3. It's Him

322 54 1
                                    


Oliver tampak berada di garasi tim nya. Berdiskusi tentang mesin kendaraan yang memerlukan beberapa perbaikan melihat dari performa musim lalu yang masih ada beberapa kekurangan.

"Ku rasa kita perlu mengoptimalkan kerja mesin yang menurutku masih ada beberapa masalah di musim kemarin."

"Iya kami merasa juga begitu. Kami sedang mencoba untuk mencari solusi terbaik untuk memperbaikinya."

Ketika Oliver sedang berdiskusi dengan kepala tim, sebuah seruan membuat seisi ruangan langsung menoleh. Mereka seketika terpaku seakan kehilangan konsentrasi dengan kehadiran pemilik suara tersebut. Namun hal itu tidak berlaku bagi Oliver. Pemuda itu malah merotasikan matanya melihat reaksi dari anggota tim yang menurutnya berlebihan.

"Halo, semuanya. Oh—maaf, sepertinya aku mengganggu..." Sesal Irishh yang melihat ternyata Oliver dengan tim nya sedang sibuk dengan pekerjaan.

"Oh tidak, Irishh. Kami malah senang melihat mu berada disini." Balas salah satu anggota tim Oliver yang disetujui dengan yang lain melalui anggukan antusias. Sedangkan Oliver hanya bisa mengganggukkan kepala tidak percaya dengan tingkah anggota timnya tersebut. Padahal Irishh tidak hanya sekali dua kali menghampiri Oliver. Perempuan itu hampir ada ketika Oliver berada disana.

"Syukurlah kalau begitu. Managerku sebentar lagi akan membawakan kopi untuk orang-orang disini."

"Ternyata disamping cantik, kau juga berhati malaikat Irishh." Puji laki-laki setengah baya yang selalu cerewet ketika Oliver sedang berada di lintasan balap.

"Ahh kepala tim bisa saja." Timpal Irishh yang mengayunkan satu tangan ke udara. Wajahnya tampak sedikit malu karena pujian dari kepala tim. "Wahh sepertinya musim depan akan sangat menyenangkan melihat pekerjaan tim yang sungguh-sungguh."

"Tentu saja. Kami sedang berusaha untuk mempertahankan gelar juara dunia."

"Kami semua sangat menantikannya kepala tim."

"Apa yang kau lakukan disini?" Oliver menyela ketika dia mendekat pada Irishh. Tangannya bersidekap menunjukkan keingintahuannya yang sungguh-sungguh.

"Aku kan sesekali ingin melihat tempat kerja temanku."

"Sesekali apanya, kau bahkan lebih sering kemari daripada ke gedung agensimu sendiri."

Irishh tertawa kaku seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. "Itu—karena agensiku pasti akan sangat cerewet. Aku tidak suka kalau diomeli. Ngomong-ngomong apa kau pekerjaanmu masih lama?"

"Tidak. Kami sudah selesai."

Itu bukan Oliver yang menjawab. Melainkan kepala tim yang membuat Oliver mengernyitkan dahi penuh tanya. Dia tak percaya dengan jawaban kepala tim sedangkan masih ada beberapa hal yang perlu mereka lalukan.

"Tapi—bukankah kita—"

"Pekerjaan bisa kita lanjutkan lagi besok Oliver."

"Wahh terimakasih kepala tim." Seru Irishh antusias. "Kau sudah makan siang?" Irishh bertanya pada Oliver dan dibalas dengan pemuda itu dengan gelengan kepala.

"Belum."

"Kalau begitu bagaimana kalau kita makan siang Bersama? Ada restoran Jepang disekitar sini. Sepertinya enak."

"Kalau begitu tunggu sebentar lagi. Aku akan beres-beres dulu."

"Tidak perlu. Aku akan melakukannya untumu. Kau pergi saja dengan Irish. Membuat perempuan cantik menunggu itu tidak baik."

FLAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang