[10] Alvano Penyelamat

0 0 0
                                    

"Asik bangat, yah, sampai nggak ingat jalan pulang. Gomong-gomong dapat berapa?" tanya Albani dengan wajah mengejek, Queen yang tidak paham maksud dari perkataan abangnya itu menatap dengan wajah bertanya.

"Cih, jangan sok polos. Tampang lu nggak cocok jadi cewek polos," tambah Albani semakin menjadi-jadi, Lisa yang berada di sampingnya tersenyum kemenangan.

Cewek ular ini memang senang melihat Queen menderita, tetapi ini pantas Queen dapatkan sebagai tebusan kesalahan dimasa lalu yang Queen lakukan. Jika saja waktu bisa diputar kembali Queen mungkin bisa memperbaiki kesalahannya.

Nasih sudah menjadi bubur, Queen hanya bisa menerima perlakuan mereka pada dirinya, Queen seharusnya sudah terbiasa dengan ini, ini bukan pertama mereka melakukan hal seperti ini pada Queen.

"Maaf, Bang. Ini tidak seperti apa yang Bang Bani pikirkan, Queen bisa jelasi—"

"Gue juga nggak perduli! Mau lu mati di jalan, atau nggak pulang sekalian," kata Albani memotong penuturan dari Queen.

Perkataan Albani begitu menyelekit pada rongga hati terdalam, segitu tidak pentingnya Queen di hidup abangnya Albani?!

Queen menatap ke dalam manik coklat Albani, "Bang, Queen benaran nggak ngelakuin yang tadi Abang bilang," ujar Queen berusaha membuat Albani mengerti. Dan, tampaknya pemuda itu sama sekali tidak peduli atas perkataan Queen. "Please ... jangan salah sangka sama Queen," sambung Queen berbicara selembut mungkin.

Albani tersenyum sinis, matanya melirik Queen dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu mengeleng-gelengkan kepala, gadis di depannya ini memang bermulut manis.

"Queen. Masuk kamarmu sekarang!" perintah sosok yang baru muncul dari balik pintu, dia Alvano Abercio Carnatto anak pertama dari pasangan Queen Febiola Valentina bersama Edgar Emmilliano Keanu Winata.

Alvano yang memiliki sifat tegas, dan tatapan dingin mampu membuat orang yang sedang diintimidasi olehnya menciut. Siapa yang tadi mengenal seorang Alvano, pengusaha mudah yang sukses membangun bisnis dalam usia 18 tahun, bahkan Alvano memiliki beberapa perusahaan dan restoran yang terkenal.

Queen berpamitan pada Alvano dan Albani, lalu agak sedikit berlari menaiki tangga. Sekarang tinggal Alvano, Albani, dan juga Lisa yang berdiri di samping Albani. Alvano menatap datar adiknya itu, rasa kesal tiba-tiba muncul begitu saja. Sebenarnya Alvano sudah sedari tadi sampai rumah, tetapi saat mendengar suara Albani merendahkan Queen langkah kakinya otomatis berhenti sendiri, Alvano mendengar semua yang mereka katakan. Tangan Alvano terkepal kuat saat mendengar suara Queen seperti orang yang hendak menangis, tidak tahan lagi Alvano memutuskan untuk masuk.

Alvano tidak mengatakan apa-apa pada Albani, ia melangkah tanpa melihat sedikitpun ke belakang. Meningalkan Albani bersama Lisa yang menatap kepergiannya.

***

Malam terasa begitu panjang, Lisa bangun dari tidur kerena merasa haus. Tadi dia ingin meminta ditemani Albani untuk ke dapur, akan tetapi setelah berpikir lagi Lisa tidak jadi meminta bantuan Albani. Lisa yakin Albani pasti akan menemaninya dengan suka rela, Lisa saja yang tidak ingin menganggu tidur laki-laki itu.

Lisa meneguk minumannya, ini tegukan terakhir. Setelah gelas berisi jus apel itu tandas Lisa meletakan di atas meja, kemudian bangkit untuk kembali ke dalam kamarnya. Sebelum kembali ke kamar Lisa menyempatkan diri mencuci muka terlebih dahulu untuk menyegarkan wajahnya.

Setelah selesai Lisa keluar dari kamar mandi berjalan menuju kamar, dapur yang Lisa tempati sekarang berbeda dengan dapur yang waktu itu saat Queen mendengar pembicaraan Alvano bersama Valen. Mereka memang memiliki dua dapur, dapur bawa dan dapur atas. Dapur atas biasanya hanya digunakan ketika sedang ada acara besar.

Jalan yang Lisa lalui harus melewati mini bar yang ada di rumah mereka, mini bar ini sudah ada sebelum Lisa memasuki rumah. Entah, Lisa tidak tahu apa tujuan keluarga ini membangun mini bar di dalam rumah, setahu Lisa tidak ada yang suka alkohol di rumah ini.

Lisa terus saja melangkah sampai depan bar tersebut Lisa mendengar benda jatuh. Lisa tanpa pikir panjang membuka pintu itu, dan menuruni beberapa tangan sampai lantai bawah. Sesampai di lantai bawah bisa Lisa lihat di sana Alvano sedang duduk, dan di tangannya terdapat gelas yang sudah pasti Lisa tahu isinya apa, tentu saja minuman.

Lisa duduk di depan Alvano, tubuh mereka terhalang meja bar yang cukup besar. Lisa menatap laki-laki itu nanar, bahkan Alvano belum mengganti pakaiannya, masih mengenakan celana kerja dan baju kemeja putih yang dilipat sebatas lengan.

Lida tidak tahu apa yang laki-laki ini alami sampai membuatnya semabuk ini, setahu Lisa Alvano tidak suka minum. Atau memang Lisa saja yang tidak tahu ... Lisa memutar tubuh berjalan agak cepat ketika Alvano kembali menuangkan minuman ke dalam gelas, ini sudah gelas ke 5 yang Lisa lihat.

"Udah, Kak. Kakak terlalu banyak minum," cegah Lisa berusaha merebut gelas yang Alvano pegang.

"Akkh ... lepas!"

"Diam Kak, nanti jatuh!"

Brung ....

Lisa terdorong kebelakang saat Alvano menghempas tubuhnya, Lisa kembali bangkit.

Gelng!

Tubuh Alvano terjatuh untung saja Lisa cepat menangkapnya. Lisa berusaha memapah Alvano untuk keluar dari mini bar, meski sesekali Alvano masih berusaha mendorong tubuh kecil Lisa.

"Lu siapa?"

Bersambung...

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang