12. You Hurt Her?

387 64 11
                                    

Violet kembali memasuki apartemen miliknya dengan membawa satu bucket mawar merah ditangan. Semenjak kejadian di Bahrain, setiap pagi perempuan itu selalu mendapatkan bunga yang diberikan melalui jasa pengiriman. Siapa lagi pelakunya jika bukan Oliver. Tak lupa pemuda itu selalu menyelipkan kartu bertulisan pesan yang berubah setiap harinya.

'Berhenti mengabaikanku.'

Violet membaca pelan kertas kecil yang dia ambil dari karangan bunga sembari mendecih kasar di akhir.

"Sepertinya aku harus pindah apartemen setelah ini." Gumam Violet pelan. Dia meletakkan bunga itu begitu saja di sofa.

Aurora yang menonton film di layar TV melirik kearah Violet.

"Dari Oliver?" 

Aurora bertanya dengan mulutnya masih penuh dengan sandwich yang dia santap sebagai sarapan pagi ini. Yah hanya sandwich karena kedua perempuan itu sangat payah dalam hal perdapuran.

Aurora terlihat penasaran. Meski secara umum dia sudah menebak siapa pengirim bunga itu. 

"Siapa lagi? Hanya dia yang mau setiap hari menghabiskan uangnya untuk hal tidak berguna seperti ini." Balas Violet yang mendudukkan bokongnya kembali di kursi. Meraih sandwich yang sudah tergigit sebelumnya.

"Sepertinya dia sangat tertarik padamu." Ungkap Aurora.

"Itu mengerikan. Aku seperti diteror setiap hari."

"Kenapa? Bukankah itu sangat romantis? Jarang sekali ada laki-laki yang pantang menyerah meski sudah terang-terangan diabaikan."

"Aurora, apa kau tidak pernah berpikir bahwa seseorang yang terlalu menginginkanmu diawal akan membuangmu ketika bosan setelah berhasil mendapatkanmu?"

"Hah? Mengapa bisa begitu? Bukankah cinta adalah sesuatu yang indah?" Tanya Aurora tak mengerti. Dia selalu hidup dalam bayangan film princess yang dia tonton sewaktu kecil. Jatuh cinta dan hidup bahagia selamanya. Jadi Aurora tidak mengerti dengan konsep seperti itu.

"Apa kau masih berpikir begitu setelah apa yang terjadi padaku? Laki-laki itu memiliki naluri. Mereka adalah makhluk yang suka berpetualang. Mencoba hal-hal yang menantang untuk didapatkan. Dan sekali mereka berhasil, itu sudah tidak menarik lagi." Jelas Violet.

Hatinya terasa nyeri ketika mengingat bagaimana besarnya cinta yang dia dapatkan dulu. Tapi apa? Semuanya hilang seketika. Seolah apa yang pernah terjadi, perasaan yang diberikan tak memiliki eksistensi sebelumya.

"Apa itu pandanganmu setelah apa yang dilakukan mantan kekasihmu?"

"Masa lalu mengajarkanku seperti itu."

Aurora melihat Violet dengan sendu. Memegang erat tangan temannya itu.

"Violet, memang benar bahwa masa lalu dapat memberikan pembelajaran akan kita bisa berhati-hati dimasa depan. Akan tetapi, bukankah lebih baik membiarkannya tetap berada disana? Jangan membuat dirimu  terus terbelenggu pada kenangan buruk itu. Kau harus melupakannya. Menggantinya dengan hal indah dan bahagia. Menurutku, bukankah ini waktunya untuk membuka diri, Violet?"

"Entahlah, Aurora. Aku tidak tahu. Aku masih terlalu takut bermain dengan hati. Aku takut jika untuk yang kedua kalinya nanti, aku tidak bisa menata diriku kembali. Aku benar-benar takut,"

Mendengar itu membuat Aurora ikut sedih. Sungguh, dia tidak percaya bahwa berakhirnya hubungan Violet masih memiliki pengaruh yang begitu besar. Meski sudah beberapa bulan berlalu, meski Violet saat ini sudah terlihat baik-baik saja, namun ternyata hatinya masih cacat. Hatinya masih memendam luka yang begitu dalam.

"Ya Tuhan. Aku benar-benar membenci bajingan itu karena membuatmu seperti ini, Violet..."

Aurora  merasa kesal sekarang. Bajingan Enzo itu sudah melukai temannya sedemikian rupa. Hingga Violet yang dulunya sangat percaya indahnya cinta kini meragukan arti cinta itu sebenarnya. Sungguh Aurora akan mencabik-cabik lelaki itu jika dia bertemu dengannya. Awas saja.

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang