Beberapa kilometer dari tepi pantai.
Dua personil PM berbincang sambil membawa truk besar. Kendaraan lapis baja tersebut melaju di jalan setapak hutan. Rodanya yang besar lagi bermotif, membuatnya mudah melewati lumpur dan rusaknya jalan.
"Heh, Di? Sebelum berangkat tadi, kau minum ramuan pemberian jendral?" PM berhelm bertanya pada sopir yang juga berbalut seragam PM - lengkap dengan helm.
"Maksudmu ramuan hitam yang baunya pengar itu, ya? Aku baru minum seteguk gara-gara dengar peluit."
"Hahh, bodoh. Semoga minum dikit gak ngaruh," gumamnya lirih.
"Memangnya ada apa dengan minuman itu?"
"Sudah, lupakan." Box truk di belakang mereka memuat sesuatu yang amat penting, atau mungkin seseorang. "Kita hanya perlu antar dia ke tujuan."
(Inframe; Lunar)
"Omong-omong, Gadis di belakang itu kasihan, ya? Belum juga umur 20 tahun, harus ditahan karena terlahir dengan kekuatan aneh. Padahal dia ini asli orang Senlin, kan? Kelihatan dari mukanya."
"Justru itu, Di! Jarang keturunan orang putih punya kekuatan seperti itu. Mungkin Tuan Willem mau jadikan dia selir sekaligus bodyguard. Ahahahah!" celetuk PM satunya. Ia menoleh ke belakang, menatap sesosok perempuan pirang berambut pendek dengan balutan ruffled port blouse, mirip dress maid lelaki. Mata perempuan mirip lelaki itu ditutup kain hitam, mungkin agar ia tak dapat melihat. "Dia cantik, ya? Kira-kira Tuan Willem bakal tahu gak kalau kita co-"
Ciiitttt ....
Truk tersebut berhenti seketika. Sang sopir menginjak rem mendadak, membuat rekan mesumnya membentur kaca - walau tak terlalu keras.
"Di! Yang bener aje!" omel si PM.
"Jek! Jek! Bocah itu! Itu si buronan Manunggal, Jek!" celetuknya melotot menatap lelaki yang baru saja muncul entah dari mana dan menghadang mobil mereka.
"Hah?" PM bernama Jeki bergegas turun dari kepala truk. Ia menodongkan senapan laras panjang kepada lawan. "Hey, kau! Diam di tempat!"
Yodi si PM yang berperan jadi sopir, turut keluar dan membidik Ni'mal. "Kau sudah tak sekuat dulu, berani-beraninya muncul di hadapanku!"
Pemuda berkaos merah menghela napas. "Apa kalian semua ikut membunuh warga desa?"
"Bwahahahah!" Jeki terbahak. "Kau bodoh juga buta, ya? Kau tidak lihat pasukan di be-" Ia tak menyelesaikan kalimat saat menengok ke belakang.
Puluhan orang bersenjata api telah tumbang bergelimpangan. Hebatnya, Ni'mal berhasil menghajar mereka dengan senyap. Padahal jelas masing-masing membawa senapan.
Menelan ludah, Yodi berbisik, "Jek! Gimana ini! Sepertinya bocah itu sudah sakti lagi!"
Ni'mal maju mendekat. "Sekali lagi, aku tanya. Apa kalian berdua ikut membunuh para warga desa di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu Asura
FantasyKelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama