Bram menjatuhkan Ni'mal dan Anjani, lantas melesat menyambut pria berbatik bunga biru yang tengah menghampiri. "Srikandi, lindungi Anjani dan-"
Blammm!
Bram ditimpa oleh pria kekar yang melompat terjun dari atap candi nan tinggi. Pria berkekuatan harimau tersebut muntah darah dalam kondisi terkapar di tanah. Sekujur badannya gemetar, tak kuasa menyingkirkan lelaki berjuluk Bima Merah. Berat badannya ... ini lebih berat dari Beruang Iwa dewasa!
"Ototmu palsu, ya?" tanya pria yang dua kali lipat lebih besar dari Bram.
Pria gondrong abu-abu garuk-garuk rambut. "Mereka sepertinya kelelahan. Cukup Bima yang turun tangan."
Nakula Merah melangkah maju. "Hey? Kalau kita bawa mereka ke markas, lalu kita hajar, apa Cepot bakal marah?"
Pria berompi geleng-geleng. "Kalau kau mau balas dendam, lakukan saja sekarang. Tapi ingat, jangan sampai dia mati."
"Bagus!" Pemuda berkemeja jubah melesat. "Aku buat dia merengek mohon ampun!" teriaknya tersenyum dari balik topeng.
Srikandi memasang kuda-kuda, berdiri di depan Ni'mal yang tergeletak lemas. Walau bisa bergerak, tubuhku kaku! Aku belum bisa lagi menggerakkan air di dalam tanah!
"Heh! Rambut biru! Minggir kau! Aku mau balas lelaki sombong itu!" Kobaran api menyelimuti kedua tangan Nakula.
Aku hanya perlu mengulur waktu sampai bala bantuan datang! Srikandi berlari maju, lantas menangkis beberapa ayunan tinju berapi lawan.
Pria gondrong abu-abu berjalan mendekati Bram yang ditindih Bima. Tatapannya tertuju pada Srikandi. "Kalau kau melawan untuk mengulur waktu, percuma saja. Kami membuat Makhluk Hitam di kawasan ini untuk menyerang Rumah Pohon di sana. Tetua desa itu pasti sibuk mengamankan warganya sekarang."
Blakkk!
Nakula berhasil menendang dorong Srikandi saat gadis bersurai biru terkejut barusan. "Hey! Salah satu tolong urus gadis itu! Biar aku hajar bocah songong ini!" ucapnya mencengkeram leher Ni'mal, mengangkatnya tinggi.
Srikandi berlutut meraba perut. Bagaimana mungkin? Mereka menyerang kemari dengan rencana matang! Aku tak bisa memaksakan diri lagi untuk melawan! Apa aku menyerahkan diri saja?
"Heh! Mana tatapan congkakmu waktu itu!" serunya menghantam Ni'mal.
"Hoookh!" Pemuda bercelana hitam terlempar puluhan meter, membentur tebing.
Sang iblis darah bersuara, Hey, bodoh! Cepat berikan kendali tubuhmu padaku! Harga diriku serasa diinjak! Bisa-bisanya pecundang yang sudah kita kalahkan memukulimu begitu!
Kau saja dijuluki Iblis Darah oleh Asura! Mana mungkin aku percaya padamu! sahutnya dalam hati. Tubuhnya berada di tebing yang cekung akibat benturan tinju lawan. Matanya terbelalak melihat Nakula meluncur menyambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu Asura
FantasiKelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama