Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Embusan angin terbilang normal. Padahal, Ni'mal sedang berada di tepi pulau apung. Pemuda tanpa kaos tersebut berjalan ke pohon besar nan rindang, lantas duduk dalam posisi semedi. Ia merem, mencoba fokus pada lingkungan sekitar.
Aku memasuki candi di dasar danau, lalu saat membuka gerbang di dalam bangunan, tubuhku disedot masuk. Dan setelah buka mata, aku berada di sini. Pemuda dengan tubuh basah kuyup mengatur pernapasan. Sarang Asura ini ... terasa damai. Tidak seperti Hutan Vyathita, pulau apung ini bahkan dihuni oleh burung-burung dan beberapa jenis serangga.
Ni'mal mencoba menyatukan jiwa dengan alam. Batinnya paham bahwa sebab angin tak berontak meniup kasar pepohonan pada ketinggian itu, karena adanya energi magis yang melingkupi pulau apung. Ia samar mulai merasakan keberadaan entitas dengan kekuatan besar.
"Asura!" Ni'mal buka mata saat seekor burung kecil mendarat lembut di hadapannya.
Netra coklatnya mengamati hewan biru berparuh hitam. Tak ada indikasi aura membunuh dari makhluk mungil itu. "Burung biasa?"
"Selamat datang, Tuan. Kau manusia pertama yang datang kemari setelah sekian lama," ujar sang burung.
"Kau bisa bicara?" tanyanya mengerutkan dahi.
"Semua burung di pulau apung ini bisa berbahasa manusia. Termasuk saya."
Ni'mal garuk-garuk kepala. "Apa kalian belajar baca dan tulis seperti kami?"
"Tidak. Ini berkat doa dari salah satu manusia yang pernah berjaya pada masanya."
Ni'mal penasaran. "Manusia?"
Sang burung mendongak menatap langit.
"Kenapa? Apa manusia yang kita bicarakan ini ada di atas sana?" tanyanya lagi.
"Tidak, tapi saudara-saudaranya berada di atas sana. Manusia yang patuh pada Sang Pencipta untuk menyembelih putranya, ada di langit ke tujuh. Manusia yang pernah membelah laut, ada di langit ke enam. Manusia yang suaranya menjadi perantara luluhnya hati manusia, ada di langit ke lima. Manusia yang luas ilmunya, ada di langit ke empat. Manusia yang terkenal karena ketampanannya, ada di langit ke tiga. Manusia yang dapat menghidupkan manusia lain, serta manusia yang dapat menanamkan rasa kasih sayang kepada sebagian besar makhluk, ada di langit kedua. Dan manusia pertama yang turun ke bumi, ada di langit pertama."
Ni'mal melirik ke kanan-kiri. Hatiku seperti pernah tahu soal orang-orang yang burung ini sebutkan?
"Omong-omong, apa tujuanmu datang kemari, Tuan?" tanya sang burung lagi.
"Aku mencari Asura penguasa tempat ini."
Sang burung membelakangi Ni'mal. "Apa Tuan datang untuk membunuhnya?"
Ni'mal bangkit. "Ya. Sebelum Purnama Merah tiba, aku harus memburu semua Asura yang tertidur."
"Jadi benar kalau Tuan ini ... reinkarnasi Prabu Dananjaya?"