Chapter 24: Gadis Terkutuk

11 4 2
                                    

Hutan Wilayah Arsir, jalur menuju gua.

"Itu dia!" Satu dari belasan warga desa berteriak setelah melihat Lastri dan yang lain.

"Itu keturunan Dukun Terakhir!" teriak seorang di sebelahnya.

Meski dilanda pusing, Zain berfirasat buruk. Ia berdiri gontai, lantas memandang para warga desa. Mereka mau membawa Lastri?

"Pak!" Lastri bangkit. "Tolong ba-"

"Jangan bergerak!" cegat Zain. Lelaki berbusana hitam panjang menyipitkan netra.

"Kisanak! Serahkan keturunan Dukun Terakhir pada kami! Kau terkena racun! Percuma saja melawan!"

Seorang pria bertombak melempar senjata di tangan kepada Zain. "Kita habisi saja dia!"

Puspa berdiri dan mengayunkan selendang hijau toska. "Apa yang kalian lakukan!" ucapnya berhasil menangkis lemparan tombak.

Zain mengedarkan mata ke pepohonan sekitar. Ia merasakan keberadaan orang-orang berkanuragan. Siapa yang meracuni kami? Mustahil ini perbuatan tetua desa.

Tujuh orang berbusana khas ninja berdiri di dahan pohon, bersiap menyerang Puspa dan yang lain.

"Tuan Zain? Baiknya kau bantu Ni'mal. Aku yang akan melindungi Lastri dan Mito," pinta Puspa.

"Meninggalkan perempuan dalam bahaya? Itu bukan ...." Zain oleng. Uuugh ... efek racunnya semakin terasa. Aku bisa pingsan kalau mengerahkan banyak tenaga!

"Kumohon! Sumber kutukan itu pasti jauh lebih kuat dari orang-orang di sini," bujuk Puspa lagi.

Dia benar. Zain menghela napas panjang. "Bertahanlah!" sahutnya melesat pergi meninggalkan Lastri, Puspa, dan Sasmito.

Whuuurrr!

Pusaran angin lebat nan lebar mengelilingi Puspa dan yang lain. Dengan rambut panjangnya yang tertiup angin, Puspa mengerahkan energi tersisa tuk membuat perisai angin. Cepatlah kembali, Ni'mal!

***

Ron menangkis tendangan Ni'mal menggunakan asap hitam pekat berwujud golok. Ia terdorong mundur sejauh belasan meter. "Sebenarnya dari mana kau dapat kekuatan sebesar itu, Ni'mal!" bentaknya kesal.

Zwiing!

Pemuda berkaos hitam berpindah tempat dalam sekejap, sudah berada di sisi kanan lawan. Ia mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan, lantas menyerang menggunakan lutut. "Haaagh!"

Ron tak dapat menangkis. Ia terlempar jauh hingga membentur dinding gua. Retakan yang timbul di sana jadi bukti bahwa serangan Ni'mal barusan cukup kuat, sampai-sampai membuat Ron muntah darah. Gila! Tubuhku gemetar hanya karena satu serangan! pikirnya melotot.

Sebelum Ron berkedip, Ni'mal mengarungi jarak belasan meter dalam kurun sepersekian detik. Pemuda berkaos hitam polos melayangkan tinju kiri dengan raut kesal.

Brrrallll!

Sang Arjuna Merah membuat tinjunya meleset agar tak mengenai kepala lawan. Napas Ni'mal berderu. Bukan karena lelah, melainkan karena amarah yang ia bendung. "Kalau aku tak dilarang membunuh, kepalamu yang sudah hancur!" bentaknya memandang dinding gua yang hancur penuh retakan.

Dengan tangan gemetaran, Ron mencengkeram kerah busana lawan. "Bagaimana bisa pecundang sepertimu jadi sekuat ini! Dunia tidak adil!" serunya membenturkan dahi ke hidung Ni'mal sekuat tenaga.

Bagi Ni'mal, serangan barusan tak lebih sakit dari hantaman Agni. Ia tak bergeming, tetap berdiri tegap. "Sang Maha Tunggal tak akan sembarang menitipkan kekuatan besar. Apalagi memberinya pada manusia gila sepertimu!" Ia mencekik Ron, memojokkannya ke tebing pinggir mulut gua.

Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu AsuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang