Ni'mal melangkah lebih dekat. "Srikandi?" Ia menarik napas dalam-dalam. "Apa benar, kau adalah Ningrum?"
Sembari menahan air mata mengalir, gadis bernetra biru bertanya balik, "Kenapa kau mau tahu soal itu?"
"Itu ...." Ni'mal sedikit menunduk. "Aku ... hanya ingin memastikan."
Srikandi menahan gejolak hati. Ia masih menahan diri tuk meluapkan perasaannya. "Ni'mal? Bagimu, Ningrum itu siapa?"
"Ningrum ... dia ... sepertinya seseorang yang sangat berarti di kehidupan lampauku."
Benar. Mana mungkin dia masih mencintaiku ... mungkin juga dia belum mengerti banyak soal hubungan kami. Srikandi tersenyum getir. Rasa haru yang sempat memuncak berganti jadi pilu. "Kau bilang, sepertinya? Artinya kau belum yakin dengan hubungan antara Dananjaya dan Ningrum, ya? Dan kau sekarang menganggap kalau Ningrum hanya masa lalumu?"
"B-bukan, maksudku ... iya, anu ... Ningrum memang ada di masa lalu, kan?" Ia benar-benar bingung menghadapi Srikandi yang mendadak menangis.
"Ya. Kau benar. Sekarang kau masih sangat mencintai perempuan Sunyoto itu, kan?" tanyanya tersenyum getir, sejurus kemudian melenggang pergi.
"Srikandi, tunggu!"
Utusan Sura Selatan sontak balik badan. Melotot meski air mata mengalir. "Jangan pernah tanyakan soal ini lagi!" bentaknya.
Ni'mal diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus berkata apa. Disimpulkan dari sikapnya barusan ... dia benar-benar reinkarnasi Ningrum, ya? terkanya masih sedikit ragu. Tapi kenapa aku mau tanya soal ini? Maksudnya ... kalau dia benar Ningrum, aku mau apa? pikirnya garuk-garuk rambut, kemudian duduk beralas rumput.
"Haaah!" Ia menghela napas untuk kesekian kali. "Heh! Dananjaya! Sebenarnya aku harus bagaimana?"
Hanya bunyi jangkrik yang menyahut bisikan Ni'mal. "Heh! Haaah!" Ia merebahkan badan ke tanah. "Aku tahu cara mengalahkan Asura, tapi tak tahu soal asmara. Harusnya orang-orang menyebutku Jomblo Merah saja ... atau, Rahwana Merah?" gumamnya bermonolog.
"Kenapa aku jadi risau begini, sih? Haah!" Ia kembali duduk, bersila.
"Tolong!" Suara Genta menggema di kegelapan malam.
Genta! Netra coklatnya terbuka lebar. "Celaka!" Ia melejit, memijakkan kaki tuk melompat ke dahan pohon terdekat, kemudian melesat ke dahan pohon lain. Padahal aku tak merasakan keberadaan seseorang sampai sebelum Genta teriak! Ah! Benar! Ini mirip seperti saat sebelum Bram bertarung dengan orang berjubah putih itu!
***
Srikandi sudah lebih dulu sampai di api unggun buatan mereka. Gadis berambut biru panjang menatap tajam pada Ni'mal. "Sudahku bilang jangan tinggalkan dia sendirian! Dasar bodoh!" omelnya ketus.
"Maaf," ucapnya menyesal.
"Kau kira maaf bisa membuatnya ketemu!" seru Srikandi.
Tenang, Ni'mal. Pemuda berkaos merah ketat mengatur napas. Ia duduk dalam posisi meditasi.
"Kau mau a-" Srikandi yang tersulut emosi enggan menyelesaikan kalimat. "Sudahlah! Aku akan cari dia!" ujarnya berlari meninggalkan Ni'mal seorang diri.
Walau aura keberadaannya tak terasa, tapi dia pasti melakukan pergerakan, kan? Harusnya .... Ni'mal menempelkan telapak tangan ke rerumputan. Aku bisa merasakan getaran tubuhnya yang membawa Genta.
Pendengarannya mendadak menajam. Bulu kudu sekujur badannya berdiri bersamaan. Kulitnya semakin sensitif, sampai-sampai merasakan perbedaan angin yang menerpa setiap helai rambutnya. Hidungnya mampu mencium aroma keringat Genta yang masih tertinggal di sekitar ia berada.
![](https://img.wattpad.com/cover/351559193-288-k302936.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu Asura
FantasiaKelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama