"Hyaaaah!" Ni'mal melotot menatap Zain. Ia melesat mengarahkan bogem mentah ke wajah target. Melihat Zain memegang senjata tajam, sama sekali tak menciutkan nyali.
Sepasang netra pria berbusana timur tengah menyipit. Arjuna Merah? Dia pelaku penyerangan perkampungan Gogor Ireng ini? Zain melompat menghindari terjangan lawan.
Matanya menajam tatkala berada di udara. Pemuda berbusana khas timur tengah tersebut memandang takjub Ni'mal yang menghantam hancur sebatang pohon besar hanya dengan satu kali pukulan. Yang aku dengar, entitas kuno di dalam jiwanya telah disegel oleh mendiang Mbah Pur. Tapi bagaimana bisa dia jadi sekuat ini dalam waktu singkat?
Gagal memukul lawan, Ni'mal sontak mendongak dan memijakkan kakinya kuat-kuat, melesat ke udara menyusul sasaran. Matanya dipenuhi kebencian.
Zain berputar di udara, tangannya sigap menepuk siku Ni'mal guna memiringkan arah pukulan. Tapi kenapa dia seperti yang marah padaku? Apa mungkin dia menganggapku berpihak pada Makhluk Hitam? Apa bocah ini tak tahu kalau Gogor Ireng di Pulau Iwak justru sudah berpihak ke Keraton Sura Selatan!
Pemuda berjuluk Arjuna Merah melayangkan tendangan. Tapi sebelum kakinya terangkat, lutut Zain lebih dahulu menahan tulang keringnya agar tak naik. Zain mencegah Ni'mal menendang.
Daak!
Ni'mal yang lagi-lagi gagal sontak memutar badan di awang-awang. Ia melakukan tendangan tak terduga. Gerakannya yang cepat serta jarak yang rapat membuatnya berhasil mengenai pinggul Zain.
Blaaamm!
SM tingkat tinggi tersebut terlempar bagai peluru katapel, mendarat kasar di antara pepohonan. Jelas tulang rusuknya retak akibat serangan barusan. Padahal ia telah menyelimuti sekujur badan menggunakan energi tak kasat mata demi meredam kerusakan. "Uhuk!" Ia batuk darah. Satu kali pukulannya begitu mematikan. Bakal kacau kalau hanya menghindar!
"Apa alasanmu!" bentak Ni'mal melotot. Jaraknya dengan Zain hanya terpisah tujuh meter.
"Alasan?" Zain berdiri agak bungkuk. Mendadak tubuhnya diselimuti listrik nan berkecamuk, mirip seperti petir. "Apa kebencianmu terhadap Makhluk Hitam begitu tebal sampai membutakanmu?" Ia menciptakan cakram petir di tangan kiri, sementara tangan kanannya masih lekat menggenggam scimitar.
"Jangan omong kosong!" bentak Ni'mal melesat maju.
Zain memantapkan diri guna menyerang. "Kuharap petirku menyadarkanmu!" balasnya menyambar lawan.
Swuussh!
Zain mengibaskan scimitar secara vertikal. Meski gerakannya lebih cepat, tetapi Ni'mal lebih dulu mengelak dengan memiringkan badan. Bocah ini menerka gerakanku? pikirnya melempar cakram di tangan kiri kepada lawan.
Namun, Ni'mal kali ini lebih dulu mendorong siku kiri Zain - mencegahnya melakukan serangan tambahan. Pria rupawan berbusana timur tengah reflek mengibaskan pedangnya lagi, kali ini secara horisontal.
Sepersekian detik sebelum Zain mengibaskan pusaka, Ni'mal melompat ke udara dan berputar dua kali bak trenggiling. Ia lantas mendaratkan hindfoot, atau tumit kakinya ke tengkuk Zain.
Dak!
Pria berbusana putih panjang bak gamis itu pun terguling ke depan. Ia memuntahkan darah, meringis kesakitan. Pandangannya sejenak kabur dan berkunang-kunang. Dampak serangan Ni'mal barusan begitu terasa, mengguncang kepala. Seperti dihantam Beruang Iwa dewasa!
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Ni'mal meluncur mengirim bogem mentah. "Kenapa kau menyerang para Gogor Ireng!" jeritnya penuh amarah.
"Hentikan!" Lastri berteriak sambil digendong belakang oleh Sasmito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu Asura
FantasíaKelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama