17. Kaca

720 49 16
                                    

Zee mondar-mandir di hadapan Nunew setelah mereka kembali ke kamar. Nunew sungguh kesal melihatnya. Dia yang harus berangkat ke kandang musuh, tapi pasangannya malah lebih cemas seratus kali lipat darinya.

"Aku benar-benar tidak apa-apa. Tidak peduli programmu itu tentang apa. Tapi aku benar-benar ingin menyelesaikan masalah dengan CIA ini," ujar Nunew, menarik lengan Zee agar bisa duduk di sampingnya. Nunew mengelus lengan Zee agar lebih tenang.

"Kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, aku benar-benar akan bunuh diri," tukas Zee dengan kepala pusing.

Mendengar kata-kata Zee membuat Nunew terbahak. "Kau tidak serius."

"Serius. Cukup sekali aku kehilangan orang yang kucintai. Sekarang tidak mau lagi."

Tawa Nunew berhenti. "Apa kau pernah mencintai orang lain sebelum aku?"

"Tidak seperti itu, Nhu." Sekarang giliran Zee yang merangkul Nunew. "Aku pernah kehilangan adikku semasa menjadi manusia. Aku dan keruargaku sangat menderita karena itu. Sekarang pun setiap mengingatnya rasanya sakit sekali."

Nunew langsung merasa tidak enak hati karena sempat berpikir yang tidak-tidak. "Maafkan aku. Kalau kau tidak sanggup membicarakan dia, tidak apa-apa. Aku mengerti," katanya sambil mengeratkan pelukan. 

"Tidak apa-apa. Berbagi denganmu sedikit meringankan beban hatiku." Setelah itu Zee menceritakan semua tentang adiknya dan bagaimana dia meninggal.

Nunew merangkul Zee semakin ketat setelah Zee selesai bercerita. Siapa sangka vampir yang tidak takut apapun itu malah punya trauma sendiri kehilangan orang yang dicintainya.

"Selama aku masuk kandang mereka, aku janji akan hati-hati. Bisakah aku belajar pertahanan diri sebelum terjun ke kandang harimau?" Nunew mengalihkan pikiran Zee agar pembicaraan tentang adiknya berakhir. Dia tidak suka melihat pasangannya itu sedih.

"Karena beberapa hari ke depan aku akan sering di perusahaan, bagaimana kalau kau belajar di sana saja? Aku punya pelatihan khusus untuk para pengawal-pengawal yang terjun di lapangan," usul Zee. 

"Boleh. Tapi siapa yang akan melatihku?"

"Dimulai dari Floe dulu, baru setelah itu Rise. Aku tidak akan menggunakan orang asing untuk melatihmu."

"Dan kau, apa kau tidak akan melatihku?"

"Aku akan sering melatihmu di ranjang," ungkap Zee sambil melebarkan senyuman pada Nunew yang sudah cemberut.

"Zee Pruk! Otakmu ini isinya begituan mulu, ya?" seru Nunew sembari menunjuk kepala Zee.

"Jangan salah, olahraga di ranjang juga bisa membuatmu makin kuat," canda Zee disertai tawa renyah.

"Astaga, yang ada aku babak belur!" 

-

Keesokan harinya, Zee, Nunew, Rise dan Floe tiba seperti iring-iringan pejabat di gedung perusahaan. Jam menunjukkan pukul sepuluh ketika mereka tiba di lantai dasar. Nunew ingin mengubur dirinya ketika iring-iringan mereka menjadi pusat perhatian. Nunew tebak mereka tidak terlalu peduli pada Zee dan kedua anak buahnya karena sudah sering terlihat di gedung ini. Bagi Nunew ini juga bukan pertama kali. Yang membedakan dia kali ini adalah, baju yang dipakainya lumayan mencolok. Di saat Zee dan Rise memakai setelah jas rapi, dan Floe meski masih dengan gaya anak punk-nya, tapi pakaian Nunew memang tidak enak dipandang karena hanya berupa T-shirt ungu dan celana training hitam. Dia sudah seperti anak ayam kehilangan induknya di tengah-tengah danau. Ketika semua orang di sini tampak necis dan rapi, dia seperti anak yang sedang ingin bermain di taman.

"Ini salahmu karena menyuruhku memakai pakaian ini!" tukas Nunew dengan suara pelan di telinga Zee.

"Sudah, tidak usah pedulikan orang-orang itu. Aku memilihkan pakaian ini agar kau nyaman bergerak."

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang