[42] Hujan Malam Jum'at

1 0 0
                                    

Hujan malam Jumat memang rada-rada menakutkan, apalagi suara-suara jangkrik di luaran sana saling sahut menyahut, untung tidak ada suara anjing menggonggong maka selamatlah Queen.

Guukk ... guukk ... guukk....

Baru saja Queen membicarakannya suara anjing itu sudah terdengar di samping jendela kamarnya, Queen langsung menyembunyikan tubuhnya ke dalam tebal selimut dan meletakan tangan pada dua telinga.

Queen langsung gemetar ketakutan saat sesuatu semacam benda jatuh terdengar di samping jendela kamarnya. Dan, disusul dengan cakaran-cakaran seperti mencakar tembok, Queen sudah seperti patung tidak bergerak sedikitpun di dalam selimut.

Setelah beberapa menit suara aneh-aneh itu menghilang dengan sendirinya, begitupun dengan gonggongan anjing tadi. Queen mengusap dadanya bersyukur kepada Tuhan.

Brak!

Bunyi benda jatuh itu membuat Queen langsung membekap kedua telinga lagi. Mengapa malam ini terasa sangat horor, Queen menggapai ponsel lalu memasang handset pada telinga.

Setelah memasang handset dan menghidupi musik barulah Queen merasa lega, Queen dengan sangat mudah memejamkan mata. Dan, selang beberapa menit Queen sudah masuk ke dalam mimpi.

Sedangkan di luar Lisa sibuk melempar berbagai ranting dan membuat bunyi lain untuk menakuti Queen, akan tetapi setelah beberapa lama membuat bunyi tidak ada lagi terdengar suara dari dalam kamar Queen, mamang sedari tadi Lisa melempar sesuatu dan tidak ada suara dari dalam.

Sekarang sudah pukul 12 malam, Lisa saja memberanikan diri untuk mengerjai Queen dengan berbekal payung di tangannya. Semua penghuni rumah pasti sudah tidur, dan begitu juga dengan Queen. Namun, Lisa memaksakan diri tetap melancarkan aksinya.

"Percuma aja gue ngerjain toh orangnya mungkin udah tidur lelap," ucap Lisa, lalu memutar tubuh pergi dari dekat jendela.

Lisa dengan sedikit berlari kecil hendak memasuki rumah, namun saat akan memijak teras seseorang menabrak tubuh kecilnya membuat Lisa terjerambah ke belakang.

Alvano, yang menabrak Lisa adalah Alvano. Pemuda itu tidak membantu Lisa ia berlari memasuki kamarnya dengan sangat cepat, Lisa yang ditabrak Alvano menatap marah pemuda itu dan dengan cepat juga bangun, lalu mengejar Alvano yang berjalan ke kamarnya sekarang.

"Kak Al! Kakak harus tanggung jawab. Jangan lari setelah buat Lisa jatuh, yah!" teriak Lisa ikut masuk juga ke dalam kamar Alvano.

Saat sudah berada di dalam kamar pemuda itu Lisa tidak menemukan Alvano di dalam. Lisa mengedarkan pandangan, tetap tidak menemukan Alvano.

Lisa berjalan ke kamar mandi barang kali pemuda itu ada di sana. Setelah sampai di depan kamar mandi Lisa mengetuk pintu itu. Dua ketukan tidak ada jawaban dari dalam, Lisa kembali mengetuk pintu tersebut.

Tok-tok! Tok!

Tetap tidak ada jawaban, Lisa putus aja dia berjalan meninggalkan kamar mandi. Saat dirinya sudah sampai pada pintu keluar kamar Alvano pemuda itu datang dari depan lalu menarik tubuhnya masuk. Alvano menyadarkan Lisa pada pintu yang sudah dia tutup barusan.

"Apa-apaan ini, Kak Al?" bingung Lisa saat Alvano bersikap aneh.

Pemuda itu tidak menjawab, tetapi dia mencengkram pipi Lisa, kemudian ....

Cup!

Satu kecupan mendarat di bibir seksi itu, Lisa langsung melotot akan aksi yang Alvano lakukan padanya. Lisa langsung mendorong tubuh pemuda itu kuat dan berhasil membuat Alvano menjauh darinya.

Alvano tampak datar-datar saja, "Gue suka sama lu, Lis!" ungkap Alvano yang menambah sok pada Lisa.

