15. Terkuras 🔞

743 63 10
                                    

"Kau mau ke mana? Mau meninggalkanku lagi?" tukas Nunew saat melihat Zee berjalan ke arah pintu setelah mandi.

"Aku hanya mau mengambil bahan makanan. Isi pendingin kita sudah hampir habis. Kenapa? Kau takut aku tidur di sebelah lagi?"

"Aku tidak bisa tidur semalam," rengek Nunew.

"Memangnya kalau aku tidur di sini kau akan memberikanku apa?"

"Zee Pruk!" seru Nunew. "Otakmu isinya memang selangkangan terus, ya?"

"Bukan aku ya yang bilang begitu," sahut Zee sambil tertawa.

"Ihhh... sana pergi!"

Zee tidak pergi terlalu lama. Ketika sampai di kamar, Nunew sedang bermain dengan ponsel barunya. Laptop berada di paha, dan punggungnya disandarkan di bantal.

Setelah mengisi kulkasnya dengan buah, minuman, dan camilan yang diambil di dapur di bawah, Zee menutup laptop Nunew, dan meletakkannya di nakas. Dia merangkak ke atas kaki Nunew yang sedang diselonjorkan. Kepalanya diletakkan di atas pangkuan Nunew.

"Apa Moon sudah pulang?" tanya Nunew sembari mengelus rambut Zee.

"Belum. Aku tidak ingin membicarakan itu hari ini."

"Apa yang kau inginkan hari ini?"

"Aku ingin minta hadiahku."

"Hadiah apa?"

"Kalau aku tidur di sini aku harus dapat hadiah dulu darimu."

"Ihh, Zee Pruk! Kau ini memang, ya."

"Satu ciuman saja," mohon Zee.

Nunew menunduk dan mengecup bibir Zee. Hanya kecupan ringan. Tak ada hisapan, tak ada peperangan lidah. Layaknya mencium anak kecil yang minta permen.

"Hanya itu?" Zee beranjak tak percaya dengan apa yang dilakukan Nunew padanya. "Maksudku tuh begini," Zee tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menarik tubuh Nunew sampai terlentang dan menaiki tubuhnya. Zee tak membuang-buang waktu, dia langsung membungkuk, melahap bibir lembut Nunew yang selalu tampak menggiurkan untuk dicium. Nunew tidak bisa berontak karena kedua tangannya dikunci Zee di atas kepala. Jadi Nunew hanya bisa pasrah dan ikut menikmatinya.

Rasa mulut Nunew terasa seperti anggur, memabukkan dan berbahaya. Ketagihan rasa mulutnya terasa seperti zat terlarang. Dicicip sedikit semakin membuatnya menginginkan lebih dan lebih lagi. Beruntung mulut ini hanya miliknya sekarang. Dia tidak bisa berbagi bibir si merah ini dengan yang lain. Kalau sampai ada yang mencicipinya sedikit saja, dia tidak segan untuk membunuh. Walaupun seumur hidup dia belum pernah membunuh dengan tangan sendiri, tapi demi anak ini apapun bisa dilakukan.

Suara engahan Nunew akibat ulahnya membuat Zee melepas pagutannya dari bibir Nunew yang sudah bengkak parah. "Apa kita akan berlanjut ke tahap selanjutnya, atau cukup sampai di sini?" tanya Zee dengan napas menderu.

"Kalau aku menolak, kau akan mengiyakannya?"

"Tentu saja! Tapi aku akan tidur di kamar lain."

"Tidak adil!" protes Nunew sembari memukul dada Zee.

"Aku sudah menahan diri entah berapa lama. Aku juga yakin kau juga begitu." Zee menyingkirkan poni Nunew ke samping agar bisa melihat mata Nunew langsung.

"Percaya diri sendiri kau!"

"Mau taruhan?" Zee tak tinggal diam. Tangan kirinya secepat kilat memasuki celana Nunew dan menggenggam pedangnya.

"Ahh.. Dasar titan tak tahu diri!" jerit Nunew seraya menggenggam lengan kiri Zee.

Zee membelai-belai milik Nunew dengan kelembuatan tak masuk akal. Nunew sampai lupa caranya bernapas untuk menahan diri agar tidak terpengaruh. Namun gagal. Dari suara erangannya saja tidak akan ada yang percaya kalau Nunew tak terpengaruh.

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang