[3] Menguping Gagal!

3 0 0
                                    

Brung!

"Awk ... lama-lama barang sama lu gue bisa ngeger otak, Queen," keluh Alvarez dengan tubuh yang terhentak sedikit ke belakang.

"Shutt!" Queen berbalik menyekap mulut Alvarez dan menariknya ke sisi tembok.

Alvarez tampak binggung atas perbuatan Queen, dirinya ingin maju ke depan. Namun, dihalangi oleh Queen. "Noh lu lihat," kata Queen menunjuk dua orang berlawanan jenis berada dalam kelas yang terlihat sepi.

Berhubung sekarang waktu istirahat pastinya anak-anak kelas pergi ke kantin untuk berbelanja, Queen dan Alvarez mengintip di balik tembok yang menuju arah kelas. Tampak sang cowok memegangi tangan sang cewek meskipun ditepis dengan kasar oleh sang cewek. Duh ... sangat memperihatinkan sekali nasib sang cowok.

Seharusnya masalah suami-isteri tidak boleh dibawah ke sekolah, sekolah itu untuk menimbah ilmu bukan ajang menyelesaikan masalah rumah tangga, dan ini juga masih kecil sudah berani berdua-duaan.

"Tampar, njirr!" gereget Alvarez saat tangan sang cewek ditarik ke pipi sang cowok, padahal sang cewek sudah memberontak untuk dilepaskan. "Lemah bangat sih lu jadi cewek, tinggal tampar ... plak! Selesai, ini malah pakai acara ku menangis segala," sambung Alvarez dengan tatapan jengkel pada sang cewek.

Queen menatap Alvarez yang berada di belakangnya, Queen harus ekstra sabar menghadapi kelakuan Alvarez yang seperti orang utan, lihatlah tangan Alvarez sudah meninju tangannya yang satu lagi.

Alvarez yang sedang ditatap oleh Queen menggaruk kepalanya sambil cengengesan tidak jelas, tangannya juga ikutan berhenti. Alvarez mengerakkan kepala ke atas isyarat agar Queen kembali menatap ke depan.

"Busett serepet ... mereka cipo'kan," heboh Alvarez membuat Queen dengan cepat menutup mulut Alvarez. Untung saja mereka tidak ketahuan sedang menguping.

Mata Queen sudah membelalak menatap Alvarez sebagai ancaman, Alvarez memegang tangan Queen yang ada di mulutnya sambil mengangguk paham.

"Kamu harus sabar, Yang. Sebentar lagi rencana kita bakal berhasil," bujuk sang cowok menghapus air mata yang menetes dari pipi ceweknya.

Sang cewek akhirnya luluh juga setelah perdebatan panjang antara mereka, cewek berusaha menahan tangisnya agar benar-benar berhenti untuk menangis.

Cup!

"Aku janji padamu setelah rencana ku berhasil aku pasti bakal kembali padamu lagi, sabarnya sayangku," bujuknya setelah tadi mencium kening sang cewek, cewek itu mengangguk untuk mengiyakan.

Mungkin dia harus bersabar sebentar lagi, semua rencana mereka tinggal menghitung hari saja. Setelah ini dia tidak perlu berpura-pura mencintai Vegas, sebentar lagi dirinya akan bersama orang yang ia cinta.

"Janji, yah? Setelah rencananya berhasil kamu balik lagi sama aku?" Lisa menyodorkan jari kelingkingnya yang langsung disambut jari kelingking oleh sang laki-laki.

Wanita ular!

Jangan kaget atas kenyataan barusan, wanita seperti Lisa memang tidak tahu malu. Cowok setampan dan se-maskulin Vegas saja berani Lisa selingkuhi, memang otak wanita itu rada-rada kurang. Dikasih berlian malah memilih yang didaur ulang.

Queen tentu saja senang itu berarti Vegas memang hanya untuk dirinya seorang, Queen harus mengungkapkan kejahatan wanita ular ini di depan Vegas agar Vegas tahu wanita seperti apa Lisa sebenarnya. Queen juga tidak akan membiarkan rencana mereka berhasil, tidak ada yang boleh menyakiti calon suaminya.

"Terus rencana kamu sekarang apa?" tanya Lisa bergelayutan manja pada lengan sang laki-laki, membuat Queen memasang telinga dengan tajam.

"Aku akan-"

Gdub Ruhg!

Kedua insan tersebut kaget saat batu sedikit besar mendarat di depan mereka, bukan saja Lisa dan laki-laki tersebut Queen juga ikutan kaget pasalnya tadi ia sedang serius mendengarkan pembicaraan Lisa bersama sang laki-laki.

Queen menatap ke belakang, Alvarez sudah menyegir layaknya orang tanpa dosa sedikitpun. Queen langsung menarik Alvarez untuk pergi sebelum ketahuan, sedikit lagi dia berhasil mendengar rencana dua orang tersebut. Tapi, gara-gara Alvarez semua gagal, seharunya dia tidak membawa Alvarez ikut bersembunyi bersamanya tadi.

Alvarez memang tidak bisa diajak kerja sama, Queen dan Alvarez berlari kencang mencari tempat aman untuk berhenti.

Queen sesak napas, dirinya menyanggah tubuh dengan tangan yang bertumpu di lutut. "Ini gara-gara lu, Bang," kesal Queen berbicara sendiri, saat ia melihat ke samping Alvarez tidak ada di sana.

'Mana nih boca?' batin Queen.

Queen melirik ke sana ke mari tetap saja Alvarez tidak menampakan batang hidungnya, jangan-jangan Alvarez sedang mengerjai Queen ..? Awas saja kalau itu benar adanya. Akan Queen kasih pelajaran, MATEMATIKA.

"Bang, gue tahu lu sembunyi! Keluar nggak atau gue kasih tahu anak-anak sekolah semua rahasia lu!" ancam Queen sambil melihat keberadaan Alvarez.

Alvarez tetap saja tidak keluar, "Bang, Bangkek! Ini nggak lucu loh, Bang," kesal Queen, kerenan Alvarez tidak kunjung keluar.

Pung!

"Akhirnya lu keluar juga," kata Queen sambil memutar tubuh ke belakang untuk memberi Alvarez hukuman kerena berani mengerjainya.

"Kenapa kamu masih di luar? Nggak dengar bel masuk susah berbunyi dari tadi?! Masuk sekarang!" perintah sosok itu menatap Queen dengan tajam, wajahnya yang datar membuat Queen seperti patung.

"Kenapa masih berdiri? Nggak dengar apa yang saya katakan?!" Dosen yang terkenal killer di kampus Queen itu semakin menatapnya tajam.

"E-eh, iya Pak. Permisi Pak, saya pamit dulu," hormat Queen segera ngacir dari hadapan Dosen killer tersebut.

Setelah agak jauh Queen menatap belakang, lalu bernapas lega kerena Dosen killer tersebut sudah tidak terlihat lagi.

"Ini gara-gara Bang Alvarez," gerutu Queen kembali berjalan menuju kelasnya.

Bersambung..

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang