[17] Pesta vs Pantai

0 0 0
                                    

Queen menyeret kakinya mendekati Vegas, pandangan Queen tidak luput dari calon suaminya itu. Was-was? Tentu saja Queen merasa was-was dan cemas, jangan sampai Vegas tahu dirinya mengikuti pemuda itu. Queen benar-benar ingin menghilang saja dari sini sekarang.

Doraemon, help!

Tolong ingatkan juga Queen pada Alvarez sahabat biadabnya itu nanti, ingatkan Queen untuk menghukumnya. Bisa-bisanya Queen ditinggal, padahal tadi yang kepo bukan ia seorang. Memang salah mengajak Alvarez.

Queen berdiri di hadapan Vegas, bibirnya tersenyum dengan konyolnya, sampai-sampai Vegas menarik turunkan alisnya. Mundur salah, maju salah! Memang simalakama.

"Hay, Kak," sapa Queen sambil mengangkat satu tangannya binggung. "Gapain di sini?" sambung Queen melirik pada wanita yang sedang tertidur itu.

Raut wajah Vegas begitu datar, matanya juga menyorot Queen tajam. Apakah Queen salah bertanya sampai ditatap begitu oleh calon suaminya ini?! Rasanya Queen berbicara yang baik-baik saja, tidak ada unsur kesalahan di dalam ucapannya.

"Menjenguk sepupuku!" Singkat, padat, jelas. Vegas hanya menjawab dua kalimat saja, Queen mengangguk paham.

"Dia sudah dalam di sini, dan kondisi tidak ada perubahan sama sekali," tambah Vegas menatap sendu wanita yang disebut sepupu oleh Vegas.

"Memangnya kenapa dengan sepupu, Kakak?" tanya Queen mulai kepo, kalau jiwa kepo-nya sudah bangkit maka Queen akan mencari jawabnya sampai akar.

Vegas mengalihkan tatapannya dari sang wanita menatap Queen beberapa menit, terlihat sedang berpikir sebentar sebelum kembali menjawab pertanyaan Queen.

"Kecelakaan," kata Vegas menatap Queen lama, Queen membentuk mulutnya seperti mengucapkan 'Oh'.

"Kamu sendiri kenapa ada di sini?" Vegas balik bertanya, Queen langsung memutar otaknya berusaha mencari alasan masuk diakal.

Nah, 'kan! Apa yang harus dia jawab, ini semua gara-gara Alvarez menempatkan Queen dalam situasi sulit ... Queen berusaha keras mencari alasan yang akan dia berikan pada Vegas.

Dapat!

"Beli obat buat Lisa, Kak," alasan Queen membawa-bawa Lisa, semoga saja gadis itu tidak sedang makan atau minum.

"Hem!"

Vegas berdeham percaya atas ucapan Queen, membuat Queen bernapas lega. Memang Vegas orangnya tidak ingin terlalu ikut dalam urusan orang lain, Queen harus bersyukur atas fakta tersebut.

***

Lisa mondar mandir di dalam kamarnya, seharunya hari ini dia harus menghadiri pesta salah satu temannya. Namun, Lisa tidak tahu harus pergi dengan siapa, malu dong pergi sendiri ke pesta. Lisa mengambil ponsel yang tergeletak di ranjang, kemudian menekan nomor seseorang.

Lisa menekan beberapa kalimat yang akan di kirim, lalu mengirimkan pada kontak bertulisan nama Evan.

Ting!

Pesan langsung dibalas oleh kontak bernama Evan tersebut.

Lisa mengambil tasnya berada di ranjang, lalu memasuki ponsel ke dalam tas tadi. Berjalan keluar kamar dengan agak terburu-buru Lisa menuruni undukan tangga, meski memakai haihils Lisa tetap bisa berjalan cepat.

"Ke mana, Dek?" tanya Albani yang berada di ruangan keluarga, Lisa menatap Albani sambil menyisir rambutnya dengan tangan.

"Ke pesta teman, Bang," jawab Lisa mendapatkan anggukan dari Albani.

"Hati-hati di jalan, kalau ada apa-apa hubungi saja Abang," ingat Albani pada Lisa.

"Siap, Bos! Lisa pergi dulu yah, Bang ... bye!" teriak Lisa sudah ngacir terlebih dahulu.

Di depan sudah ada Evan temanya Lisa, Lisa cepat-cepat masuk ke dalam mobil. Mobil perlahan meninggalkan perkarangan rumah, Lisa mengambil cermin kecil dalam tasnya ... oh! ternyata penampilan Lisa tidak rusak sedikitpun kerena tadi berlari.

40 menit perjalanan akhirnya sampailah mereka pada salah satu hotel ternama di kota tersebut, Lisa agak binggung kenapa pertanyaan diadakan di hotel bukanya di gedung atau di rumah.

Namun, Lisa tidak sedikitpun memiliki rasa curiga dengan santai mereka memasuki hotel. Evan yang berada di samping sedikit bercerita tentang pesta yang akan mereka hadiri-kan.

"Lu pasti suka Lis ... oh, tidak! Lu pasti yah, nanti bakal suka bangat," kata Evan menyakinkan Lisa, gadis itu hanya mengangguk dengan polos.

***

"Lu pulang sama siapa?" tanya Vegas yang sudah berada di luar rumah sakit.

"Taksi, Kak," jawab Queen seadanya, memang siapa lagi yang mau membawanya pulang. Alvarez sudah meninggalkan Queen tanpa perasaan sedikitpun.

"Pulang barang gue mau?" tawar Vegas pada Queen yang langsung di anggukan oleh Queen tanpa pikir panjang.

'Akhirnya nggak sia-sia juga gue nguping tadi, emang rezeki anak soleha,' batin Queen tidak jadi merutuki kesialannya hari ini, ternyata membawa berkah untuk Queen.

Queen memasuki mobil calon suaminya setelah pemuda itu masuk, dia duduk berdampingan dengan Vegas. Memang sepasang kekasih itu harus jalan berdampingan agar hidup aman sentosa.

"Lu mau pergi ke suatu tempat nggak?" tawar Vegas yang berada di kursi pengemudi.

Queen tampak berpikir sejenak, apakah ini tidak akan menganggu waktu berharga Vegas? Ah, masak bodoh toh pemuda itu sendiri yang menawarkannya, pemali jika menolak ajakan seseorang yang berbuat baik.

"Boleh, kalau nggak ganggu waktu, Kakak," basa basi Queen, dia sebagai gadis harus tampak pura-pura jual mahal terlebih dahulu.

"Tenang saja, gue lagi santai kok. Jadi gue punya banyak waktu untuk sekarang," ucap Vegas menjalankan mobilnya." Kita ke pantai?" ajak Vegas menatap jalanan.

"Boleh," balas Queen bersemangat.

Vegas tersenyum kecil melirik sebentar Queen, ditawari melihat pantai saja gadis tersebut sudah sangat senang seperti mendapatkan.

Bersambung...

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang