Chapter 7 : Pertemuan

33 6 5
                                    

Beberapa saat sebelum Ni'mal dan Sasmito membaur dengan PM.

Tepat di bawah pohon besar, pria berhelm dalam kostum PM membuka resleting celana seraya menoleh ke rekannya. "Heh, siapkan senjatamu! Aku tak mau disunat Walde di sini!"

"Jijay! Kencing saja minta ditemani! Tak malu sama seragammu?" sahut rekannya seraya mengedar pandang ke sekitar, kecuali ke arah temannya yang hendak buang air kecil.

"Kalau di tempatku, kencing sembarang itu pamali. Bisa-bisa kau ditempeli dedemit!" Suara Sasmito terdengar dari dedaunan pohon di atas mereka.

Si PM bersenjata mendongak menodongkan senapan. "Siapa di-"

Daak! Daak!

Diam-diam Ni'mal menghantam tengkuk kedua PM dari belakang secara bergantian. Ia melumpuhkan mereka berdua dalam waktu singkat. "Sekarang apa rencanamu?" tanya Ni'mal melihat ke bawah, tepat ke arah PM sembrono yang tergeletak di dekat kubangan cairan kuning nan pesing.

Pyak!

Sasmito melompat turun, tak sengaja menginjak kubangan air seni. "Kita membaur dengan mereka. Utamakan mengerti soal tujuan jelas me-" Ia menatap ke bawah setelah mengendus bau pesing. "Hiih! Jangkrik! Hah! Kena najis dong celanaku!"

"Pffft!" Ni'mal menahan tawa, dalam bahasa Jawa; ngempet ngguyu.

***
Masa kini, Gua Gunung Pegat.

Ni'mal gemetaran memegangi buku berisi daftar nama kandidat PM sambil bergumam"Agha, dia ... rekanku saat menjadi kandidat PM?" Kepalanya terasa nyeri. Kepingan ingatan di dalam Gua Berhantu Kadipaten Senlin kini tersusun rapi di kepala. "Kami pernah melakukan tes di gua penuh laba-laba itu. Karena sebagian besar regu kalah, aku dan Agha bergabung dengan PM lain yang tak lolos dan menjalani ujian tambahan di gua ini. Tapi kapan aku mendaftar jadi PM? Bukankah setelah lulus sekolah, aku langsung bekerja di Senlin?"

Ia teringat pada kata-kata Lastri. "Lastri pernah bilang kalau kami ... pernah tinggal bersama? Apa mungkin aku juga lupa soal itu? Dan ... sebenarnya sejak kapan makhluk terkutuk itu ada di tubuhku?" Pertanyaan demi pertanyaan menyeruak.

"Gwaahhh!" Sasmito terpental menabrak rak kayu penuh buku di depan Ni'mal. Remaja lima belas tahun itu baru saja disabet oleh sesosok Makhluk Hitam berbadan bawah kalajengking. "Makhluk itu kuat!"

"Mito?" Ni'mal balik badan, fokus pada kemunculan dua ekor Makhluk Hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mito?" Ni'mal balik badan, fokus pada kemunculan dua ekor Makhluk Hitam. "Ada lebih dari satu monster?"

Sasmito bangkit dan menyodorkan secarik kertas bergambar manusia bersisik ular dengan tubuh bawah kalajengking. "Makhluk ini bukan Koking asli! Mereka ini manusia yang diubah jadi Makhluk Hitam!"

Netra beriris coklat Ni'mal terbuka lebar melihat tulisan di kertas yang ia pegang. Makhluk uji coba seperti Kanin bersayap malam itu! Amarahnya mendadak naik ke ubun-ubun. "Para Pejabat Manunggal memang bedebah!" serunya menjatuhkan kertas di tangan.

Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu AsuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang