PM berambut jabrik nan pirang berdiri di depan mulut gua. Wajahnya identik seperti pria asal Eropa dengan hidung mancung. Ia menanggalkan helm di hadapan belasan PM lain. "Semuanya sudah berkumpul?" tanyanya berteriak.
"Izin, Komandan!" Seorang PM mengangkat tangan.
"Ya?" sahut si PM tanpa helm.
"Empat personel masih belum bergabung!" ungkapnya.
"Ck, tinggalkan mereka! Aku keluarkan mereka dari misi ini!" teriaknya tegas. "Jadi, apa semua sudah berkumpul?"
"Siap, sudah!" sahut serentak para personel usai berbaris rapi.
Sang komandan pirang menghela napas. "Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa kita tidak langsung ke pos penjagaan." Pria pirang yang merupakan pemimpin regu kembali bicara, "Tuan Willem baru saja memberi perintah!" Ia balik badan menatap mulut gua. "Gua ini dulunya adalah tempat pengujian PM. Di ujung gua ini, terdapat ruangan berisi berkas yang Tuan Willem cari! Sampai sini, kalian paham apa tugas kalian, kan?"
"Siap, paham!" seru belasan PM kompak.
"Yang perlu kalian waspadai, di dalam sana terdapat jenis Makhluk Hitam langka. Mereka hanya bisa dilukai menggunakan peluru khusus peredam energi astral. Jadi pastikan amunisi kalian cukup sampai nanti menemukan titik tujuan!"
"Siap, Komandan!" sahut para PM kompak.
"Baiklah, kalau begitu ...." Ia mengokang senapan laras panjang di tangan. "Persiapkan diri kalian!"
***
Beberapa jam kemudian, Kediaman Adipati Sunyoto, Kota Pangestu, Kadipaten Sunyoto.
(Inframe: Garin)
Pemuda berambut hijau berbusana ala Robin hood lengkap dengan tudung penutup kepala atau hoodie, menengok pintu kayu yang diketuk dari luar. Ia yang hendak menghabiskan sarapan sontak beranjak dari meja ruang tamu. Seingatku Raden Atmojo tidak ada jadwal bertemu tamu sepagi ini, pikirnya membuka daun pintu.
"Selamat pagi, apa beliau ada di dalam?" Sesosok pria bertopeng Arjuna Putih dengan badan terbungkus jubah putih menyapa.
Pemuda berambut hijau memandang curiga pria bertopeng Arjuna. "Apa kau anggota SM?"
"Bukan, aku hanya warga Manunggal biasa," jawabnya tenang.
Garin bertanya dengan nada meninggi, "Apa kau tak tahu jika mengenakan topeng saat bertamu ke kediaman petinggi Manunggal adalah pelanggaran?"
"Garin, tolong biarkan dia masuk," seorang pria berkumis dan berbaju adat Jawa melangkah menghampiri mereka.
"Raden?" Garin melangkah ke sisi kanan sambil menatap Adipati Kota Pangestu.
"Setelah bertahun-tahun akhirnya kau datang menemui teman lamamu lagi, Jaka Bagus."
Pria berjubah putih menanggalkan topeng. Wajah lelaki tegap tersebut agak mirip dengan Ni'mal, hanya saja tampak jauh lebih dewasa. "Aku sudah menyamarkan energi sukma agar tak bisa dilacak. Siapa sangka kau bisa mengenaliku," celetuknya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Negeri Manunggal 2: Pemburu Asura
FantasiaKelanjutan dari Kisah Negeri Manunggal pertama