"Jangan bercanda, Kak, nggak lucu!" Lisa benar-benar tidak suka dengan lelucon yang Alvano berikan.

"Gue nggak lagi bercanda, Lisa!" tekan Alvano kembali mendekati Lisa.

Alvano kembali mendekatkan wajahnya pada Lisa, hendak kembali mencium bibir gadis itu. Namun, sebelum bibir Alvano mendarat di bibir Lisa, Lisa mengangkat tangan dan ....

Plak!

Dengan se-pontan Lisa mendaratkan tangannya pada pipi mulus Alvano, Lisa pun tercengang bagaimana bisa dia melakukan itu? Selama ini Alvano lah yang ia segani, tetapi setelah pengungkapan cinta dari cowok itu membuat Lisa seketika jijik pada Alvano.

Brak!

Lisa membuka pintu cepat dan menutupnya dengan bantingan, lalu berlari kecil ke arah kamarnya. Bisa Lisa dengan suara Alvano yang memangil namanya, namun Lisa tidak menghiraukan itu Lisa tetap berlari ke kamar.

Alvano langsung terduduk lemas, sebenarnya sudah dari lama Alvano suka pada Lisa akan tetapi dia tidak berani mengatakannya pada gadis itu, pengecut! Baru kali ini dia memberanikan diri untuk mengatakan, dan malah mendapatkan penolakan. Bisakah ini di sebut penolakan? Tentu saja.

Alvano bangkit lalu mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Kenapa harus Lisa, Kak?" gumam Lisa terduduk juga di depan pintu kamarnya.

"Lisa benci Kak Al, hiks ...." Tiba-tiba saja Lisa menangis, dia tidak tahu mengapa dirinya menangis. Ini sungguh kejutan yang tidak pernah Lisa bayangkan.

Lisa berjalan ke kasurnya dan merebahkan tubuh pada kasur nan empuk itu.

Jika tadi saja dia tidak nekat untuk mengerjai Queen dia tidak harus bertemu Alvano, dan jika saja dia tadi tidak memilih mengejar pemuda itu dia tidak akan mendengar ungkapan cinta dari Alvano. Sekarang Lisa tidak tahu bagaimana dia harus bersikap pada pemuda itu? Lisa binggung.

Matahari pun menampakkan sinarnya, beberapa orang sudah bangun dari tidurnya. Begitupun Queen sudah siap dengan pakainya, dia turun ke bawah menuju meja makan. Di sana tampak Lisa, Albani, Queen ikut bergabung dengan mereka.

Lisa memilih duduk dekat Albani, dan tumbennya cowok itu tidak mempermasalahkan biasanya akan sinis atau mengusirnya, oh! Mungkin saja dia lelah berdebat dengan Queen.

Berapa menit Alvano turun dengan pakaian lengkap juga, cowok itu memilih duduk dekat Lisa yang menunduk saat Alvano jalan ke arahnya.

"Jangan nunduk aja, makan nasi lu!" perintah Alvano pada Lisa yang terdengar seperti cicitan.

Dengan wajah sewot Lisa memandang Alvano, berpikir kapan pemuda ini peduli padanya? Ah! Semenjak semalam Alvano menyatakan cinta padanya.

"Sayang di depan ada temanmu cariin kamu," bilang Valen pada Lisa.

Lisa tampak mengkerut-kan alisnya, memang siapa yang mencarinya?

"Siapa, Ma?" tanya Lisa dengan wajah mendongak.

"Hem, siapa ya. Mama lupa ... oh ya! Vegas, Vegas namanya," bilang Valen menyebut nama Vegas.

"Kak Vegas? Yaudah Ma, Lisa berangkat duluan," pamit Lisa dengan gembira berdiri lalu menyalami tangan Valen dan setelah itu sedikit berlari kecil menuju pintu.

Berbeda dengan Lisa dua manusia ini sekarang menatap tajam ke arah pintu, bahkan tangan mereka sudah terkepal di bawah meja makan.

"Ma, Queen berangkat juga!" bilang Queen pada Valen.

"Al juga ikut berangkat barang, Queen!"

Mereka berdua berdiri dari tempat duduk, lalu menyalami Valen dan pergi. Tampak Valen dan Albani saling pandang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Bersambung..

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang