21. You Two Are Close

287 54 9
                                    

Sinar mentari mulai menyongsong dari ufuk timur. Membuat langit terlihat memancarkan semburat kuning yang terasa hangat.

Violet membuka mata. Menoleh kesamping sisi ranjang yang saat ini telah kosong. Terlihat sudah rapi. Menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakannya sudah pergi dengan cukup lama.

Dia pun mendudukkan diri. Menyibak selimut lalu menurunkan kaki. Hanya saja Violet tak langsung beranjak. Dia terdiam sebentar. Mencerna hal semalam yang seketika menghangatkan hatinya.

Violet merasa berharga. Dia merasa dicintai. Sesuatu yang tidak dia dapatkan dalam hubungan sebelumnya. Perlakuan Oliver menunjukkan seberapa besar perasaan lelaki itu padanya. Dan pada hubungan ini, pada akhirnya Violet bukan satu-satunya yang berusaha.

Hati yang hampa mulai terisi. Perasaan yang layu mulai bersemi. Perlahan namun pasti, hal itu dirasakannya setiap hari. Kasihnya mulai tumbuh. Cintanya mulai mekar seperti bunga-bunga yang merekah setelah musim dingin yang begitu panjang.

"Kau sudah bangun?"

Suara terdengar dari arah pintu yang terbuka. Terlihat Oliver muncul dengan pakaian yang sama seperti semalam. Senyum yang merekah membuat Violet langsung memberikan hal yang sama.

"Hmm." Jawab Violet singkat dengan tersenyum manis.

Perempuan itu beranjak. Berjalan mendekat kearah Oliver. Namun hal yang sangat mengejutkan yang terjadi setelahnya adalah saat Violet tiba-tiba memeluk tubuh kekar Oliver.

Tentu saja Oliver terbelalak. Tubuhnya terpaku tak percaya dengan sikap Violet yang tak seperti biasanya. Bahkan kelopak matanya hanya mampu mengerjab saat melihat tubuh mungil dibawahnya sedang melingkari pinggangnya.

Entah mengapa, pagi ini kekasihnya terasa begitu berbeda.

"Apa terjadi sesuatu?"

Violet mendongak. Senyumnya nampak begitu tulus. Netranya memancarkan kebahagiaan yang belum pernah dilihat Oliver. Dan pelukannya saat ini, terasa begitu erat hingga rasanya Oliver seperti sedang dicintai dengan hebat.

"Tidak ada."

"Kau bermimpi buruk?"

"Tidak juga. Malah aku mendapat mimpi yang begitu indah. Kenapa?"

"Entahlah. Ku rasa ada yang berbeda dengan sikapmu hari ini."

"Memangnya sikapku seperti apa?"

"Sikapmu hari ini sangat manis. Tidak seperti biasanya."

"Begitukah? Apa kau terganggu? Haruskah aku kembali seperti dulu saja?"

"Pertanyaan konyol macam apa itu? Hanya--sedikit terkejut dengan sikap inisiatif mu. Tapi aku sangat menyukainya. Aku berharap kau bisa semanis ini setiap hari."

Oliver mengecup dahi sang wanita dengan penuh kasih. Tak hanya disitu, dia pun juga mengecup puncak hidung hingga berakhir pada bibir merah muda yang begitu polos tanpa sentuhan pewarna.

"Kau jauh lebih cantik tanpa riasan apapun."

Oliver menarik diri. Menjauhkan bibir yang sebelumnya saling terhubung. Namun entah angin mana yang merasuki Violet, secara tiba-tiba perempuan menarik menarik kaos Oliver kuat. Menyatukan kembali bibir keduanya.

Tentu saja Oliver terkejut. Lelaki tersebut lagi-lagi terpaku. Namun ketika merasakan lumatan kaku pada bibirnya, disitu Oliver kembali pada kesadaran.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut, Oliver pun perlahan mengikuti alur sang wanita. Menggerakkan bibirnya. Melumat, menyecap dan menyesap manis benda kenyal yang juga melakukan hal yang sama.

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang