9. Different

278 51 7
                                    

"Hah, sialan."

Irish tersentak akibat ulah Oliver yang secara tiba-tiba membanting alat makan. Bahkan perempuan itu sampai terbatuk akibat tersedak karena terkejut. Irish mengambil gelas berisi air putih untuk diminumnya. Beruntung batuknya itu bisa mereda.

Perempuan itu untuk melihat pada sosok pelaku yang ada didepannya dengan memicing. Irish tampak sangat kesal. Ia memandang dengan penuh menyelidik. Baik dari asta yang ada dipiring tak berkurang sedikitpun, hanya terlihat diacak-acak saja dari tatanan sebelumnya sampai ekspresi lelaki yang ingin dia siram dengan air saat ini.

"Kau kenapa sih. Tiba-tiba uring-uringan seperti ini." Ujar Irish kesal karena tingkah Oliver tersebut. Sikap pemuda itu berubah menjadi lebih tempramen dari sebelumnya.

Oliver mendongakkan wajahnya. Menatap Irish dengan ekspresi seolah tak bersalah setelah membuat perempuan itu hampir mati karena tersedak.

"Tidak ada apa-apa. Hanya tiba-tiba kesal."

Oliver menjawab. Namun Irish tidak bisa menerima jawaban Oliver yang terkesal asal dan sekenanya. Perempuan itu pun menghela nafas pelan.

"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu, tapi semenjak kau kembali dari liburan kapal pesiar kau berubah, Oliver."

"Tidak ada yang terjadi." Jawab Oliver singkat seperti sebelumnya.

Lagi-lagi Irish menghela nafas. Namun kali ini lebih keras dari sebelumnya karena diiringi rasa kesal yang juga semakin menjadi. Irish menahan diri untuk tidak terbawa emosi. Dia adalah perempuan berkelas. Jadi dia tidak akan mudah terpancing dengan sikap Oliver yang menurutnya saat ini sangat menjengkelkan. Irish menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Merilekskan diri dengan menyandarkan punggungnya pada kursi. Tangannya terlipat didepan dada, dan sebelah alisnya terangkat menunjukkan bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja dengan jawaban yang diberikan Oliver.

"Lihat kan. Dari jawabanmu saja aku tahu kalau ada yang tidak beres denganmu. Kau kira aku akan percaya hanya dengan jawaban singkatmu itu? Kau tidak bisa membohongiku Oliver. Jadi katakan, apa yang sebenarnya sudah terjadi?"

"Urus saja urusanmu sendiri. Jangan lupa kau memiliki lebih banyak masalah yang harus kau urusi daripada sibuk dengan permasalahan oranglain."

Sayangnya anggapan bahwa Irish bisa menahan diri itu hanyalah ilusi belaka. Perempuan itu menyerah. Maka yang dia lakukan adalah berdiri dan menggebrak meja dengan kedua tangannya. "Bisakah kau diam? Jika kau terus menyinggungku seperti ini, aku akan benar-benar pergi. Jangan membuat ku semakin muak denganmu, Oliver."

"Pergi saja. Kau kira aku peduli? Aku bahkan makan siang denganmu disini dengan perasaan terpaksa."

"Sialan kau, Oliver. Aku sudah tidak nafsu makan lagi. Jika kau sudah dengan makananmu, kita pergi saja."

Tanpa menunggu jawaban Oliver, dengan kesal Irish menarik tubuh pemuda itu. Memaksa Oliver untuk mengikuti langkahnya. Beruntung Oliver tidak melawan, lebih dari itu dia malah menurut ketika diperlakukan seperti itu oleh temannya.

Mereka berdua berjalan keluar dari restoran italia tersebut. Menuju ke tempat dimana mobil Oliver terparkir. Hanya saja, dia tiba-tiba berhenti. Membuat Irish yang memiliki tubuh lebih kecil ikut melakukan hal yang sama.

Irish berbalik. Menatap penuh Tanya pada lelaki yang melepaskan cekalan tangannya. Oliver terlihat memandang sekeliling. Seakan sedang mencari sesuatu yang entah apa.

"Ada apa?" Irish bertanya bingung melihat sikap Oliver. Terlebih ketika pemuda itu melepaskan cekalan tangannya dengan kasar dan berlari mengikuti sebuah mobil yang baru saja melaju didepannya.

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang