[9] Sehari Bersama Calon Suami

0 0 0
                                    

Queen dan Vegas sekarang berada di warteg dekat sekolah, di mana Queen memesan nasi, sayur toge, tempe orek, serta lele bakar. Sedangkan Vegas sibuk dengan posenya, Vegas hanya memesan teh es. Sambil sesekali mencuri pandang pada Queen, Vegas berdecak kecil, gadis ini seperti orang yang tidak makan seminggu saja.

Tampa menghiraukan orang sekitar dan Vegas, Queen memperlihatkan watak aslinya. Sudah susah-susah Queen menjaga image di depan Vegas sekarang malah ia bongkar, masa bodoh! Setelah ini Queen akan menghilang dari hadapan Vegas, dan besoknya laki-laki ini tidak akan mengingatnya lagi. Semoga saja.

"Akhirnya ...," lega Queen sambil bangkit berdiri, Vegas mengamati setiap perbuatan Queen dengan saksama.

"Yuk, Kak. Pulang," ajak Queen hendak melangkahkan bangku panjang yang tadi Queen duduki.

"Lap bibir lu, jangan bikin gue malu!" perintah Vegas bangun dari duduknya, lalu melangkah ke arah Mbak-mbak penjual.

Queen mengambil tisu yang berada di atas meja, lalu mengejar Vegas yang sudah keluar dari warteg. Mengikuti Vegas dari belakang, yah! Memang. Seorang istri harus mengikuti imannya ... fiyuuu.

Mata hari sudah hampir terbenam, ternyata cukup lama mereka bersama. Dan, setiap detik yang mereka lewatkan itu sangat berarti bagi Queen, Queen tahu ini terdengar lebay tapi itu kebenarannya, Queen bahagia bersama Vegas.

"Makasih buat hari ini, Kak," kata Queen terharu, Vegas memalingkan kepala pada gadis itu.

"Jangan senang dulu, gue nggak traktir lu makan, besok ganti duit gue." Vegas kembali menatap ke depan.

Queen terperangah, sedetik kemudian tersenyum lagi dalam diam.

"Iya, Kak," jawab Queen yang masih melihat ke arah Vegas. Calon suaminya ini emang idaman, Queen tahu kenapa Vegas bicara begitu, yah karena uangnya bakal buat kawinan mereka.

Queen, menolak sadar!

Mereka memasuki angkot, tidak terlalu banyak penumpang. Namun, ada beberapa laki-laki tua mirip preman duduk di depan mereka. Vegas memasang headset ke telinganya, lalu menyandarkan tubuh dan memejamkan mata.

Sedangkan Queen tidak tahu harus melakukan apa, ditambah laki-laki di depannya menatap begitu dalam pada Queen. Merinding, bulu-bulu di tangan Queen seketika berdiri. Andai sekarang dia bersama Alvarez pasti sudah diceng-cengkan oleh sahabatnya itu.

30 menit akhirnya angkot yang mereka tumpangi berhenti di jalan Kutangka Buto Ijo, Queen mengoyang pelan tubuh Vegas.

"Kak, bangun. Udah sampai," kata Queen se-pelan mungkin. Vegas mencabut handset di telinganya, dengan sedikit menguap.

Vegas memasukan kembali handset pada kantong jaket. "Lo turun duluan!" perintahnya.

Queen bangun, lalu melangkah keluar. Saat melewati laki-laki tua tadi, tangan nakal satu dari mereka hendak menyingkap rok selutut Queen dari belakang.

Bung ...!

Sikutan dari Vegas membuat tangan laki-laki itu terpelanting ke atas. Laki-laki tersebut menatap Vegas tajam, namun yang ditatap tidak memberikan reaksi apapun.

"Sorry gue nggak sengaja," ucap Vegas mulai melangkah keluar.

Bung!

Dengan sengaja lagi Vegas menyenggol laki-laki itu kembali, sekarang di kepala. Membuat kepalanya berbenturan dengan besi di belakang, Vegas yang sudah di luar menatap sinis pada laki-laki tersebut.

Vegas bisa melihat saat laki-laki itu hendak turun mengejarnya, namun sayang angkot yang laki-laki itu tumpangi sudah bergerak meninggalkan Vegas dan Queen.

"Lihat apa Kak?" tanya Queen penasaran kerena Vegas terus saja menatap ke arah angkot yang sudah berjalan.

"Lanjut jalan!" perintah Vegas tidak menjawab pertanyaan Queen. Queen dengan sangat sabar menuruti ucapan calonnya.

15 menit berjalan akhirnya sampai juga di depan rumah Queen, Vegas hanya mengantar di luar batas pagar rumah Queen. Queen memutar tubuhnya menghadap Vegas.

"Terima kasih Kak sudah ngantar Queen sampai rumah," ujar Queen berterima kasih pada Vegas, andai tidak ada calonnya ini mungkin sekarang Queen masih terkurung di perpustakaan.

"Jangan ke-geeran Gue ngantar lu sampe rumah, kerena gue malas pulang cepat," alasan Vegas yang tidak masuk akal menurut Queen, tetapi Queen tetap menghargai usaha Vegas yang susah-susah cari alasan.

Queen tersenyum manis kepada Vegas, membuat laki-laki itu agak binggung. "Tetap saja Queen harus berterima kasih pada Kakak," kata Queen kukuh dengan ucapannya.

"Terserah lu deh, sana masuk!" usir Vegas.

"Iya, Kak. Hati-hati di jalan, kalau ada apa-apa hubungi aja aku, eh ... lupa Kakak 'kan nggak punya konta Queen, yaudah hubungi lewat hati aja," ucap Queen dengan senyum yang mekar di setiap sudut bibirnya.

Queen langsung berlari memasuki rumah, dirinya terlampau malu. Sungguh sangat berani Queen berkata seperti itu, namun rasanya deng-dengkan sekaligus senang. Vegas hanya menatap datar punggung kecil Queen.

Cklek!

Pintu Queen buka, dengan hati berbunga-bunga sedikit bersenandung Queen melangkah masuk ke dalam rumah.

"Eh, Tuan putri kita udah pulang. Dari mana aja, tampaknya senang bangat."

Bersambung...

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang