Seorang lelaki tengah duduk di bangku penonton. Wajahnya tidak menunjukkan kesenangan sama sekali. Dia lebih menunjukkan keterpaksaannya karena berada ditempat itu. Akan tetapi kekalahannya pada taruhan dengan perempuan disampingnya membuatnya mau tidak mau menyanggupi permintaan tersebut. Bukan tanpa alasan, sebab dia lebih suka menghabiskan waktu di sirkuit. Bermain dengan kecepatan yang begitu memacu adrenali.
"Sampai kapan aku harus berada disini?" Tanya lelaki itu yang terlihat sudah begitu jemu.
Perempuan yang berpenampilan sangat tertutup dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya itu menoleh kearah sumber suara. Menatap pada sosok yang penampilannya tak kalah tertutup dengan perempuan bernama Irish tersebut.
"Tentu saja sampai pertunjukkannya selesai. Ingat, kau tidak boleh pergi kemanapun karena kau sudah kalah taruhan denganku semalam." Bisik Irish yang membuat sang lawan bicara tak bisa melakukan apapun kecuali tetap berada ditempat.
"Sialan." Umpat pemuda itu kesal seraya melipat kedua tangannya didada dengan angkuh.
"Jangan banyak bersuara, Oliver. Jika ada yang mengetahui keberadaan kita berdua semuanya akan melelahkan." Ucap Irish.
Sebab tentu saja, media akan sangat berisik ketika ada yang mengetahui keberadaan mereka berdua. Seorang pembalap yang sudah mendapat 2 kali juara dunia formula 1 secara berturut turut sejak awal karirnya dan super model yang menghiasi banyak cover majalah terkenal sedang menonton pertandingan kejuaraan skating bersama. Bukankah hal itu cukup bagus untuk menarik perhatian banyak orang? Itulah sebabnya mereka memilih untuk tidak menunjukkan penampilan yang mencolok.
Sorak riuh para penonton mengalihkan perhatian Oliver menuju arena yang digunakan untuk perlombaan figure skating. Ya, lelaki itu sedang duduk melihat perlombaan Figure Skating yang menurutnya begitu membosankan. Bukan, ini bukan masalah dari pertunjukkannya, melainkan karena dia lebih menyukai hal-hal yang berbau dengan kecepatan dan adrenalin.
Lelaki itu memperhatikan seorang figure skater perempuan yang memasuki arena. Dia memakai gaun merah darah yang begitu mencolok dan dipadukan dengan celana pendek berwarna hitam. Riasannya pun terlihat menggunakan warna menonjol dan tegas. Senada dengan warna baju yang dia kenakan. Rambut yang dikuncir kuda semakin menunjukkan aura kepercayaan diri dari perempuan tersebut.
"Bukankah seharusnya dia berpasangan dengan Enzo Esteban?" Gumam Irish yang membuat Oliver tertarik. Lelaki itu menoleh kearah Irish dengan satu alis yang terangkat.
"Hah? Siapa?"
"Perempuan itu. Dia adalah Violete Emlyn. Dia baru saja menjuarai olimpiade figure skating dengan pasangannya Enzo Esteban. Tapi mengapa dia sendirian pada kejuaraan ini?" Jelas Irish pada Oliver.
"Kenapa harus berpasangan? Bukankah figure skating bisa dilakukan seorang diri?" Tanya Oliver yang masih tidak paham.
"Haish, sebenarnya apa sih yang kau lihat sejak tadi?" Irish tampak kesal dengan Oliver.
Oliver pun hanya mengendikkan bahu acuh sebagai jawaban. "Kan sudah ku katakana aku terpaksa ada disini."
Irish merotasikan mata malas mendengar jawaban temannya itu yang memiliki sifat acuh seperti biasa.
"Jadi begini Saudara Oliver Rexon yang sudah menjadi juara dunia F1 selama dua kali berturut-turut, ini adalah perlombaan yang seharusnya diikuti dengan berpasangan. Jadi menurut mu bukankah sangat aneh kalua dia memasuki ice rink seorang diri?"
Pemuda itu mengalihkan pandangannya untuk kembali pada ice rink dimana perempuan itu berada. Tidak begitu mendengarkan penjelasan dari Irish dan lebih memilih untuk menatap lurus pada perempuan yang menurutnya sangat kasihan itu. Yang entah mengapa menarik perhatiannya. Padahal sejak tadi dia lebih asik memainkan ponselnya. Itulah mengapa dia tidak tau bahwa pertandingan tersebut dilakukan dengan cara berpasangan.
