27

4.6K 299 36
                                    


Saya membuat cerita ini semata mata hanya untuk hiburan saja

Ini dunia oren sayang

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading







Kini rembulan telah menggantikan sang mentari untuk menyinari alam semesta, angin malam yang sejuk menambah ketenangan pada jiwa dan raga ini.

Evan dan kakaknya sudah sampai ke mansion, untuk kedua temannya juga sudah pulang ke rumah masing masing

Makan malam baru saja di laksanakan, Evan sedang berada di kamarnya dengan boneka dino yang senantiasa ia peluk

"Huhh" Helaan nafas terdengar di sunyinya malam

Evan berada di balkon kamarnya, menatap rembulan dan bintang bintang yang bersinar dan menikmati angin membuat helai rambut yang bergerak mengikuti arah angin itu menerpa wajah manisnya

"Telimakasi kaka, Epan senang di sini ada daddy Nio yang sayang sama Epan ada opa Jec, papa, papi dan abang semua na. Makasi udaa ngasi kelualga yang baik buat Epan.." Ucapan Evan yang tertuju untuk Devano

Satu tetes air mata keluar dari mata kiri Evan, di ikuti dengan yang lain. Mata biru itu sekarang menatap sendu rembulan dengan air mata yang masih mengalir

"Epan tau ini bukan hak Epan, Maapin Epan hiks" Evan menundukkan kepala di rasa tidak kuat saat rasa sesak di hatinya muncul

Lagi dan lagi kalimat dari alter ego dari Devan, Vano. Teringat kembali, ia juga tidak bisa berbuat apa apa ini bukan kehendaknya

"Hiks maap hiks Epan ndak tau hiks halus apa" Ucapnya semakin menundukan kepala menatap lantai marmer, semakin memeluk erat boneka miliknya

Ceklek

"Apa yang kau lakukan di luar?"

Tap

Tap

Tap

Suara pintu terbuka di iringi dengan pertanyaan serta suara langkah kaki yang tertuju ke Evan, tak di pungkiri oleh Evan ia tetap mempertahankan posisi menatap marmer

"Kau mengacuhkan ku?" Hawa di malam yang tadinya sejuk kini terkesan horor dan menyesakkan

Denis Ray Zarkeen, anak ketiga Daniel tadinya hanya ingin mengecek adiknya tidur atau tidak.

Tetapi malah adiknya itu sedang berada di balkon kamarnya dan ia semakin di buat geram, saat adiknya mengabaikan ucapan yang ia lontarkan untuk anak kucingnya ini.

"Hiks abang Den hiks" Lirih Evan walau masih bisa di dengar

Denis menghampiri Evan yang terlihat tidak baik baik saja, menggapai lengan Evan yang ia rasakan hanya dingin

"Kitten" Panggil Denis menarik Evan untuk berdiri dan menatap ke arahnya

"Eugh pu sing hiks bang Den" Ujar Evan memegangi kepalanya yang terasa berputar putar dan terasa nyeri

||•Devano R.Z•||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang