[27] Sekedar Sadar Diri

1 0 0
                                    

Pelajaran berlangsung dengan santai, di samping Queen ada Alvarez yang sudah tertidur lelap. Sedangkan Queen menatap fokus pada papan tulis, akan tetapi pikirannya berada di tempat lain.

Dia masih memikirkan tumpeng dan kue yang kamarin Queen buat perginya ke mana? Tadi pagi ia sudah tidak menemukan tumpeng dan kuenya di ruang keluarga, entah dibuang atau di kemanakan oleh Valen.

Kenapa harus Valen? Karena cuma dia yang akan membersihkan rumah, Valen tidak mengerjakan pembantu. Menurut Valen pekerjaan rumah seperti itu sangatlah mudah tidak perlu bantuan pembantu, dan Lisa, Queen juga tidak terlalu sering membantu membersihkan rumah.

Queen juga tidak tahu apa lagi kejadian semalam setelah mereka pergi, mungkin saja mereka bersenang-senang tanpa Queen. Queen tidak peduli! Jika mereka ingin Queen menjauh akan ia lakukan meski ada sebagian hatinya yang tidak menerima.

Bagaimana ketika kita menyayangi seseorang tiba-tiba kita harus menjauhi? Tentu itu sulit bagi Queen, apalagi bersikap biasa-biasa saja bahkan itu bukan Queen sama sekali, Queen yang suka cara perhatian tiba-tiba bersikap cuek bukankah aneh?!

Teng!

Bel berbunyi, lamunan Queen seketika terhenti. Tampak guru yang sedang mengajar mengucapkan sesuatu yang jelas Queen tidak paham, padahal matanya terfokus ke guru tersebut. Namun, otak-otaknya sulit untuk mencerna perkataan guru tersebut.

Setelah guru tersebut menghilang di ambang pintu Queen merebahkan kepalanya menatap wajah Alvarez dari samping. Queen tidak habis pikir dengan Alvarez, sebenarnya apa yang dia kerjakan malam hari sehingga selalu tidur pas pelajaran.

Queen mengamati wajah Alvarez dengan seksama, tanpa terlewatkan sedikitpun. Alvarez ini tampan, hidung mancung dan bibir sedikit tebal, dengan alis dan bulu mata yang cukup tebal juga.

Namun, Alvarez bukan tipenya. Yah, kerenan tipe Queen itu berinisial Vegas ... hehe.

"Houmm ...." Alvarez merentangkan tangannya sampai-sampai mengenai kepala Queen.

Dengan tanpa dosa Alvarez membuka mata lalu menatap Queen dengan wajah menyengir, untung saja Queen mempunyai kesabaran yang cukup kuat kalau tidak sudah dipastikan satu tangannya akan mendarat pada kepala laki-laki itu.

"Tutup mulut lu, Bang, mulut lu bau bungga bangkai," kata Queen menjauhkan kepalanya dari Alvarez.

Alvarez tampak menimbang. "Masak sih? Boong 'kan lu?!" balas Alvarez tidak percaya atas ucapan Queen.

Hushh....

Dengan tidak etiknya Alvarez meniupkan napasnya pada Queen membuat gadis itu memundurkan kepalanya hampir sok. Alvarez mengerutkan alisnya, berpikir apakah napasnya benar-benar bau?

Hushh....

Alvarez meniup napas pada tangan lalu mencium tangan yang tadi dia tiup. Sedetik kemudian Alvarez terhenyak.

"Bau 'kan?" tanya Queen pada Alvarez.

"Sedikit," jawabnya lalu menegakkan tubuh, yang hanya ditatap oleh Queen. "Yuk, jajan. Que lapar bangat, tadi pagi cuma makan dua piring ... oh, sama satu mangkok empek-empek," tambah Alvarez menarik tangan Queen.

Queen hanya pasrah mengikuti laki-laki itu, saat menuju kantin mereka berpapasan dengan Lisa dan Albani yang asik berbincang. Queen tidak menyapa mereka, bahkan melirik saja dirinya engan.

'Giliran sama Lisa aja manis bangat!' omel Queen dalam hati.

Alvarez yang berada di samping Queen tampak binggung, tumben gadis ini tidak menyapa atau melirik biasanya paling heboh kalau bertemu abang-abangnya. Alvarez melirik Queen sekilas, lalu meletakan tangannya pada kening Queen tanpa permisi.

"Lebih panasan pantat gue, berarti nggak demam. Hem, keserupan kayaknya," gumam Alvarez mengangguk-angguk mengiyakan tebakannya.

"Tadi pagi lu lewat jalan mana?" tanya Alvarez kembali memastikan.

Tampak Queen melirik Alvarez malas, ada-ada saja laki-laki di sampingnya ini. Jelas-jelas tadi pagi Queen berangkat barang dia, apakah Alvarez pikun?

Queen tidak ingin menangapi pembicaraan tidak masuk akal dari Alvarez, berbicara dengan laki-laki itu sama saja menguji iman untuk tidak baku hantam dengan Alvarez.

"Queen!" rengek Alvarez sambil memasang wajah memelas.

"Apa?!" tanya Queen mata melotot tajam ke arah Alvarez, membuat nyali laki-laki itu langsung menciut.

Mereka kembali berjalan tanpa berbicara lagi, namun Alvarez masih saja menatap Queen binggung dan takut. Hari ini Queen tampak sangar, apakah gadis ini sedang datang bulan? Kayaknya.

Sedangkan di kelasnya Albani duduk termenung, Lisa sudah kembali ke kelasnya setelah tadi Albani antar.

"Kenapa tuh cewek? Tumben-tumbenya," pikir Albani masih teringat pertemuan dirinya dan Queen tadi, bahkan gadis itu tidak melirik sedikitpun pada Albani.

"Gue rasa, gue nggak punya salah tadi pagi," tambahnya masih tidak terima dicuekin Queen.

Tentu saja Albani tidak terima dengan sikap cuek Queen, biasanya ia yang akan mencueki gadis itu tapi sekarang kenapa dia yang dicuekin. Albani meremas kaleng minuman yang dia pegang, tangannya terkepal kuat.

Brak!

Dengan sekali gerakan kasar kursi yang sedang Albani duduki terjatuh sehingga membuat kursi itu berbunyi cukup nyaring. Mata-mata memandang ke arahnya penasaran, binggung dan sebagiannya. Tanpa menghiraukan tatapan tertuju padanya Albani tetap berjalan keluar.

"Kak, Bani," sapa gerombolan cewek-cewek yang berpapasan dengan Albani.

Albani tidak merespon sedikitpun, biasanya laki-laki ini akan kegirangan saat disapa oleh wanita-wanita cantik, kali ini Albani hanya menatap jalanan dengan raut marah. Langkah lebarnya membuat Albani dengan mudah menuju tempat tujuan.

Brak!

Albani membuka pintu ruangan itu dengan membanting membuat orang-orang di dalamnya kaget, beberapa orang yang sedang tidur terbangun akibat ulah Albani.

"Gue punya kerjaan buat kalian!"

Bersambung..

Jangan Ambil Keluargaku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang