembali setelah hampir satu jam lebih meninggalkan Violet sendiri diruangan tersebut. Dia menyelesaikan acara yang tersisa secepat yang dia bisa. Dari naik keatas podium, interview lagi, serta foto bersama dengan anggota tim. Kini dia berjalan. Bergegas karena sudah tidak sabar melakukan konfrontasi pada sosok yang sudah membuangnya seperti sampah. Sungguh Oliver meluapkan kemurkaannya tepat diwajah perempuan tersebut.

Hanya saja ketika membuka pintu amarahnya itu seperti menguap seketika saat melihat bagaimana tubuh kecil itu meringkuk di sofa panjang. Oliver berjalan mendekat. Dia berusaha mengangkat kakinya sepelan mungkin agar tidak mengeluarkan suara yang bisa mengganggu perempuan itu. Oliver merendahkan tubuhnya. Berjongkok disamping sofa dan memandang perempuan terlelap itu dengan sorot yang sulit diartikan. Kerinduan? Amarah? Kecewa? Entahlah. Oliver tidak bisa mendiskrisikannya.

Violet menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku karena tertidur ditempat yang tidak seharusnya. Dia mengucek kedua matanya yang masih merasakan sisa kantuk. Melihat jam yang melilit dipergelangan tangannya. Ternyata sudah hampir 2 jam lebih dia terkurung ditempat tersebut.

"Sudah bangun?"

Suara yang menguar tersebut seketika mengembalikan kesadaran Violet. Dia tersentak lalu mendudukkan diri dengan cepat. Violet melihat Oliver duduk di kursi yang tak jauh dari tempatnya berada. Kakinya menyilang dengan kedua tangan yang terlipat didada. Pemuda itu tampak angkuh. Ekspresi wajah tajamnya yang menakutkan dan penuh dengan intimidasi, tidak pernah Violet lihat sebelumnya.

Oliver berdiri setelah beberapa menit berada diposisi tersebut hanya untuk menunggu perempuan itu terbangun. Dia berjalan mendekat. Setiap langkahnya memperlihatkan getaran menakutkan yang membuat perempuan didepannya tampak ketakutan.

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang