Violet mengeram kesal ketika suara bel pintu yang terdengar beberapa kali mengganggu tidur nya. Perempuan itu terpaksa meliukkan tubuhnya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Dia memaksakan diri untuk terbangun. Matanya masih setengah bengkak karena dia tidur lewat dari jam semestinya. Dia bahkan masih setengah sadar untuk bisa membukan matanya dengan lebar.
"Kenapa sih mereka mengganggu tidurku? Aku masih sangat mengantuk." Violet bergumam kesal. Karena tidak memiliki siapapun pada perjalanan kali ini, jadi perempuan itu berpendapat bahwa orang mengganggu tidur paginya adalah kru kapal.
Violet berjalan sempoyongan dengan mata yang masih setengah tertutup. Melangkah mendekati ambang pintu kamar dimana menjadi tempatnya beristirahat dikapal tersebut. Violet memutar kenop sebelum menarik pintu dan memunculkan kepalanya.
"Ada keperluan a—"
"Selamat pagi Violet."
Sapaan itu sontak saja membuat kesadaran Violet langsung kembali menjadi 100 persen. Kantuk yang sebelumnya dia rasakan saat itu hilang seketika. Dia menjadi perempuan yang bugar dengan kerutan di kening akibat ketidakpercayaan dari presensi Oliver yang saat ini ada di depan kamarnya.
Pemuda itu memakai celana pendek berwarna putih yang senada dengan kemeja yang dia kenakan. Oliver tersenyum riang. Wajahnya terlihat seperti hembusan angin pagi yang menyegarkan. Namun hal itu tidak mampu menyingkirkan kekesalan Violet yang terganggu waktu tidurnya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Bersenang-senang. Bukankah kau sudah berjanji kemarin,"
Violet pun seketika menyesali ucapannya semalam. Memang benar kata orang, jangan membuat janji ketika kau sedang merasa senang, karena disaat itu logikamu berhenti dan tidak memikirkan pertimbangan apapun.
"Aku masih mengantuk Oliver."
"Kau jangan kebanyakan tidur. Tidak baik untuk kesehatan."
"Dan kurang istirahat juga tidak baik untuk kesehatan, Oliver." Timpal Violet cepat.
"Ayolah. Kau harus cepat bersiap. Udara pagi sangat baik untuk paru-parumu."
Oliver mendorong pintu hingga terbuka lebar. Dia tanpa permisi memasuki kamar Violet dan membuat perempuan itu hanya mampu menatapnya tak percaya.
"Tidak sopan memasuki kamar oranglain tanpa permisi, Oliver."
"Aku kan bukan orang lain. Bukankah sejak kemarin kita sudah menjadi teman." Oliver membalas dengan ringan. Dan tanpa tahu malu pemuda tersebut sudah duduk di sofa yang ada dikamar tersebut. Tampak angkuh sebagai seorang tamu yang tak beretika.
"Sial,"
"Cepatlah. Aku akan menunggumu disini." Ucap pemuda itu yang membuat Violet merotasikan mata malas lalu pergi ke kamar mandi setelah mengambil peralatan dan pakaian yang dia butuhkan.
Oliver merasa bosan ketika hampir 15 menit harus duduk menunggu Violet bersiap. Pemuda itu memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat keadaan kamar. Tidak ada yang spesial. Ruangan didominasi dengan warna navy dan cream. Di lantai satu terdapat meja makan, sofa panjang didepan televisi tempatnya duduk beberapa saat lalu, serta kamar mandi yang digunakan Violete saat ini. Oliver menengadah keatas. Anak tangga membawanya pada tempat tidur berukuran besar yang menatap langsung pada pemandangan lautan yang begitu indah.
Ya, semuanya hampir sama seperti miliknya kecuali keadaannya yang cukup berantakan. Namun satu hal yang membuat pemdua itu tertarik. Sebuah foto yang ada di atas meja panjang yang ada disamping nakas. Oliver meraih benda tersebut. Sebuah potret Violet dengan seorang lelaki yang tersenyum lepas sembari memegang medali dilehernya.