34. Proposal

16 4 0
                                    


Pukul 14:34. Niko, Mira, Jovian, Olivia, dan Ryan buru-buru naik ke lantai 5, menuju ruang komputer, berharap masih dibuka. Tapi, Jovian menghentikan langkahnya di anak tangga menuju lantai 4. Olivia yang ada di belakang, langsung menegurnya.

"Jovi? Kenapa?" Tanya Olivia sembari sedikit mendorong Jovian.

"Ramalan, kalian udah liat?" Jovian bertanya pada keempatnya yang membuat Niko berbalik dan merespon

"Belum, memangnya kenapa?" Niko mengernyitkan dahi sembari menatap Jovian dengan heran.

"Bukannya lebih baik kalau kita bagi tim?" Saran Jovian. "Apalagi di ruang komputer juga gak boleh ramai-ramai."

"Ok! Aku mau mencegah ramalan!" Sela Ryan dengan tegas. "Bagaimana menurutmu?" Tanyanya pada Olivia.

"Eh.." Olivia tersenyum bingung, dia tak bisa lari sekarang. "Huh ... ok! Aku mau!"

Niko sedikit melangkah turun. "Kalau gitu, ak-,"

"Gak! Kau harus buat proposal! Sama Mira!" Tukas Ryan.

"Hah!" Niko kaget mendengarnya, apalagi dia ragu mereka bisa mengatasi ramalan tanpanya dan Mira. "Kalian yakin?"

Ryan merangkul Jovian sembari mengacungkan jempolnya, begitu juga dengan Olivia yang terpaksa ikut. Sebelum ketiganya pergi, Niko membuka buku ramalannya, lalu membacanya.

"10 Oktober, bantal yang hilang." Kalimat yang Niko baca di buku ramalan. "Bantal? Kalian tau jawabannya?"

"Mungkin di UKS!" Sosor Mira, yang membuat keempatnya melirik. "A-Apa?"

Jovian menjentikkan jari, bergegas turun ke bawah. "Simpel aja! Kalau gak di UKS paling di gudang."

"Kenapa di gudang?" Tanya Olivia yang masih bingung dengan pendapat Jovian. "Bisa kau jelaskan? Tuan Sartono?"

"Singkatnya, pas kelas 1 dulu, aku jumpa kasur di gudang. Kalau gak salah, anak kelas 3 sering mamakainya kalau bolos jam pelajaran." Tutur Jovian sembari tersenyum untuk meyakinkan.

Niko mengangguk yakin, menyerahkan tugas ini pada mereka. "Baiklah Jovi, jangan mengacau!"

"Serahkan saja padaku!" Balas Jovian penuh keteguhan.

Ryan, Olivia, berserta Jovian bergegas menuju UKS, sedangkan Niko dan Mira akan melanjutkan perjuangan mereka, membuat proposal di ruang komputer.

Niko dan Mira sampai di lantai 5 yang benar-benar sepi nan hening, langkah mereka bahkan bisa terdengar dengan jelas yang menggambarkan seberapa sunyinya tempat itu. Niko mengetuk pintu ruang komputer, seketika penjaga ruangan keluar dan bertanya.

"Ada apa?"

"Boleh kami pakai komputernya?" Tanya Niko dengan wajah sedikit memelas.

"Bisa sih.. tapi cuma sampai jam 15:30,"

Mira menyela. "Gak apa-apa! Bisa kami langsung masuk?"

"Oh.. ok," Penjaga ruangan mengizinkan keduanya masuk. "Pakai komputer yang sudah menyala!"

"Baik!" Balas Mira dan Niko serentak.

Keduanya langsung mencari komputer yang menyala, tidak sulit bagi mereka menemukannya, apalagi di ruangan yang cahayanya redup. Mira duduk di depan layar monitor, sedangkan Niko di sebelahnya. Dengan lihai, jari-jemarinya menari-nari di atas keyboard, menciptakan struktur proposal yang menarik.

Niko memperhatikannya, kagum pada Mira yang bisa mengetik dengan cepat dan tepat. Mira sedikit melirik ke kiri, mendapati Niko tengah memperhatikannya. Hal itu membuat Mira sedikit salah tingkah, sampai membuat jari-jemarinya menjadi kaku di atas keyboard.

Mirai: REMAKE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang