19

5K 326 2
                                    

.
.
.
.
.
.
_________________________

Happy Reading

Pagi ini terdengar rengekan dari si bungsu karena dia yang ingin pergi ke sekolah ikut abangnya

Tetapi mereka semua tidak mengijinkan Evan ikut Ferry dan duo R untuk pergi ke sekolah, Evan yang memang sedang demam dan tadi saat bangun dari tidurnya Evan menggerang kesakitan pada kepalanya

Rian yang memang semalam tidur dengan Evan merasa terkejut dan segera menelpon Ken untuk datang ke mansion di jam 3 pagi ini langit pun masih gelap o'emjii

Evan sempat loading karena dia melihat bahwa Devan dulu sering di bully tanpa sepengetahuan abang abangnya dan perlu kalian ketahui Devan ternyata sangat pintar

Otak kecil milik Evan sekarang entah mengapa menjadi lebih berwarna karena ingatan dari Devan yang memahami semua materi ada pada ingatan Evan saat ini, menakjubkan itu yang ada di pikiran Evan

"Daddyyy ayoolahh Epan mau sekolah" Tangan kecil itu yang masih tertancap infus memeluk lengan berotot milik Revan

Evan tidak menangis karena perih pada punggung tangannya, entahlah dia hanya tidak ingin menangis, dia masih teringat oleh Vano

"Sekali tidak tetap tidak" Tegas Revan

"Kalo gitu Epan ndak mau bicala lagi sama daddy, kita sekalang musuhan, ndak ada peluk lagi buat daddy dan semuanya pokonya ndak ada kis kis lagi!, Epan juga ndak mau di gendong titik ndak pake koma" Panjang×lebar Evan berucap menatap keluarganya yang sedang menatap ke arahnya

"Dad!" Semua pamuda Zarkeen merasa tidak terima, mereka sedari tadi hanya diam mengapa saat Evan marah mereka juga kena imbasnya

"Kitten apa kau ingin pergi bersamaku?" Ajak Denis yang sedari tadi hanya diam

Semua terdiam mendengar Denis angkat bicara

"Huh?" Evan baru pertama kali melihat wajah tampan milik Denis ini, mengapa semua orang di sini sangat tampan pikir Evan tak habis pikir

"Abang syapa ya? Epan ndak kenal" Ucap judes Evan

Denis memangku Evan dengan pelan, mengusap punggung tangan milik Evan yang terlihat bengkak, mengapa dia tidak menangis

"Abang tertuamu, Denis"

"Anaknya Papa El?" Tanya Evan yang di balas anggukan singkat

"Apa kitten ingin ikut?" Tanya lagi Denis dengan wajah datar, nada bicara yang lembut

Evan menatap semua anggota keluarganya dengan julit dan kembali menatap abang barunya dengan berbinar

"Mauuuuu" Menggoyangkan badannya sedikit di atas pangkuan Denis

"Baiklah sekarang makan terlebih dahulu" Senyum kecil terbit di bibir Denis walau itu sangat kecil hingga harus di lihat menggunakan mikroskop

Tetapi mata milik Evan menangkap bahwa Denis tadi sempat tersenyum

"Wuaahh abang gantengg lho jika telsenyum sepelti tadi, tapi masi gantengan Epan" Binar Evan dan memuji Denis, dengan nada akhir yang semakin mengecil serta anggukan bangga untuk dirinya sendiri

Zarkeen dan maid maupun pengawas yang berjarak dekat spontan menatap wajah Denis karena mendengar Evan memuji bahwa Denis ini tampan saat tersenyum

Tapi mengapa mereka hanya melihat wajah tampannya tanpa tersenyum




Infus Evan sudah bisa di lepas karena memang sudah habis, tangannya terasa kebas dan perih

Denis dan Evan sekarang berada di kantor milik Denis, Den'Ray Internasional Group perusahaan yang di bangun sendiri oleh Denis yang sudah membuka cabang di mana mana

"Waahh kelen ini punya abang? Besal dan tinggii" Ucap Evan dengan kepala yang mendongak ke atas menatap betapa tingginya bangunan ini

"Ayo masuk kitten" Denis memilih menggendong Evan karena langkah Evan yang kecil itu sangatlah lambat pikir Denis

"Abang Den olang olang liatin kita maluu" Evan memilih menenggelamkan wajahnya ke dada bidang milik Denis

Denis melihat ke sekeliling dan menatap tajam mereka yang berani mengganggu kenyamanan kittennya

"Tutup mata kalian atau saya congkel satu persatu" Ujarnya

Mereka dengan cepat mengalihkan pandangannya pada bayi yang di gendong boss mereka

Evan mengintip sedikit dan itu semakin memperbanyak pekikan yang tertahan dari karyawan di sini

"Mau bawa pulang satu akh"

"Gue jual laku berapa ya"

Tentu saja kalimat itu tidak sampai ke telinga Denis, jika iya sudah di pastikan orang itu akan mati dengan mengenaskan

"Abang Den" Panggil si kecil

"Yes kitten? Whay?" Tanya Denis yang sekarang sudah duduk di kursi kebanggaannya

"Mau susu" Cicit Evan karena dia malu takut jika Denis akan menertawakan dirinya karena sudah besar masih minum susu

"Baiklah" Denis melirik tangan kanannya dan segera di laksanakan meski tuannya ini tidak mengatakan apapun

"Huh?" Evan terlalu overthinking ternyata, buktinya abang tampan tidak mengejeknya seperti abang jelek Ferry



Bagas sedang berjalan di koridor sekolah dengan tangan yang di masukkan ke saku celananya, menatap lurus ke depan tanpa memperhatikan pujian yang di layangkan untuk dirinya

"Huh kangen Devan deh" Gumam Bagas saat teringat temannya itu masuk rumah sakit gegara trio jamet

"Ck sialan" Sebab trio jamet itu dia tidak bisa melihat bagaimana keadaan temannya karena saat dia sudah menghubungi keluarga Zarkeen, dan datanglah Febrian dengan tangan kanannya yang selalu berada di sampingnya

Bagas langsung di minta pulang dan jangan datang ke rumah sakit untuk menjenguk Devan

Ia sempat merasa tidak terima dengan keputusan Rian pada saat itu, tetapi Bagas hanya bisa menggeram marah dan pulang dengan keadaan emosi

"Mengapa kau bisa mempunyai keluarga seperti itu Dev? Dan kau sanggup bertahan heh" Gumam Bagas yang sudah duduk di bangku dia

Devan yang di kenal Bagas adalah seorang yang bijaksana, cerdas, dewasa dan sangat lembut

Tetapi meski dia sudah terlihat dewasa, Devan saat bersama keluarganya sangatlah di manja sempat merasa tertekan oleh ke protektifan keluarganya Devan menghilangkan diri

Keluarganya kalang kabut mencari dirinya, sampai akhirnya dia berangkat ke sekolah dan berakhir di rumah sakit karena luka pada belakang kepalanya

Bagas terkekeh saat mengingat semua kejadian yang menimpa sahabatnya

Lucu sekali pikirnya, dia yang berharap akan kasih sayang dari keluarga bahkan ia rela melakukan apapun dengan imbalan kasih sayang

Tetapi Devan? Dia merasa tertekan dengan kasih sayang yang di berikan keluarganya

Memang manusia itu tidak akan pernah merasa puas, jika saja kita bersyukur dengan apa yang kita miliki pasti semua akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan_percayalah

"Kapan kau kembali Devano Re Zarkeen"

"Bagas merindukanmu" Lanjut Bagas menatap langit yang sedang cerah






.....

TBC

Tandai typo






Next?
Beri komentar kalian












||•Devano R.Z•||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang