[53]Apa Itu Alvin?

2 0 0
                                    

Gue nggak bakal ilang, gue di belakang lu! Cepatan jalan napa, Lis!" Queen sedikit-sedikit mendorong bahu Lisa dari belakang.

Hari ini Queen sangat senang kerena bisa mengerjai si Lisa, Queen sengaja menyuruh gadis itu untuk turun ke bawah terlebih dahulu. Memang jalan yang mereka tempuh itu berliku-liku kayak cinta Queen pada Vegas. Tetap saja mereka memaksa untuk sampai ke bawah sana.

Sedang Lisa sangat mengamati langkahnya agar tidak salah memijat, takut-takut langsung menyongsong ke bawah tanpa pegangan dan berakhir ke dalam sungai. Untung saja tadi malam tidak hujan sehingga mereka tidak terlalu sulit untuk menuruni setiap tangan tanah yang dibuat.

Air sungai tampak sangat jernih, maklum perhutanan memang masih terjaga keasriannya berbeda lagi dengan air di tempat mereka tinggal. Suasana sejuk juga membuat kulit-kulit mereka terasa lembab, kalau berada di hutan begini mereka suka parno, mengingat hal-hal mengerikan seperti binatang buas, hantu.

Namun, lebih menakutkan pscyhopath seperti di film yang suka tempat-tempat seperti ini. Membahas tentang seorang pscyhopath  mengingatkan Queen pada film yang dia tonton dulu. Di mana terjadinya pembunuhan sadis di sungai, seorang wanita yang waktu itu bersama teman-temanya sedang mandi bersama, dan satu persatu temanya tiba-tiba menghilang secara misterius.

Mengeringkan!

Byarrr ....

Tanpa sengaja kaki Lisa terpeleset membuat gadis itu langsung meluncur ke dalam air, Queen yang sempat kaget seketika tertawa dengan keras melihat Lisa yang tampak jijik dengan air sungai.

"Queen! Tolongin gue," ucap Lisa sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Awas ada buaya, Lis," bilang Queen, bukanya menolong Queen malah menakut-nakuti Lisa.

Dengan kecepatan kuda Lisa memanjat ke atas, setelah sampai di atas Lisa menatap sungai tempat tadi dirinya nyemplung. Uh! Bauk air sungai melekat pada tubuhnya membuat Lisa tampak jijik pada tubuhnya sendiri sekarang.

"Udah, jangan sok jijik gitu. Bau jigong lu aja lebih jijik dari pada nih air sungai," cetus Queen tanpa jeda sedikitpun.

Lisa langsung menatap Queen tajam bak silet yang ada di tokoh-tokoh sana.

"Nih isi!" Queen menyerahkan satu galon kecil pada Lisa, tampak gadis itu lama memandangi galon yang Queen ulurkan.

"Lama amat sih, tinggal pegang aja apa susahnya!" Queen meletakan galon itu pada genggaman Lisa.

"Harus bangat gue turun lagi?" tanya Lisa tampak tidak ingin kembali ke bawah.

Lisa menengadah agar bisa melihat Queen. "Kenapa nggak lu aja? Kenapa harus gue yang turun?! Gue nggak mau!" tambahnya lagi enggang untuk turun kembali.

Queen langsung membesarkan bola matanya berharap Lisa takut pada tatapan tajamnya. "Lu kan udah basa tuh sekalian aja isi nih?" paksa Queen yang akhirnya dituruti oleh Lisa.

"Is ... lu nyebelin!"

Lisa kembali ke tepian sungai, sibuk mengisi galon di tangannya tanpa sadar Queen sudah menghilang tanpa gadis itu ketahui. Queen diam-diam pergi, meningalkan Lisa sendiri di sana biarkan gadis itu tersesat dan tidak bisa pulang lagi ke rumahnya. Bukankah itu ide yang cemerlang?

Dengan berlari kecil Queen terus melangkah tanpa sadar sebenarnya dialah yang sekarang salah jalan, jalan yang sekarang Queen lalui itu ke arah perkemahan laki-laki. Queen terus melangkah sambil tertawa-tawa kecil di sepanjang jalanan.

Rasain lu, Ris!

Queen sudah membayangkan betapa ketakutan Lisa saat menyadari Queen sudah tidak ada lagi di tempatnya berdiri tadi, yang membuat kuat semakin senang dan bahagia kalau sampai tuh gadis nangis kejang-kejang.

Dan, benar saja Lisa kebingungan kerena tidak menemukan Queen di tempatnya. Namun, bukanya takut atau semacamnya Lisa malah santai-santai saja, dengan langkah pelan Lisa mulai menaiki undukan tangga yang terbuat dari tanah itu.

Galon masih berada di tangannya, sampai atas Lisa juga tidak menemukan Queen. Lisa sadar kalau dia ditinggalkan oleh Queen, untung saja dia hapal jalan pulang.

"Lu pikir gue tahu!" gerutunya sepanjang perjalanan, "Nih galon kenapa berat bangat?!" tambahnya lagi semakin kesal.

Ting ...

Sebuah ide muncul begitu saja di otak Lisa, Lisa membuka tutup galon lalu membuang setengah air yang dia ambil tadi. Padahal itu cuma satu galon kecil, kenapa Lisa seperti orang yang akan mati besok?

Lisa tersenyum senang. "Nah, dari tadi kek Lis! Lu kan gak perlu merasa keberatan," katanya pada diri sendiri.

Setelah itu Lisa kembali menutup galon dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti sebentar. Walaupun dalam kondisi basa-basi tidak mengurangi semangat Lisa agar cepat pergi dari tempat ini.

Sedangkan Queen tampak bingung kerena belum sampai juga ke tempat kemah anak cewek, perasaannya tadi nggak selama ini kenapa sekarang terasa lama bangat Queen sampainya. Membingungkan!

Queen melirik sekeliling dan baru sadar kalau ini bukan jalan yang dia lalui, apa dia tersasar? Ah masak! Mana mungkin, Lisa menghilangkan pemikiran itu dan terus saja melangkah. Sampai pada saat ingin melangkahi pembatangan kaki Queen tersandung.

"Awk! Siapa sih yang letakan ini di sini?!" ucapnya marah pada kayu yang dia sandung.

Plak!

"Lain kali jangan begitu lagi ya, 'kan gue jadi kesakitan," ujarnya setelah menabok kayu tersebut cukup kencang.

Queen kembali bangun, mengusap-usap celananya yang kotor kerena terjatuh. Tampa tahu dirinya sudah semakin dekat pada perkemahan anak laki-laki. Sampai suara seseorang membuat Queen langsung takut dan langsung diam di tempat.

"Lu gapain ada di sini?"

Queen tahu itu bukan suara, Alvarez, Alvano, Albani, Vegas, Alvin maupun laki-laki yang dia kenal suara itu agak asing bagi Queen. Queen dengan gerakan pelan berbalik ke belakang untuk melihat siapa yang memangilnya.

Dan ....

"Elvin ...?"

Cowok itu tersenyum smart padanya, pandangan Elvin tidak luput dari Queen.

Bersambung..

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang