Chapter 25 : Utusan Asura

9 4 1
                                    

Dlap!

Ni'mal dan Zain melompat ke arah berlawanan guna menghindari serangan monster bersisik ungu. Pasalnya, dua tangan ularnya dapat memanjang sampai belasan meter.

"Ni'mal! Bagaimanapun caranya, jangan sampai tergigit oleh tangan kobranya!" ucapnya kembali melompat saat tangan berkepala pyhton lawan mematuk. "Racun makhluk ini hampir sama seperti racun Sarpasapta!"

"Shaaash!" Ajeng mengarahkan tangan kirinya pada Ni'mal. Kepala kobranya menyemburkan cairan racun bersifat asam.

Ni'mal melompat dan mendarat di bawah obor biru. Netranya tertuju pada lantai yang hancur akibat semburan si tangan kobra. Lantainya meleleh? pikirnya melesat maju mengepalkan tinju.

Sosok bertubuh ular meliuk guna mengelak. Ia lantas menyabetkan ekornya ke punggung Ni'mal. Beruntung, ujung runcing ekornya yang seperti kalajengking tak mengenai kulit Ni'mal.

Dalam kondisi terempas, Ni'mal menghantam kuat dinding di sana. "Haaah!"

Bammmm!

Meski ruangan bergetar, tapi dinding yang barusan Ni'mal hantam sama sekali tak menunjukkan retakan. Dinding ini kokoh!

"Percuma saja," ucap Zain. "Bangunan candi ini mirip seperti penjara bawah tanah di mana Raden Armi dan Tetua Manunggal dikurung." Ia berguling menghindari Patukan tangan kobra lawan. "Ada batu keramat yang memperkuat bangunan ini, jadi targetkan saja untuk bunuh wanita ular itu!" teriaknya menarik pedang khas Timur Tengah, melesat menyerang lawan.

Daaang!

Senjata bahkan tangan Zain gemetar, tak mampu menembus sisik keras sang ular. "Cih!" Ia melompat kayang ke belakang guna menghindari rentetan tangan kanan-kiri lawan.

Sisik ularnya tak bisa diremuk? Ni'mal yang masih bersiap di dekat dinding, menjerit memerintah, "Zain! Serangan petir!"

Pemuda berkaos hitam panjang membentuk bola petir di tangan kiri, lanjut melemparnya ke lawan. "Hyahh!"

"Grraakkh!" Sang monster ular terdiam sejenak merasakan setruman Zain.

"Lagi! Yang lebih kuat!" seru Ni'mal.

Tanpa pikir panjang, Zain menjatuhkan pedang. Ia mengambil kuda-kuda, memusatkan energi kundalini ke sepasang telapak tangan. Bola listrik biru terbentuk dengan kilatan nan berkecamuk bak cambuk. "Kupercayakan sisanya padamu, Ni'mal!"

Blaaaassst!

Semburan sinar biru terang melesat menghantam sang monster ular keunguan. Makhluk bersisik padat tersebut tak dapat bergerak leluasa akibat setruman. Ia hanya menutup muka menggunakan sepasang lengan.

"Grraakkh!" Ia meraung kesakitan merasakan aliran petir yang mendidihkan darah dan organ dalam. Persendian dan ototnya kaku, tak dapat bergerak.

Pemuda bernetra coklat melompat ke dinding, memijakkan kakinya kuat guna melesat menyambar lawan. Ni'mal mengayunkan tinju kanannya yang berlapis aura merah ke badan sasaran. "Haaaagh!"

Blaamm!

Sang monster ular keunguan terlempar kencang hingga membentur dinding gua - tepat di bawah obor biru nan menyala. Getaran kuat benturannya membuat obor tersebut goyang dan jatuh menimpa wanita jadi-jadian. Apinya membakar rambut, kulit, dan dagingnya seketika.

Zain terbelalak. Dia lemah terhadap api biru itu! Dengan tubuh sempoyongan, Zain melesat cepat meraih dua obor sekaligus. Ia melemparnya kepada sang ular. "Ni'mal! Lemparkan semua obor kepadanya!"

Setelah semua obor dilemparkan, Sisik ular sang monster meleleh. Ia meraung dan menjerit kesakitan, hingga kemudian terdiam berselimutkan hawa membara api kebiruan. Kobaran api di tubuhnya jadi satu-satunya pencahayaan ruangan.

Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu AsuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang