[4] Salah Tinju

1 0 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Queen masih saja berada di lokasi tempatnya melakukan pemotretan. Sesekali menggigit kuku jarinya cemas, mata yang bulat berputar beriringan ke kanan dan ke kiri.

Queen tampak berpikir keras untuk mencari alasan yang akan dia berikan pada mamanya nanti, meskipun Queen sadar seberapa berarti ia di mata sang Mama.

Sang asisten yang melihat mendekati Queen mencoba untuk menenangkan gadis itu, ditepuk lah pelan bahu Queen membuat ia sedikit tersentak, otomatis menghentikan kegiatannya menggigiti kuku jarinya.

"Kamu baik-baik saja 'kan, Queen?" tanya asistennya mencoba membuat Queen lupa akan kecemasan.

Queen mengangguk meski ia kembali menggigit kuku, "Ini pemotretannya masih lama lagi, yah Sin?" tanya Queen menghadap Sinta sang asisten, Queen melihat jam di tangannya.

"Sebentar lagi kok, kamu yang sabar, yah," bujuk Sinta mengelus-elus kepala Queen prihatin.

Queen sudah seperti adik bagi Sinta, apa lagi ia anak perempuan satu-satunya sangat butuh teman main seorang wanita, Sinta tahu semua yang terjadi pada Queen.

Sinta bahkan tahu kenapa Queen sekarang sangat cemas, alasan satu-satunya yaitu Queen Febiola Valentina, nama yang selalu membuat Queen sedih sekaligus tersiksa, sang Mama Queen.

Queen Florencya Akede, nama mereka begitu  mirip. Namun sangat disayangkan keduanya seperti orang asing semenjak kecelakaan itu, Queen di sisihkan berganti dengan Lisa yang berstatus orang luar. Sungguh gadis malang.

"Queee ...!" Panggilan itu membuat Queen berdiri dari duduknya, Queen berjalan mendekati sang fotografer. Sekarang giliran Queen yang akan difoto.

Queen memakai gaun setengah lutut yang membela sehingga memperlihatkan pahanya sedikit, rambut panjang Queen tertata sangat rapi sekali. Queen berpose seksi, tidak lupa sedikit senyum di bibi tipisnya.

Posisi Queen berada di sudut-sudut ruangan, menghadap ke arah barat. Sehingga pantulan cahaya mengenai tubuh Queen, menambah kesan cantik.

Satu ...

Dua ...

Crek!

Satu foto berhasil diambil, tidak sampai disitu saja Queen kembali berpose. Sampai beberapa kali foto akhirnya selesai, Queen mendekati sang fotografer untuk melihat hasilnya. Sangat sempurna, kontras dengan wajahnya yang kecil tapi bulat membuat wajah Queen sangat mungil. Begitu juga dengan tubuhnya yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu berisi.

"Bagus," kata sang fotografer memuji.

"Tapi agak miring sedikit, Bang," komen Queen pada foto tersebut.

"Nggak masalah sedikit miring, yang terpenting orangnya nggak ikutan miring," guraunya membuat Queen terkekeh kecil.

"Udah, udah ... Queen ayok pulang, nanti kamu kena marah kelamaan di sini," kata Sinta memberhentikan aksi saling gombal yang akan segera dimulai.

Sinta menarik paksa tangan Queen, membuat gadis itu terseret. Namun, Queen menyempatkan melambai tangan pada sang fotografer. Memang Sinta ini minim aklak, padahal Queen belum selesai berbicara.

"Perasaan tuh cewek sensi mulu sama gue," gumam sang fotografer menatap kepergian Sinta dan Queen.

***

"Lo benaran mau turun di sini? Nggak takut?! Kakak antar sampai depan rumah aja gimana?" tanya Sinta melihat sekeliling yang sepi, Queen memintanya untuk berhenti pada gang kecil nan sepi yang tidak jauh dari rumah Queen.

Queen mengeleng." Nggak usah, Kak, sampai sini aja," tolak Queen lembut.

"Benaran?" tanya Sinta memastikan, tidak mungkin dia meninggalkan Queen sendirian di gang sesepi ini. Queen mengangguk mantap sebagai jawaban, "Kakak tungguin kamu jalan sampai depan rumah. Gimana?" tawar Sinta berusaha membuat Queen mengerti.

Queen tetap saja mengeleng.

"Kau sangat keras kepala, Queen. Baik, kalau ada apa-apa cepat hubungi kakak, yah!" kata Sinta mengingatkan Queen agar nanti kalau ada bahaya menerpa Queen segera untuk menghubungi dia.

"Iya, Kak. Kakak hati-hati bawa mobilnya, jangan ngebut," nasehat Queen yang langsung diacungkan jempol oleh Sinta.

Sinta menjalankan mobil.

Tin ...

Queen melambai-lambaikan tangannya pada Sinta yang sudah agak jauh. Queen berjalan melewati gang sepi itu, sesekali matanya menatap ke sekeliling.

Dingin malam terasa menusuk kulit Queen, membuatnya memeluk tubuh. Perasaan tadi nggak sedingin ini kenapa sekarang terasa dingin bangat? Apa kerena dia yang mulai takut? Ah ... nggak mungkin Queen takut.

Queen tetap melangkah di tengah dinginnya suasana malam, baru beberapa jalan suara langkah kaki terdengar oleh Queen dari arah belakangnya. Tampaknya benar dari arah belakang, Queen tetap berjalan sedikit cepat. Tapi sayangnya langkah itu juga ikutan cepat saat Queen semakin menambah kecepatan laju kakinya.

Sekarang Queen benar-benar takut, Queen siaga satu memasang kuda-kuda siap untuk menerjang orang di belakang dengan tinju kecilnya. Saat Queen berbalik ....

Bung!

Sekali tinju tidak kena.

Bung!

Dua kali tinju tidak kena juga.

Bung!

"Akkh ...! Teriak cowok itu memegangi selang'kangan." Queen yang melihat siapa orangnya langsung menutup mulut sok.

Cowok itu menurunkan tudung jaketnya dengan kesal.

Calon suami gue!

Queen mendekati Vegas yang meringis, memeriksa cowok itu barang kali ada yang terluka kerena tinju dan tendangan Queen. Jangan sampai calon suaminya lecet. Saat melihat Vegas yang memegangi selang'kangannya Queen kembali menutup mulut lebih sok.

"Queen, lu melukai masa depan lu sendiri. Bagaimana kalau Vegas impoten? Lu yang rugi, Queen. Jangan sampai Tuhan!' batin Queen tidak bisa mentoleransi kesalahannya.

Vegas menepis tangan Queen yang hendak lancang mengikuti arah tangannya, laki-laki itu menatap marah Queen. Sedangkan Queen tidak tahu harus berbuat apa, dan untungnya sekarang ia sudah kembali menjadi Queen cupu. Queen berganti pakaian pas di dalam mobil Sinta tadi.

Vegas melangkah tanpa ingin berurusan dengan sang cupu itu, Queen yang melihatnya segera mengejar Vegas yang sudah ada di depan Queen sekarang.

Sreeeeet ...!

Mata Queen melotot sejadi-jadinya, melihat apa yang dia lakukan.

Bersambung..

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang